Selasa, 23 April 24

Di Mata SBY, Negarawan Itu Memberi Teladan

Di Mata SBY, Negarawan Itu Memberi Teladan
* Presiden ke-6 RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. (SBY). (Foto: SBYTeam)

Oleh: Silvariyadi Rahman,  Pengusaha Muda dan Kader Partai Demokrat

 

Kenegarawanan dan keteladanan adalah dua kata yang terkait erat dengan karakter yang mesti dimiliki seorang pemimpin bangsa. Dan hal itu nyata diperlihatkan dalam pembukaan Rapimnas Partai Demokrat, yang mengambil tempat di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Sabtu (10/3/2018).

Bagaimanapun, kita melihat dengan mata kepala sendiri nilai-nilai luhur itu ada dan tanpa ditonjol-tonjolkan dapat dilihat khalayak dengan baik. Lihat saja, ketika Presiden Joko Widodo memberikan kata sambutannya, dengan tegas dikatakannya bahwa dirinya adalah seorang demokrat. Sepintas, pernyataan ini biasa-biasa saja. Seperti sebuah basa-basi, seperti  ungkapan peribahasa: Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Karena berada di antara orang-orang Partai Demokrat, sebuah pendekatan yang bijak dengan menyatakan diri sebagai seorang demokrat.

Tapi bila ditinjau lebih jauh, pernyataan itu sejatinya memiliki makna yang dalam. Sebab pernyataan itu seperti menegaskan bahwa pilihan kata demokrat di belakang nama partai ini adalah suatu pilihan yang tepat. Demokrat itu berasal dari kata demokrasi. Dan demokrasi adalah sistem politik yang telah kita pilih sebagai alat untuk membangun negara bangsa ini menjadi sebuah negara yang teratur dan berkemajuan. Salah satu syarat yang memungkinkan negara ini menjadi sebuah negara yang besar.

Begitu bijak, ketika Presiden memilih kata-kata yang tepat dalam sambutannya yang mendapatkan aplaus dari hadirin peserta Rapimnas Partai Demokrat kali ini. Kita tentu patut memberikan acungan jempol untuk pilihan-pilihan kata yang “sesuatu banget” ini. Menurut Presiden Jokowi, demokrasi adalah pilihan sistem politik bangsa yang harus dihormati sesuai dengan konstitusi.Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas kita bersama bagaimana menjalankan pilihan ideologi tersebut agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa.

Sebagai seorang negarawan, Presiden Jokowi memberikan keteladanan. Dengan gaya bicaranya yang santai, pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di Republik Indonesia ini tak lupa memperlihatkan sikapnya yang penuh hormat kepada tuan rumah. Yaitu Presiden keenam RI Dr. Susilo Bambang yudhoyono (SBY), yang tidak lain adalah Ketua Umum Partai Demokrat.

Apalagi dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga memberikan pujian yang begitu tinggi kepada tokoh muda Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dengan gaya bercanda tapi tetap dengan wajah serius mantan Wali Kota Solo dan mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut AHY sebagai  tokoh muda yang baik, ganteng dan cerdas.

Publik menilai, ini bukanlah sebuah sanjungan, tapi benar-benar sesuai kenyataan. Tidak dapat dipungkiri, apa yang dinyatakan Jokowi tentang AHY adalah sebuah keniscayaan. Sebab dilihat dari fisiknya, AHY memiliki postur tubuh yang jangkung, wajah yang menawan dengan senyum yang selalu tampil menyapa. Sedangkan dari sisi kecerdasan, selain telah menorehkan prestasi yang membanggakan dalam dinas militer, dia juga telah menampilkan dirinya sebagai tokoh muda calon pemimpin masa depan dengan sejumlah gelar akademik yang luar biasa.

Meski demikian, keteladanan dan kenegarawanan itu tampak memiliki makna yang lebih mendalam bila kita memperhatikan sikap dan perilaku SBY. Mestinya kita dapat belajar banyak dari tokoh pemimpin yang satu ini. Meskipun tidak pernah ikut campur tangan apalagi menyerang secara tidak elok kepada berbagai kebijakan pemerintahan yang sekarang, karena memang benar-benar menempatkan diri di luar pemerintahan setelah memimpin bangsa ini dengan aman damai selama dua periode, Presiden keenam RI itu memang benar-benar mampu tampil sebagai sosok seorang negarawan sejati.

Kita tahu, SBY seringkali diserang oleh sejumlah pihak tertentu. Tapi dia tetap sabar, tidak pernah berusaha balik menyerang. Dia seringkali dicibirkan, tapi dia selalu mengangkat tangan memberi hormat. Sementara itu, ketika banyak pula pihak yang berusaha meminta saran, pendapat, bahkan nasehat darinya, dia tidak menepuk dada. Dia tidak ubahnya tampil sebagai seorang resi yang berilmu tinggi dengan pengalaman hidup yang tiada tandingannya. Dia seolah duduk di atas sebuah singgasana yang tinggi, mengayomi kehidupan seluruh anak bangsa ini dengan tatapan mata yang tajam, dengan sejumlah perhitungan matang untuk tetap berpartisipasi membangun kehidupan seluruh anak bangsa.

Sebagai orang Jawa, SBY berhasil mengambil sikap yang bijak. Seperti disebutkan dalam falsafah hidup orang Jawa: Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake. Secara harafiah hal ini dapat diartikan: kaya tanpa harta, memiliki kesaktian tanpa ilmu/benda pusaka, menyerang tanpa bala pasukan, menang tanpa merendahkan. Inilah falsafah hidup seorang tokoh yang bijak, yang tetap dituakan selangkah, yang darinya rakyat ini masih tetap berharap petuah-petuah. Karena tidak sedikit jumlahnya rakyat yang sekarang berharap datangnya kembali kedamaian dan ketenangan seperti di masa 10 tahun pemerintahan SBY.

Ketika Partai Demokrat hendak menyelenggarakan sebuah perhelatan besar yang diberi nama Rapimnas, SBY mengutus putra sulungnya, AHY, untuk mengundang Presiden Jokowi. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa dia tampil di belakang layar. Tapi di puncak acara, seluruh mata sudah pasti menuju kepadanya. Di samping itu, dia telah menunjukkan bahwa dia memiliki pandangan yang jauh ke depan, karena telah menyiapkan generasi pengganti dirinya. Dia telah menyiapkan AHY dan banyak tokoh muda berbakat lainnya, sembari terus mengawal perjalanan republik ini.

Barangkali, di mata SBY, mengawal dan memantau perjalanan republik ini bagi seorang pemimpin adalah pekerjaan seumur hidup. Pekerjaan yang baru benar-benar ditinggalkannya bila sudah menutup mata untuk selama-lamanya. Meskipun secara faktual dia sudah mengundurkan diri, tetapi dalam praktiknya dia tetap menatap perjalanan bangsa ini dengan mata elangnya yang tajam. Dia adalah seorang negarawan. Karena itu, dia tak henti memberi teladan.

 

Sumber: http://www.demokrat.or.id

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.