Jakarta, Obsessionnews – Pariwisata salah satu program primadona Indonesia, karena mampu menyumbangkan devisa yang signifikan. Di bumi pertiwi ini banyak sekali objek wisata yang menarik dan gencar dipromosikan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak-banyaknya. Salah satu yang dipromosikan oleh pemerintah dan swasta adalah desa wisata.
Hingga saat ini di Indonesia tercatat 980 desa wisata. Desa wisata berupa kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian, dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, sumber daya alam dan lingkungan alam yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata.
Selain berbagai keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada di suatu kawasan desa wisata meliputi sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa pondok wisata (home stay), sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang masih asli.
Desa wisata harus memiliki aksesbilitas yang baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. Desa wisata juga harus memiliki objek-objek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, dan lain sebagainya untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata dan para wisatawan yang datang ke desanya. Keamanan di desa tersebut terjamin. Di desa wisata harus tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. Selain itu desa wisata harus berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Pembangunan desa wisata mempunyai manfaat di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, iptek, sosial budaya, dan lingkungan. Di bidang ekonomi meningkatkan perekonomian nasional, regional, dan masyarakat lokal. Desa wisata memacu tumbuhnya ekonomi kreatif, di mana warga membuat suvenir dan aneka kerajinan tangan yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, di desa wisata banyak bermunculan warung makan, warung sembako, dan lain sebagainya. Ya, desa wisata membuat kesejahteraan warga setempat meningkat.
Di bidang sosial desa wisata membuka lapangan kerja bagi warga setempat. Tak sedikit pemuda yang menjadi pemandu wisata dan memperoleh penghasilan yang lumayan besar. Sebelumnya para pemuda tersebut menganggur, lalu mendapat pelatihan memandu wisata dari sebuah lembaga swadaya masyarakat dan instansi pemerintah. Selain pemandu wisata, desa wisata juga menciptakan lapangan kerja untuk jasa transportasi. Banyak warga setempat yang menyediakan jasa ojek motor dan mobil. Dengan demikian desa wisata ikut andil mengurangi angka pengangguran.
Di bidang pendidikan manfaat desa wisata adalah memperluas wawasan dan cara berfikir orang-orang desa, mendidik cara hidup bersih dan sehat.
Di bidang iptek desa wisata dapat meningkatkan ilmu dan teknologi bidang kepariwisataan bagi warga setempat.
Di bidang sosial budaya desa wisata bermanfaat untuk menggali dan mengembangkan kesenian serta kebudayaan asli daerah yang hampir punah untuk dilestarikan kembali.
Di bidang lingkungan desa wisata dapat menggugah sadar lingkungan, yaitu menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan di masa datang.
Upaya Membangun Desa Wisata
Untuk suksesnya pembangunan desa wisata, perlu ditempuh upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM). Bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya. Pendidikan diperlukan untuk tenaga-tenaga yang akan dipekerjakan dalam kegiatan manajerial. Untuk itu, sebaiknya ditugaskan generasi muda dari desa yang bersangkutan untuk dididik pada sekolah-sekolah kepariwisataan, sedangkan pelatihan diberikan kepada mereka yang akan diberi tugas menerima dan melayani wisatawan. Keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya diberikan kepada para petugas kepariwisataan di desa, kecamatan, dan kabupaten, karena penduduk desa umumnya hanya mempunyai keterampilan bertani. Mereka dapat diberikan pelatihan keterampilan lain untuk menambah kegiatan usaha, seperti kerajinan, industri rumah tangga, pembuatan makanan lokal, budi daya jamur, cacing, menjahit, dan lain sebagainya.
Selain itu untuk menyukseskan pembangunan desa wisata perlu dilakukan kemitraan atau kerja sama saling menguntungkan antara pihak pengelola desa wisata dengan para pengusaha pariwisata di kota. Bidang-bidang usaha yang bisa dikerjasamakan meliputi bidang akomodasi, perjalanan, promosi, pelatihan, dan lain-lain.
Desa wisata harus sering dipromosikan melalui berbagai media. Oleh karena itu desa atau kabupaten harus sering mengundang wartawan dari media cetak dan elektronik untuk kegiatan hal tersebut.
Secara rutin di desa wisata perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik wisatawan atau penduduk desa lain untuk mengunjungi desa wisata tersebut. Misalnya mengadakan festival kesenian, pertandingan olah raga, dan lain sebagainya.
Perguruan tinggi di Indonesia mensyaratkan melakukan Kuliah Kerja Praktek Lapangan (KKPL) bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya. Sehubungan dengan itu sebaiknya dijalin kerjasama antara desa wisata dengan universitas yang ada, agar bisa memberikan masukan dan peluang bagi kegiatan di desa wisata untuk meningkatkan pembangunan desa wisata tersebut.
Wukirsari, Desa Wisata Terbaik Nasional
Salah satu desa wisata yang berhasil menyedot perhatian wisatawan domestik (wisdom) dan wisman adalah Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Desa ini terpilih menjadi desa wisata terbaik tingkat nasional 2014. Lomba desa wisata ini diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain mendapat piagam penghargaan desa wisata terbaik, Desa Wukirsari juga mendapat uang pembinaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebesar Rp 7,5 juta untuk pengembangan dan optimalisasi potensi wisata desa. Terpilihnya Desa Wukirsari menjadi desa wisata terbaik tersebut karena di desa ini terdapat sentra kerajinan batik tulis, kesenian wayang, wedang uwuh, dan lain sebagainya.
Desa Wukirsari menjadi contoh bagi pengelolaan desa wisata di daerah-daerah lain. Diharapkan Desa Wukirsari dapat mempertahankan eksistensi hingga terus menumbuhkan ekonomi kreatif, apalagi di desa wisata tersebut juga sudah memiliki paket wisata membatik yang sudah dikenal wisatawan mancanegara.
Keberhasilan Desa Wukirsari dinobatkan sebagai desa wisata terbaik se-Indonesia tahun 2014 itu, tak lepas dari dari peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul yang aktif mempromosikan desa itu. Selain itu Pemkab Bantul juga menggandeng akademisi dari perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk membimbing pengelola dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Selain itu, pihak swasta pun punya andil mengembangkan Desa Wukirsari. Salah satu di antaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Bank swasta nasional ini berkomitmen melestarikan wayang dengan membina Desa Wukirsari menjadi desa wisata wayang. Pembinaan ini diawali dengan pelatihan kemampuan serta keterampilan (soft skill) SDM bidang pariwisata.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, telah menetapkan wayang sebagai warisan budaya dunia pada 7 November 2003. Wayang menjadi suatu karya dan budaya yang mengagumkan dalam cerita narasi, warisan yang indah dan berharga, serta mencerminkan sikap solidaritas, sifat rohani, dan bersahabat dengan alam. Hingga saat ini, wayang terus berkembang dan setia pada misi yang diemban, yakni sebagai sarana hiburan dan sarana penerangan, pendidikan bahkan sarana komunikasi. Oleh karena itu, BCA terus memikirkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya dan seni pertunjukan wayang. Salah satu upaya yang BCA lakukan untuk memastikan budaya ini tetap hidup dan berkembang di masyarakat Indonesia adalah dengan membina Desa Wukirsari.
Untuk membina Desa Wukirsari menjadi desa tujuan wisata wayang yang dapat memberikan pelayanan terbaik kepada para wisatawan naik domestik maupun mancanegara, BCA mengadakan pelatihan kemampuan serta keterampilan (soft skill) SDM bidang pariwisata. Pelatihan yang digelar 17-18 Juli 2014 memberikan beragam pelatihan dan ilmu, sehingga nantinya dapat dihasilkan tenaga terampil di bidang pemandu wisata, sehingga mampu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan keinginan para wisatawan. Pembukaan pelatihan dihadiri oleh Head of Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Sapto Rachmadi, Kepala BCA Kantor Cabang Utama (KCU) Yogyakarta Sabar Purnomo, Camat Imogiri Sigit Subroto, Lurah Desa Wukirsari Bayu Bintoro.
Program pelatihan soft skill SDM yang berada di bawah naungan program Bakti BCA ini juga merupakan wujud konsistensi dan keterlibatan aktif BCA dalam mendukung pelestarian budaya dan perkembangan sektor pariwisata di Indonesia.
Desa Wukirsari telah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata wayang. Masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri seperti Swiss, Perancis, Belanda, dan Jepang pernah belajar kesenian wayang di desa ini. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain membuat wayang, memainkan gamelan, menyaksikan pertunjukkan wayang, serta tinggal di rumah-rumah perajin wayang di Desa Wukirsari. Seiring dengan pesatnya industri pariwisata di Indonesia, khususnya di DIY, maka Desa Wukirsari pun harus melakukan pengembangan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasar pariwisata. Melalui program pelatihan ini, BCA ingin mengoptimalisasikan fungsi Desa Wukirsari sebagai desa wisata wayang. (Arif RH)