Rabu, 24 April 24

Diskusi Radikalisme, Gus Solah Sindir HTI

Diskusi Radikalisme, Gus Solah Sindir HTI

Bogor, Obsessionnews – Komunikonten, Instititut Media Sosial dan Diplomasi menggelar diskusi publik dengan tema ‘Gotong Royong Menghadapi Radikalisme dan Memperjuangkan Nasionalisme di Media Sosial’ di Gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB) Bogor, Senin (21/12/2015).

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah yang hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, memaparkan mengenai geneologi gerakan radikalisme di Indonesia dan perkembangannya.

Menurutnya, gerakan radikalisme di Indonesia ingin mencoba membuat tatanan baru berupa negara Islam. Gerakan ini semakin menguat pasca reformasi dimana Indonesia sudah mengalami sistem negara yang lebih demokratis dibanding Orde Baru yang meniscayakan semua organisasi Keislaman bisa bergerak bebas.

Ia pun mengeritik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Gus Solah menduga organisasi ini punya cita-cita menggantikan ideologi Pancasila ‎dengan Syariat Islam melalui sistem Khilafah. “Ini kan berbahaya,” sindir adik kandung Gus Dur.

Meski demikian, Gus Solah tidak marah atau merasa benci dengan adanya HTI. Ia hanya tidak sepakat dengan pemikiran yang dipakai oleh organisasi tersebut. Sebagai tokoh Nahdltul Ulama (NU), Gus Solah mengaku konsisten menjaga dan memperjuangkan NKRI dengan ideologi Pancasila. Baginya, Pancasila sudah sangat Islami.

“Orang HTI bilang sudah terbukti 70 tahun Indonesia merdeka tidak ada kemajuan. Menurut saya, bukan soal Pancasilanya. Karena Pancasila baru sebatas diomongkan, belum diimplementasikan,” tuturnya.

Lebih lanjut Gus Solah memaparkan, gerakan radikalisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari persoalan politik di negara-negara Timur Tengah. Mereka ingin meniru, sistem pemerintah dengan ideologi Islam. Namun, menurut Gus Solah, cara itu jelas tidak tetap dipakai di Indonesia. Sebab, di negara ini keberagaam terjaga dengan harmonis.

“Jangan salah ulama-ulama Timur Tengah justru ingin belajar ke Indonesia. Ini kok malah kita disuruh belajar ke sana, kebalik dong!” serunya.

Diskusi dimoderatori Edrida Pulungan (novelis dan blogger) dengan narasumber yaitu Wali Kota Bogor Bima Arya, Dahnil Anzar Simanjuntak (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah), Emanuel Herdyanto (Mantan Sekjen PP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), dan Hariqo Wibawa (Komunikonten). (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.