
Bandung, Obsessionnews – Hingga Rabu (6/5) pagi ini, sudah ditemukan 4 orang korban tewas akibat tanah longsor disusul meledaknya pipa gas geothermal PT. Star Energy kampung Cibitung Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Marlan, ke empat korban meninggal dunia tersebut adalah Iran (55), Pardi (70), Naela (1,5) Dating (60).
Sementara itu 8 orang yang kemarin dilarikan ke Rumah Sakit Al-Ihsan Baleendah mengalami luka ringan sudah dipulangkan 1 orang luka berat bernama Rukman masih berada di rumah sakit. “Saat ini kita masih mencari 6 orang yang tertimbun longsor dengan 300 orang petugas gabungan dan 4 alat berat,” ujar Marlan.
Keterangan yang diperoleh dari Star Energy geothermal (Wayang Windu) Ltd menjelaskan pukul 14.30 kemarin di Dusun Cibitung (Gunung Bedil) Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, terjadi bencana alam tanah longsor akibat penggundulan hutan yang masif dan tingginya curah hujan di lokasi.
Bencana tanah longsor ini menimpa pipa saluran geothermal milik Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan terputusnya pipa produksi Perusahaan. Uap pada pipa yang terputus tersebut mengakibatkan ledakan sehingga power plant Star Energy saat ini dalam keadaan berhenti beroperasi. Bencana tanah longsor ini juga mengakibatkan kerugian materil pada perumahan penduduk dan mengakibatkan korban jiwa dan beberapa orang luka-luka.
Star Energy secara aktif sudah melakukan berbagai upaya pertolongan pertama bagi para penduduk lokal atas kejadian ini dengan memberikan bantuan tempat berkumpul dan penanganan medis di lokasi. Saat ini tim yang terdiri dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, instansi-instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Danramil & Kapolsek bersama dengan tim Star Energy sedang bersama-sama melakukan kordinasi usaha-usaha penanggulangan pasca bencana tanah longsor tersebut.
“Begini saya ingin jelaskan, kejadian tersebut awalnya bukan karena pipa panas buminya, tapi karena longsor. Kalau tidak diluruskan ini dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan masyarakat di lokasi PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi), padahal pemerintah sedang mendorong pemanfaatan panas bumi untuk listrik,” jelas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Rida Mulyana.
Sementara itu berdasarkan informasi dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), tanah longsor besar terjadi sekitar pukul 14.30 WIB di atas instalasi pipa panas bumi dan menyebabkan pipa bergeser serta tertimbun sehingga putus. Akibatnya, uap yang keluar dari pipa tersebut ikut tertimbun sehingga lama-lama seperti ledakan, bukan pipa minyak atau pipa gas yang meledak,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM Saleh Abdurahman.
“Hasil pemeriksaan lapangan menunjukkan kemiringan lereng terjal dan tanah pelapukan breksi vulkanik cukup tebal. Terlihat retakan dan endatan sedalam 2,5 meter, sepanjang 500 meter,” kata dia.
Longsoran mengancam satu kampung yang terdiri dari 52 KK (200 jiwa) dan mengancam pipa panas bumi Star Energy sepanjang 500 m.
“Rekomendasi yang telah disampaikan yaitu kepada pengelola proyek Geothermal Star Energy untuk memindahkan jalur pipa karena gerakan tanah terus berlangsung dan kepada BPBD untuk melakukan evakuasi penduduk kampung mengingat curah hujan masih berlangsung,” imbuh dia.
Menurut Rudy Suparman, Presiden Direktur Star Energy Geothermal “Saat tanah longsor terjadi, pipa seperti digunting dan langsung mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar, sehingga terdengar seperti bunyi ledakan. Tekanan begitu tinggi,” kata Presiden Direktur Star Energy Geothermal Rudy Suparman.
Perseroan pun turut mengalami kerugian akibat longsor tersebut. Namun, kami tetap berkomitmen membantu para korban. Termasuk memfasilitasi dan membantu upaya evakuasi warga korban longsor tersebut. (Dudy Supriyadi)