Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Dosen Unsoed Terpilih Periset Pemula se-Australia dan Selandia Baru

Dosen Unsoed Terpilih Periset Pemula se-Australia dan Selandia Baru
* Kiky dan mahasiswa dari berbagai negara saat acara penerimaan mahasiswa baru di UWA. (Foto:Ist)

Awal tahun 2020, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Kiky Srirejeki MSc mulai kuliah S3 di University of Western Australia (UWA). Belum genap satu semester kuliah, Kiky bersama dua mahasiswa program doktor (PhD) dari perguruan tinggi lainnya, terpilih sebagai periset pemula se Australia dan Selandia Baru.

Tim Promosi Unsoed Ir Alief Einstein M.Hum mengungkapkan, Kiky beruntung bisa mengikuti seremoni sekaligus merepresentasi mahasiswa Indonesia membawa bendera merah putih saat penerimaan mahasiswa baru Program Doktor Akuntansi (S3) School of Business di UWA.

Email ucapan selamat untuk Kiky yang mewakili UWA sebagai periset pemula se Australia dan Selandia Baru.

Berada di tengah-tengah ratusan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia yang dirasa saat itu takjub dan syukur tampak mahasiswa di kampus dengan berbagai jenisnya. Ada yang warna kulitnya putih, putih “banget”, coklat, coklat muda-tua, hitam bersinar sampai kemerahan.

Belum lagi kalau sudah pada bincang-bincang, ada yang nadanya lembut “banget” sampai harus melihat gerak bibirnya, ada yang seperti orang sedang marah-marah, ada yang bilang iya tapi geleng-geleng, macam-macam rupa-rupa dan warna-warni.

Kiky berpikir, ooh jangan terkecoh dengan gelengan kepala orang India atau oh tidak semua orang Korea bisa menari dan menyanyi atau waw gadis-gadis dari Turki yang bulu matanya lentik anti huru-hara.

Ternyata tanpa atribut bendera yang mereka bawa, Kiky hanya akan berpikir mereka adalah orang yang suka geleng-geleng kepala, gadis berkulit putih yang pemalu atau wanita yg sangat indah matanya.

Setelah seremoni dan bendera-bendera itu dilucuti kami hanya sekumpulan manusia dengan keanekaragamannya.

Tapi saat berada di kampus internasional yang heterogen di UWA, Kiky tidak bisa sepenuhnya lepas dari label-label yang melekat di diri masing-masing paling tidak untuk label-label yang bisa diobservasi. Mereka akan selalu membawa atribut-atribut itu.

Kiky mengatakan : “Kita tidak bisa sembarangan berperilaku karena orang akan selalu mengaitkan dengan atribut yang kita miliki. Secara paralel sama juga kalau kita ingin atribut-atribut kita terjaga kita harus membawa diri dengan baik”.

Terpilih Periset Pemula
Kiky merasa beruntung dan bersyukur kombinasi dosen pembimbing Kiky di University of Western Australia (UWA), Program Akuntansi School of Business mewakili generasi tua dan muda. Dari dosen pembimbing Kiky yang muda, Kiky belajar pentingnya punya ambisi, jejaring yang luas, dan pikiran yang terbuka.

Olehnya, Kiky selalu ditantang untuk mencoba hal-hal baru. Di studi Kiky yang belum genap satu semester (Kiky mulai kuliah di UWA 24 Februari 2020), dosen pembimbing pun dukung Kiky ikuti kompetisi presentasi di ajang besar macam AFAANZ.

Dosen pembimbing bilang dengan ‘santuy’ nya : “Coba aja, kamu akan dapat pengalaman bagus, paling tidak kamu akan dapat masukan dari panelis”. Bermodalkan dukungannya itu, Kiky mengirimkan lamaran, tidak mengharapkan apapun, terlebih jiwa insecure (merasa tidak nyaman) Kiky luar biasa.

Dua minggu sebelum acara, Kiky dapat email dari panitia bahwa Kiky yang mewakili University of Western Australia bersama dua mahasiswa program doktor (PhD) dari perguruan tinggi lainnya terpilih sebagai periset pemula se Australia dan Selandia Baru.

Untuk itu, Kiky diundang untuk mempresentasikan proposal. Kiky kaget tidak menyangka, senang, dan terharu akhirnya Kiky yang terpilih.

Masih ingat Kiky baca berkali-kali email itu, tak percaya, tapi terus “deg-degan” luar biasa, lagi-lagi insecure (merasa tidak nyaman) Kiky kambuh. Tapi begitulah singkat kata dari beliau, Kiky belajar untuk tidak membatasi diri mencoba hal-hal yang baru.

Kiky juga sangat bersyukur Kiky punya dosen pembimbing senior yang sangat bijaksana. Beliau menunjukan kemampuan akademik yang luar biasa, tapi yang membuat Kiky lebih bersyukur adalah setiap kali Kiky berbincang dengannya, Kiky merasa lebih tenang.

Auranya sangat positif menurut Kiky, beliau tidak membebani Kiky dengan perkataan yang sulit dan merisaukan. Kalimat-kalimatnya sangat positif dan sikapnya sangat empatik.

Darinya pula, Kiky belajar bahwa menjadi pintar (brilliant) bukanlah tujuan. Bahwa semakin banyak ilmu, kebijaksanaan yang seharusnya menjadi tolok ukurnya. Bijaksana untuk berbagi ilmu, menghargai orang lain, menghormati perbedaan, mendukung kemajuan orang lain, dan bijaksana menyadari bahwa belajar proses yang tidak berakhir.

Kiky tidak tahu apa yang akan Kiky hadapi di waktu mendatang. Banyak senior Kiky bilang jangan berharap segala sesuatu itu berjalan dengan lancar. Sejujurnya Kiky tidak mau berpikiran buruk, tapi Kiky juga sesuai dengan kenyataan.

Ya, Kiky berharap, kalaupun masa sulit itu datang, Kiky bisa lihat “postingan” ini dan kembali bersyukur dan sadar bahwa selalu ada yang bisa dipelajari dari apa dan siapapun. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.