Jumat, 19 April 24

Demokrat Usung SBY Calon Tunggal Bukti Partai Masih Tradisional

Demokrat Usung SBY Calon Tunggal Bukti Partai Masih Tradisional
* Teguh menjelaskan bahwa partai di Indonesia masih berbasis figur, belum seutuhnya menjadi modern

Semarang, Obsessionnews – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didaulat puluhan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) untuk dicalonkan kembali menjadi Ketua Umum dalam Kongres ke-3 Partai Demokrat di Surabaya pada 11 – 13 Mei 2015. SBY sudah memimpin Partai Demokrat sejak pertama kali didirikan hingga sekarang.

Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro (Undip) Teguh Yowono menilai, sejatinya Partai Demokrat memiliki karateristik sama dengan partai lain dalam hal pencalonan ketua umum. “Megawati bercokol di PDI-P, Gerindra masih dengan Prabowo, Hanura masih Wiranto, Demokrat masih SBY, ini gak aneh sebetulnya,” paparnya kepada obsessionnews.com, Kamis (7/5).

Hal ini, menurutnya, semakin menegaskan bahwa partai di Indonesia masih berbasis figur, bukan modernitas. “Jika figur tidak kharismatik dan tidak bisa dijual otomatis siapa pun calonnya tidak akan laku dalam pemilihan ketua umum. Sehingga selama ini orang yang sama kembali menjadi ketum,” tandasnya.

Terkait majunya dua orang anggota Demokrat di bursa pemilihan ketum yakni Gede Pasek Suardika dan Marzuki Alie, menurut Teguh, keduanya terlalu percaya diri bila harus head to head dengan SBY.

“Pasek dan Marzuki itu cuma riak-riak kecil. Pasti kalah total. Pileg aja kalah masak mau melawan SBY?” sindir Teguh.

Seharusnya, tutur Teguh, mereka bisa mengukur sejauh mana popularitas dan dukungan yang diberikan anggota. Terlebih seluruh perwakilan DPD partai Demokrat di berbagai wilayah mendeklarasikan majunya SBY selaku ketum kembali. “Kalau tau lawannya SBY dan SBY bersedia jelas pasti kalah lah,” imbuhnya

Ia pun mengungkapkan, jika sifat tradisionalitas sangat terasa di keseluruhan partai termasuk Demokrat. Kalaupun ada partai yang berubah dari berbasis figur ke modernitas seringkali berujung pada perpecahan dua kubu. “Lihat saja PKS, mau modern hasilnya malah rusak kemana mana,” bebernya.

Sehingga, lanjut dia, kondisi partai di Indonesia bisa tergolong tidak sehat. Terbukti dari selalu munculnya calon incumbent yang hasilnya dapat dipastikan terpilih ketua umum kembali.

“Bukan saja tidak sehat, memang situasinya begitu kok. Nyatanya biarpun SBY mantan presiden orang tetep suka. Sepanjang SBY mau, ya kekuasaanya bakal lama. Yang bisa mengalahkan SBY cuma SBY itu sendiri.”

Apabila SBY tidak menginginkan menjadi ketum maka dipastikan ada calon alternatif. Ia menganalogikan dengan jaman Soeharto ketika mundur dari jabatan, muncul berbagai calon-calon lain yang ingin menggantikannya.

“Mataharinya terlalu terang di SBY. Jamannya Soeharto jadi presiden, gak ada yang siap jadi presiden. Begitu pak Harto mundur, kan banyak yang muncul (menggantikan). Ini pun sama kasusnya,” tutupnya. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.