Jakarta, Obsessionnews – Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero), Gatot Suwondo mengaku tidak ingin menghambat rencana pemerintah untuk menggabung BNI dengan PT Bank Mandiri (persero). Namun ia berharap pemerintah mau belajar dari perbankan Malaysia.
Menurut dia, pada awal tahun 2014 pemerintah Malaysia sempat mewacanakan isu yang serupa dengan wacana pemerintah saat ini, yaitu menggabung beberapa bank agar menjadi sebuah bank besar yang memiliki aset sampai 210 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Namun rencana tersebut kemudian resmi digagalkan saat memasuki pertengahan bulan pertama di tahun 2015 ini karena beberapa alasan.
“Bukannya kita ga mau, ini masalah situasi bos. Di Malaysia itu rencana marger untuk mendapatkan Malaysia biggest bank dengan total aset mencapai 210 miliar dolar AS sempat muncul pada tgl 10 Januari 2014 dan resmi digagalkan pada 14 Januari 2015,” ujar Gatot di Jakarta, Rabu (18/2/2015).
Saat itu, lanjut dia, pergerakan saham, beberapa perbankan ternama seperti CMB dan lainnya langsung anjlog seiring dengan merebaknya isu marger tersebut. “Begitu isu ini dimunculkan nilai saham CMB dan bank – bank besar lainnya menurun, begitu gagal sahamnya naik lagi,” tambah dia.
Karenanya ia berharap agar sebelum memutuskan pemerintah sebaiknya benar – benar merencanakan dan menyiapkan merger tersebut dengan matang.
Jika sampai terjadi salah perhitungan, resikonya ekonomi Indonesia akan masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah. “Kalau nggak bener, kita akan kena middle income trap,” tambah Gatot.
Lebih lanjut ia juga menyatakan bahwa ada beberapa risiko besar yang perlu diperhitungkan sebelum menggabung dua perusahaan milik BUMN tersebut.
Pertama, memperhitungan masalah biaya aksi korporasi tersebut. Menurut dia, marger dua perusahaan besar akan membutuhkan permodalan yang sangat besar.
Kedua, perhitungkan juga potensi pengurangan pegawai dan direksi yang berimbas pada peningkatan jumlah pengangguran.
Selain itu, untuk bersikap adil terhadap karyawan yang diambil untuk bergabung dengan bank hasil marger tersebut, tentu dibutuhkan keseragaman gaji antara eks karyawan Bank Mandiri dan BNI. Resikonya, mereka yang sudah berpenghasilan tinggi pasti tidak mau gajinya diturunkan.
“Daripada memikirkan merger yang butuh waktu lama, perhitungan lama, dan belum tentu hasilnya bagus, mending fokus pada infrastruktur. Karena satu tambah satu belum tentu dua,” tambah Gatot.
Meski demikian ia mengaku marah jika dikesankan sebagai orang yang memperlamban rencana pemerintah untuk menggabung kedua perusahaan berplat merah tersebut.
“Terus terang saya marah sekali, dinilai seperti itu. Saya engak mau, ini bukan karena jabatan mau habis ya. Yang saya harapkan hanya harus jelas tujuan merger seperti apa,” kata dia. (Kukuh Budiman)