Selasa, 28 Maret 23

Diskriminasi Terhadap Muslim di AS Meningkat

Diskriminasi Terhadap Muslim di AS Meningkat

Washington – Seperlima umat Muslim Amerika Serikat (AS) yang mendapat perlakuan diskriminasi agama pasca berkuasanya Presiden Donald Trump termasuk pemeriksaan tubuh di bandara dan perlakuan buruk di sekolah memutuskan untuk meninggalkan negara ini.

Seperti dilansir ParsToday, Rabu (22/3/2017), menurut laporan Jamnews, lembaga riset Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) di Washington melakukan riset terkait kepuasan umat Muslim atas kondisi mereka di Amerika Serikat.

Riset menunjukkan bahwa sekitar separuh dari anak-anak Muslim di sekolah Amerika mendapat perlakuan buruk dan potensi pemeriksaan tubuh mereka di bandara meningkat dua kali lipat.

Berdasarkan riset ini, 38 persen umat Muslim dan 27 persen Yahudi khawatir akan keamanan mereka setelah Donald Trump berkuasa.

Tahun lalu, diskriminasi di antara umat Muslim khususnya perempuan Muslim membuat satu di antara lima perempuan Muslimah membutuhkan bantuan psikiater.

Di riset ini disebutkan dari setiap lima Muslim tiga di antaranya tidak puas atas kondisi Amerika saat ini dan 42 persen anak-anak Muslim mendapat perlakuan buruk.

Potensi pemeriksaan di pintu masuk perbatasan Amerika di antara Muslim mencapai 30 persen dan di antara Yahudi 13 persen. Sementara untuk umat Kristen Katolik serta Protestan angka ini mencapai 11 persen.

Jajak pendapat ini digelar bulan Januari 2017 dan diikuti 2389 orang termasuk Muslim, Yahudi, Kristen Katolik dan Protestan.

Juru bicara Dewan Council on American-Islamic Relations (CAIR), Zainab Chaudry, mengatakan bahwa insiden kebencian di AS meningkat sejak musim pemilu. “Setelah beberapa minggu pertama setelah pemilu, kecemasan dan ketakutan masih sangat nyata,” ujar Chaudry seperti dilansir huffingtonpost.com, Selasa (21/3).

Sementara itu, direktur Newseum Institute’s Religious Freedom Center Charles Haynes mengatakan, terdapat lebih dari 15 tahun propaganda, kampanye yang tidak mendidik, untuk meyakinkan publik Amerika bahwa Islam sebagai agama jahat dan mengandung kekerasan.

Umat Islam juga dikaitkan dengan terorisme dan ketakutan di masyarakat. Bahkan dalam koridor kekuasaan sekarang, propaganda ini sudah sangat lazim. Pemilu kali ini telah membawa Islamofobia ke Gedung Putih dalam bentuk perintah eksekutif yang diterbitkan presiden dengan melarang wisatawan dari beberapa negara mayoritas Muslim untuk masuk AS.

Menurut survei, hanya 15 persen Muslim yang menyukai Trump saat pemilu. Lebih dari setengahnya mendung calon presiden Demokrat, Hillary Clinton, dan hampir sepertiga tidak mendukung siapa pun. (*/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.