Dirjen HAM Kemenkumham Dorong Pelaku Usaha Berikan Perlindungan HAM bagi Tenaga Kerja

Dirjen HAM Kemenkumham Dorong Pelaku Usaha Berikan Perlindungan HAM bagi Tenaga Kerja
* Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM Dhahana Putra (tengah) berikan keterangan kepada wartawan di Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah di Semarang, Kamis (12/9/2024). (Foto: ANTARA/Fianda Sjofjan Rassat)

Obsessionnews.com – Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM Dhahana Putra menyampaikan, lembaganya akan memberikan pendampingan serta mendorong pelaku usaha untuk memastikan perlindungan HAM bagi tenaga kerja. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang ramah HAM di Indonesia.

Dhahana mengungkapkan, salah satu instrumen yang akan digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan HAM bagi pekerja adalah aplikasi Penilaian Risiko Bisnis dan HAM (PRISMA). Aplikasi ini dirancang untuk membantu perusahaan dalam menilai dan mengidentifikasi risiko-risiko terkait HAM, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja.

“Nah ini kami sedang berupaya memberikan pendampingan bagi teman-teman yang belum hijau ya. Karena kalau di Prisma itu kan ada tiga ya, ada hijau, ada kuning dan merah ya. Jadi, coba kita berikan penguatan bagi teman-teman yang belum hijau,” kata Dhahana di Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah di Semarang, Kamis (12/9/2024).

Menurut data Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, saat ini tercatat sudah ada 31 perusahaan yang masuk kategori hijau dalam segi perlindungan HAM dan jumlahnya ditargetkan terus bertambah.

Nantinya identitas perusahaan yang sudah masuk kategori hijau tersebut juga akan dipublikasikan sebagai bentuk penghargaan bagi korporasi yang tersebut.

Ia mengatakan Dirjen HAM memiliki peran penting untuk mengawal hak asasi manusia sebagai satu-satunya kementerian di Indonesia yang memiliki nomenklatur HAM.

“Jadi, di Indonesia hanya ada satu kementerian yang memiliki nomenklatur HAM, maka kita menyiapkan kebijakan HAM secara nasional. Kita tidak hanya fokus kepada kementerian tapi juga kebijakan nasional dan ini merupakan amanat dari UU serta amanat Peraturan Presiden,” kata ujarnya.

Meski demikian, Dhahana menegaskan hukum dan HAM adalah dua sisi koin yang tak terpisahkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penegakan hukum harus beriringan dengan pemenuhan HAM dan juga sebaliknya.

“Harus ada keseimbangan antara Hukum dan HAM, mereka bagi satu keping koin yang memiliki dua sisi. Meski mereka memiliki makna yang berbeda, tetapi mereka memiliki keterkaitan yang sangat erat,” katanya.

Ia juga mengatakan instansi yang dipimpinnya juga akan terus mengimplementasikan Penghormatan, Perlindungan, Pemenuhan, Penegakan, dan Pemajuan HAM (P5HAM).

“P5HAM adalah kewajiban dan tanggung jawab negara. Terutama pemerintah terhadap HAM sebagaimana diatur dalam UUD 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM,” tuturnya. (Antara/Poy)