Jumat, 19 April 24

Diisukan Meninggal, Ki Ageng Noto Tegaskan SBY Bukan Pendiri Demokrat

Diisukan Meninggal, Ki Ageng Noto Tegaskan SBY Bukan Pendiri Demokrat
* SBY. (Dok Pribadi)

Jakarta, Obsessionnews.com – Salah seorang pendiri Partai Demokrat Wisnu HKP Notonegoro (Ki Ageng Noto) ingin meluruskan sejarah Partai Demokrat. Banyak yang mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY adalah tokoh yang ikut mendirikan Partai Demokrat. Ia menegaskan kabar itu tidaklah benar.

Menurutnya ada pembelokan sejarah yang menyebut SBY adalah pendiri Demokrat. Sebagai inisiator dan salah satu dari tiga orang cikal bakal awal berdirinya Partai Demokrat yang masih hidup, Ki Ageng Noto menegaskan kembali bahwa secara de facto maupun de jure SBY bukanlah pendiri Partai Demokrat.

Baik mulai dari susunan awal sebanyak sembilan orang maupun setelah diubah dan ditambah hingga menjadi 99(sembilan puluh sembilan) orang untuk memenuhi persyaratan Undang-Undang Partai Politik Tahun 2001. Tidak ada satupun dokumen berdirinya Partai Demokrat yang memuat atau mencantumkan nama SBY.

“Jika ada yang mengubah atau merekayasa masuknya nama SBY sebagai pendiri Partai Demokrat, maka hal itu adalah skandal kebohongan dalam bentuk manipulasi sejarah. Semua dokumen sejarah berdirinya Partai Demokrat terdaftar dan bisa dicek ke Ditjen AHU Kemenkumham RI,” ujar Ki Ageng Noto dalam tulisannya yang viral di media sosial.

Ki Ageng Noto menuturkan, Demokrat didirikan 20 tahun lalu niat awalnya adalah sebagai kendaraan politik guna mengusung SBY pada Pemilu 2004 lalu. Para pendiri partai merasa sudah tidak percaya lagi dengan partai politik yang lama, ditambah liberalisasi politik, berupa muncul partai-partai baru yang ditengarai akan menjadi sarang kelompok sosialis kiri dan ekstrim kanan.

“Maka kami hadirkan partai Demokrat dengan platform Ketuhanan, Kebangsaan (Nasionalisme) dan Demokrasi, yang bertumpu pada akar budaya Bangsa sendiri dengan falsafah Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” ucapnya.

SBY Menikung dan Merebut Demokrat

Setelah Demokrat berdiri dan mampu mengantarkan SBY menjadi Presiden pada 2004, melalui tangan-tangan kekuasaannya SBY disebut telah melakukan manuver politik merebut Demokrat. Partai ini kata Ki Ageng kemudian diubah menjadi Nasionalis Religius, Humanisme dan Internasionalisme yang maknanya sangat jauh berbeda dari awal dibentuk.

Tidak ada pun kata dia, niat menjadikan Demokrat sebagai partai Dinasti. Karena ia lahir dari sebuah pemikiran besar untuk menjadikan partai ini sebagai partai masa depan yang mampu menjawab tantangan zaman dan menjadi persemaian bibit unggul proses pendidikan politik bagi para calon pemimpin bangsa.

“Jadi partai yang kami dirikan ini bukan hanya berorientasi pada kekuasaan belaka dan bukan pula untuk menjadi partai dinasti Yudhoyono!!” tegas Ki Ageng Noto.

SBY mencoba menjadikan Demokrat sebagai Partai Keluarga. Ki Ageng Noto pun sangat kecewa. Puncaknya ketika ia disukan sudah meninggal, dan SBY dengan kekuasaanya merebut kepemimpinan Demokrat dari tangan sahabatnya S. Budhisantoso.

Termasuk mengkudeta Ketua Umum Demokrat Anas Urbanigrum dengan rekayasa KLB di Bali. “SBY jelas-jelas telah merekayasa pengambil alihan kepemimpinan partai Demokrat dari tangan Anas Urbaningrum, setelah yang bersangkutan di KPK-kan dan dijebloskan kedalam penjara,” ucapnya.

“Semua jabatan struktural partai mulai dari Ketua Majelis Tinggi, Dewan Pembina hingga Ketua Umum dikuasai dalam genggaman tangannya, sebagai bukti kelicikannya takut kehilangan panggung setelah lengser dari istana dan juga karena mengidap penyakit post power syndrome,” tambah Ki Ageng.

Baru pada tahun 2020, SBY menyerahkan estafeta Ketua Umum partai Demokrat kepada anaknya Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Melalui Konggres yang telah direkayasa seolah-olah AHY telah terpilih secara aklamasi. Padahal menurut AD/ART, sebenarnya AHY tidak memenuhi syarat untuk dipaksakan menjadi Ketua Umum.

“Saya memantau dari jauh, inilah awal timbulnya gejolak dan konflik internal didalam Partai yang kami dirikan 20 tahun yang lalu, akibat keserakahan, kelicikan dan sikap egois SBY yang sudah saatnya akan menuai badai,” terang Ki Ageng.

Kini Demokrat berada diambang perpecahan setelah munculnya KLB di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara. Menurutnya, ini adalah buah dari sikap adigang-adigung adiguno yang dipertontonkan oleh Dinasti SBY. “Tidak usah menyalahkan pihak lain, tapi coba bercermin dan introspeksi diri bahwa semua kegaduhan ini berasal dan bermuara dari diri Anda sendiri.”

Terkait tulisan ini, pihak Obsessionnews.com telah berbicara langsung dengan Ki Ageng Noto melalui sambungan telpon. Ia membenarkan, apa yang disampaikan itu benar merupakan asli tulisannya. Pembicaraan ini sekaligus ingin menegaskan Ki Ageng Noto sampai saat ini masih hidup dan belum meninggal.

“Jadi itu benar tulisan saya, dan saya Ki Ageng Noto masih hidup, kalau saya diberitakan sudah mati tidak mungkin saya bisa menulis dan berbicara, kan aneh,” ucap Ki Ageng Noto dalam pembicaraannya.

Melalui tulisan itu, ia ingin meluruskan sejarah, bahwa Demokrat sebenarnya didirikan bukan untuk menjadi partai Dinasti SBY. Demokrat adalah Partai Terbuka, yang siapapun bisa menjadi pemimpin bangsa, tidak terkukung pada partai keluarga. Sebagai pendiri ia menentang sikap politik SBY.

“Jadi partai yang kami dirikan ini bukan hanya berorentasi pada kekuasaan belaka, dan bukan pula untuk membentuk partai dinasti Yudhoyono. Oleh karena itu ketika SBY berkuasa dan menjadikan Demokrat sebagai Partai Dinasti Yudhoyono, saya sangat menentang itu,” tandasnya. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.