Kamis, 25 April 24

Doni Monardo Tanam Bibit Pohon dari Istana ke Bukit Asam

Doni Monardo Tanam Bibit Pohon dari Istana ke Bukit Asam
* Komisaris Utama MIND ID, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo saat menanam bibit pohon dari Istana ke Bukit Asam. (Foto: MIND ID)

Obsessionnews.com – Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Komisaris Utama MIND ID, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo mendatangi Lokasi Botanical Garden Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Di lahan seluas 17 hektare ini kelak akan jadi destinasi wisata dari lahan bekas tambang. Ini sejalan dengan Noble Purpose MIND ID.

Oleh karena itu, Doni mengapresiasi keseriusan PT Bukit Asam (PTBA) dalam usaha reklamasi bekas lahan tambang, serta bergiat di bidang konservasi serta pemulihan ekosistem.

Doni mengatakan, di Botanical Garden PTBA nanti disediakan sarana yang cukup untuk anak-anak. Menurut dia, sedari dini anak-anak harus diberi wawasan mengenai ekosistem.

“Kita harus mencetak generasi yang menyayangi pohon dan menjaga ekosistem. Hal-hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan, menghindari penggunaan kemasan plastik sekali pakai, adalah nilai-nilai yang wajib ditanamkan, agar ada perubahan perilaku menjaga dan merawat alam,” ujar Doni dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/6/2022).

Terlebih ketika dia meninjau langsung Nursery Park (kebun bibit) seluas 2,1 hektare, tak jauh dari lokasi Botanical Garden. Tak kurang dari 600.000 batang yang terdiri dari tanaman keras, tanaman buah, dan tanaman hias ada di sana.

Jenis-jenis bibit tanaman keras yang sudah ada, di antaranya angsana, bayur, beringin, glodokan, gaharu, johar, lonkida, mahoni, meranti, merbau, sengon buto, tanjong, dan trembesi. Sedangkan, pohon buah di antaranya asam, bisbul, cempedak, ceri, duku, durian, jambu biji, kayu putih, matoa, dan rambutan. Untuk jenis tanaman hias, di antaranya alamanda, asoka, bougenville, keladi, kemuning, Ketapang mini, mawar, palm, pinang dan pucuk merah.

Beringin Istana

Koleksi pembibitan PTBA dipastikan bakal bertambah. Sebab, Doni tidak hadir dengan tangan kosong. Ia membawa serta 150 bibit pohon aneka jenis. Beberapa di antaranya pohon langka. Adalah pohon beringin (25), pule (20), Afrika (15), Palaka (30), Sukun (15), Mahoni )20), Tarum (5), dan Kihonje (20).

“Bibit beringin itu saya semaikan sendiri. Asalnya bukan main-main, itu jenis beringin yang tumbuh di Istana Negara. Bijinya dikumpulkan Yonkawal Paspampres,” cerita Doni.

Ada juga biji ia pungut dari pohon beringin yang tumbuh di Jalan Gunawarman Jakarta Selatan dan beringin di kawasan Bumi Serpong Damai Tangerang. Keduanya termasuk jenis beringin yang sangat bagus. Bisa tumbuh sangat besar dan berusia ratusan tahun.

“Jadi masyarakat Tanjung Enim dan Sumatera Selatan umumnya, tidak perlu ke Jakarta, cukup datang ke sini untuk bisa melihat dari dekat beringin Istana,” kata Doni sambil tertawa.

Palaka juga jenis yang diberi catatan khusus Doni sebagai pohon langka. “Pohon itu saya datangkan dari Seram, Maluku. Menempuh perjalanan panjang dari Seram ke Ambon. Dari Ambon ke Jakarta. Dari Jakarta ke kebun bibit di Tigaraksa. Pohon ini bisa hidup ratusan tahun. Di Ambon ada satu palaka berusia ratusan tahun yang untuk melingkari diameternya, diperlukan 30 orang dewasa saling menggandengkan tangan,” kisah Doni.

Sedangkan, bibit pohon di Nursery Park yang dicermati Doni Monardo adalah pohon matoa. Doni berharap bibit matoa yang ada, adalah jenis matoa yang premium. Matoa ada tiga ragam dilihat dari warna kulit. Matoa merah (Emme Bhanggahe), matoa hijau (Emme Anokhong), dan matoa kuning (Emme Khabhelaw). Bahasa yang lain, biasa disebut matoa raja, matoa merah dan matoa papeda.

“Matoa raja, sampai seminggu setelah dipetik, buahnya tetap bagus,” kata Doni.

Doni bercerita, ia juga membudidayakan matoa di kebun bibitnya. Ia berharap kelak semakin banyak matoa ditanam di bumi Indonesia.

“Ini benar-benar buah langka. Saya yakin, suatu hari buah matoa Indonesia akan dicicipi tamu tamu di Istana Buckingham, White House, dan tempat-tempat terhormat di dunia. Sebab, selain rasanya yang sangat enak, matoa adalah salah satu jenis buah purba yang masih bisa kita selamatkan,” katanya mantap.

Doni kemudian menyinggung pohon torem. Sebab, torem adalah salah satu pohon yang sangat langka dan terancam punah.

Doni teringat tahun 2017 – 2017, saat menjadi Pangdam XVI/Pattimura. Di sana ia mengembangkan program “emas hijau” dan “emas biru”. Emas hijau adalah hal-hal berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan. Nah, suatu hari di bulan Oktober 2017, tim Kodam XVI/Pattimura mengunjungi LIPI Pusat Konservasi Tuumbuhan Kebun Raya Bogor untuk menyerahkan sembilan bibit pohon Torem hasil budidaya Kodim 1507/Saumlaki.

Enam anak buah Doni Monardo, diterima oleh Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Bogor Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc di Ruang Rapat LIPI Bogor. Waktu itu, Didik menyampaikan apresiasinya kepada Kodam XVI/Pattimura yang telah melakukan pembudidayaan pohon endemik torem.

“Jika kelak kita melihat kembali pohon torem di persada Nusantara, itu dari Kodim Saumlaki,” ujar Doni.

Jenis kayu berikut yang disoroti Doni Monardo adalah kayu putih. “Saat ini, bahan kayu putih kita, sebagian masih impor. Nilainya ratusan miliar rupiah. Nah, dengan membudidayakan pohon kayu putih, saya yakin kelak kita tidak saja memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga ekspor. Kayu putih sangat dibutuhkan untuk bahan kosmetik, obat herbal, aroma therapy, dan lain-lain,” tambahnya.

Doni sungguh mengapresiasi keseriusan PTBA dalam program konservasi. Award yang telah didapat, Doni harap dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. “Momentum hari ini sangat penting untuk kita memperhatikan lingungan atau ekosistem. Ingat, bumi kita cuma satu. Sedangkan, usaha tambang dipastikan melukai kulit bumi. Tapi dengan pengelolaan yang profesional pasca tambang bisa kita reklamasi sehingga kulit bumi kembali pulih,” tambah Kepala BNPB 2019 – 2021 itu.

PTBA harus memilih jenis pohon yang tepat. Dengan begitu, PTBA telah meninggalkan legacy atau warisan kepada anak cucu kita kelak. Budaya konservasi harus terus digaungkan, baik melalui pendidikan maupun jalur keagamaan. Dalam banyak kesempatan Doni mengatakan, umat (Islam) tidak saja diwajibkan untuk menjalin hubungan baik dengan Tuhan (hablum minallah) dan menjaga hubungan baik dengan sesame manusia (hablum minannas), tetapi juga harus menjaga hubungan baik dengan alam (hablum minal alam).

Bicara kecintaan Doni terhadap pohon, bukanlah cinta sesaat, yang manis di awal lantas sepah dibuang. Banyak sekali cerita menarik terkait cinta Doni terhadap pohon.

Salah satunya ihwal kebiasaan unik mengumpulkan bjji-biji pohon yang unik, langka, dan spesifik.

Semasa bertugas di Paspampres, kebiasaan itu seperti menemukan jalan yang lurus. Sebagai Paspampres, dengan sendirinya sering mengikuti kunjungan kepala negara ke berbagai tempat, termasuk ke luar negeri.

Nah, saat acara jamuan makan, misalnya, ia akan fokus pada hidangan buah yang tersaji. Manakala ia mendapati buah yang eksotik, ia akan mengambil, memakan, dan… tidak membuang bijinya.

Biji dari buah yang ia makan, lalu disisihkan, dibungkus tisu, lalu disimpannya di dalam kantong jas yang ia kenakan.

Sekembali ke Tanah Air, ia akan semaikan di kebun rumah, atau di kebun bibit miliknya. Dari sekian banyak eksperimennya ada yang berhasil, ada yang gagal.

Kisah itu tertulis dalam buku Sepiring Sukun di Tepi Sungai karya Egy Massadiah halaman 317. (Poy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.