
Zaenal Arifin Mukhtar (Anto)
Jakarta-Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM Zaenal Arifin Muchtar menilai sudah saatnya ada gerakan re-reformasi karena reformasiyang telah berjalan selama 15 tahun ini terbilang gagal. “Perlu digerakkan reformasi jilid dua karena reformasi saat ini berjalan di tempat,” terang Zaenal.
Zaenal mengistilahkan pelaksanaan reformasi sekarang ibarat orang sedang berjalan di atas treadmill. “Dia bergerak, tapi tidak bergeser. DIsitu-situ saja,” ujarnya saat tampil sebagai pembahas hasil survei nasional 33 Propinsi dengan tema “persepsi publik terhadap pelaksanaan agenda reformasi sepanjang 15 tahun”, di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu, 5 Mei 2013 yang diadakan oleh Indonesian Research and Survey (IReS). Selain Zaenal, pembahas lain yang tampil adalah Dr.H. Donny Tjahja Rimbawan (Staf Pengajar Fisip UI) dengan Moderator Andi Nursaiful (Pemred Mens Obsession Magazine).
Zaenal mengambil contoh dalam soal supremasi hukum yang menurutnya kondisi hukum di Indonesia sekarang ini masih melihat kekayaan, pangkat, dan jabatan. “Kita lihat saja kasus Susno Duadji, baru kali ini saya melihat seorang buronan hukum begitu menyerahkan diri diperlakukan secara luar biasa, dikasih makan nasi Padang segala. Coba kalau maling biasa, sudah babak belur dia,” Zaenal menyontohkan.
Sementara Dr.H. Donny Tjahja Rimbawan melihat reformasi 1998 mirip dengan replacement.Hanya sebatas mengganti Presiden, tidak sampai menata sistem. Ini terjadi karena para reformis telah gagap menentukan langkah. Sebab reformasi dilahirkan tanpa melalui persiapan yang matang. Hanya ada satu tujuan dan itupun sudah tercapai. Sehingga ketika Habibie menggantikan Soeharto, perjuangan menjadi terhenti. “Reformis telah membiarkan Habibie berjalan tanpa melibatkannya.” terang mantan Ketua Formas UI ini.
Hasil Survey
Sementara itu hasil survey Ires menghasilkan sepanjang 15 tahun ini, implementasi reformasi belum bisa membawa perubahan yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia. Survei diadakan di 33 provinsi dan dilakukan tanggal 17-27 April dengan 2.383 responden, margin of error 2,01 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei menyatakan, angka penilaian masyarakat tentang pelaksanaan reformasi selama 15 tahun sebanyak 45,1 persen tidak puas dan hanya 31,1 yang merasa puas. Sisanya, sebanyak 24,8 persen merasa tidak tahu. (sdi)