
Riyadh – Arab Saudi kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk menutupi defisit anggaran.
Surat kabar al-Rai Kuwait, Sabtu (4/32017) menulis, Saudi ingin menyesuaikan harga BBM dengan standar internasional pada tahun 2020 dan harga BBM akan kembali dinaikkan sebesar 30 persen. Kenaikan ini akan menambah beban belanja warga Saudi.
Menurut para pakar, krisis finansial Saudi tidak dipicu oleh faktor internal, tapi krisis itu berasal dari komitmen dan intervensi militer Riyadh di Yaman, Suriah dan Irak serta bantuan finansial mereka kepada sekutu-sekutunya dalam menyerang Yaman.
Serangan di Yaman dan Suriah memaksa Arab Saudi mengeluarkan dana miliaran dolar untuk kontrak pembelian senjata. Demikian seperti dilansir ParsToday, Minggu (5/3).
Sebelumnya, Selasa (28/2/2017), dikabarkan Arab Saudi ingin harga minyak mentah naik di kisaran $60 per barel pada tahun 2017 ini.
Seperti dikutip Reuters dari sumber OPEC dan industry, mengatakan Arab Saudi dan negara Teluk sekutunya melihat harga ini akan memacu investasi segar tanpa menimbulkan lonjakan minyak ‘shale’ AS.
Sumber tersebut memaparkan, OPEC resmi menyatakan bahwa kartel tidak mencari harga minyak secara spesifik. Justru produsen seperti OPEC dan non-OPEC menerapkan pemangkasan sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) pada semester pertama tahun ini untuk mengatasi banjir pasokan.
Telah ada pembicaraan perpanjangan pemangkasan produksi minyak di luar jangka waktu enam bulan, namun semua itu tergantung pada jalur untuk harga minyak.
Peningkatan #teknologi telah membuat ekstraksi inyak ‘shale’ AS layak pada tingkat harga yang lebih rendah. Data Baker Hughes menunjukkan jumlah rig yang beroperasi di AS pada minggu terakhir naik lima sampai 602 buah. Itu adalah jumlah tertinggi sejak Oktober 2015.
Minyak mentah AS terpantau sempat mencatat kenaikan 0,02% dan diperdagangkan level pada $54,06. (*/Red)