Senin, 11 Desember 23

Corona di Italia, Semua Toko Ditutup, Negara Tidak Normal

Corona di Italia, Semua Toko Ditutup, Negara Tidak Normal
* Italia darurat virus corona. (qz)

Dampak virus corona yang makin mengganas di Italia, membuat negara ini menutup semua toko, situasi negara pun sudah tidak normal.

Pusat keramaian kini senyap di Italia, bahkan jarak berdiri antar warga minimal satu meter. Negara dengan 60 juta penduduk ini pun mengisolasi di seluruh wilayah negeri. Penduduk Italia diminta untuk tinggal di rumah guna menekan penyebaran virus corona.

Pemerintah Italia memerintahkan semua toko ditutup, kecuali toko bahan pangan dan apotek, seiring bertambahnya angka kematian Covid-19 dari total 463 orang menjadi 827 orang.

Perdana Menteri Giuseppe Conte mengatakan semua bar, restoran, salon, dan divisi kantor yang tidak bersifat esensial mesti sementara ditutup. Adapun layanan antar makanan bakal diperbolehkan.

Conte, yang pidatonya disiarkan langsung oleh stasiun televisi, mengatakan kebijakan ini akan berlaku mulai Kamis (12/3/2020) hingga 25 Maret mendatang.

Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Italia telah melampaui 12.000 orang. Salah satunya adalah pemain klub sepak bola Juventus, Daniele Rugani. Yang bersangkutan, menurut pernyataan Juventus, tidak menunjukkan gejala apapun.

Saat ini hampir 900 orang yang terjangkit Covid-19 berada dalam perawatan intensif, kata Kepala Bidang Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Michael Ryan. “Iran dan Italia sekarang sedang menderita, namun saya bisa jamin negara lain akan berada dalam situasi itu dalam waktu dekat,” ujarnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkah virus corona sebagai pandemi, penyakit menular yang menyebar dari satu orang ke orang lainnya di banyak negara pada waktu yang bersamaan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengukuhkan bahwa wabah virus corona sekarang adalah pandemi setelah sebelumnya ia tidak menggunakan kategori itu selama beberapa minggu.

Dr Tedros mengatakan kasus-kasus di luar China telah meningkat 13 kali lipat dalam waktu dua pekan. Dia mengaku “amat prihatin” dengan “taraf ketiadaan aksi yang mengkhawatirkan”.

Menanggapi situasi ini, Kedutaan Besar RI di Roma sudah menyiapkan langkah. “Dalam briefing pertama [dengan pemerintah Italia] kami sudah meminta agar ada aturan bahwa semua embassy [kedutaan asing], termasuk KBRI, punya akses kepada warga negara [yang terpapar virus],” kata Esti Andayani, dubes RI di Roma, kepada BBC News Indonesia, Senin (9/3).

“Dan mereka menjanjikan jika ada WNI yang terpapar — [karena] tentunya kami tidak langsung tahu — itu menjadi tugas Kementerian Kesehatan dan institusi emergency civil protection, untuk memberi notifikasi kepada kami,” kata Dubes Esti.

“Kami juga akan mematuhi aturan/protokol yang berlaku, bahwa kami tidak akan membuka identitas [warga yang terpapar virus], di sini aturannya sangat ketat untuk tidak membuka identitas warga yang terpapar Covid-19,” kata Esti.

Sebagian besar WNI di Italia utara adalah mahasiswa. Esti mengatakan pihaknya sudah menyiapkan 31 koordinator wilayah yang bertugas menjadi semacam jembatan komunikasi antara warga dan pihak KBRI.

Sebelum ada lock down, KBRI sudah melakukan konferensi video dan setelah ada aturan isolasi/karantina, komunikasi dilakukan melalui WhatsApp.

Esti mengatakan kondisi mereka baik dan tak ada masalah dengan pasok makanan. Suplai bahan pangan sehari-hari masih terjamin. Ia mengungkapkan, para WNI tetap tenang dan memutuskan tinggal di rumah sesuai ketentuan otoritas setempat.

KBRI Roma juga telah menyusun panduan langkah kontijensi dan menetapkan nomor hotline COVID-19 serta menyampaikan himbauan langkah-langkah pencegahan.

Kasus virus corona mengalami kenaikan di Italia dengan jumlah korban meninggal mencapai setidaknya 366 orang. Pemerintah memberlakukan isolasi atau lock down di Italia utara, kawasan yang berpenduduk setidaknya 16 juta orang.

Situasi Tidak Normal
Mahasiswi di Milan, Jeannette Lim menyebut situasi ini sebagai ‘keadaan yang tidak normal’. Dirinya harus tinggal di rumah dan melakukan kegiatan kuliah secara daring. “Biasanya saya keluar rumah untuk bertemu teman, kuliah dan pergi makan, kali ini harus kuliah secara online dan aneh rasanya, meski para dosen bersedia untuk video call situasi ini tidak normal,” kata Jeannette kepada BBC News Indonesia, melalui sambungan telepon, Rabu (11/3).

Persediaan makanan yang ia butuhkan masih cukup hingga dua pekan ke depan meski sesekali pergi ke pusat perbelanjaan terdekat dari rumahnya. “Ada aturan yang ketat ketika berbelanja, kami harus menjaga jarak minimal satu meter antar pengunjung,” tambah Jeannette.

Jeannette menerima ‘kedaan tidak normal’ ini dengan mengikuti arahan pemerintah setempat, karena dia percaya lonjakan jumlah kasus Covid-19 dalam satu pekan terakhir terjadi karena banyak orang di kotanya abai dengan imbauan yang telah diberikan, yakni dilarang berkumpul di tempat umum.

Dirinya dan kebanyakan WNI di Milan, Italia telah berkoordinasi dengan pihak KBRI, melalui grup dalam aplikasi WhatsApp. “Sejauh ini belum ada WNI yang melaporkan mengalami gejala terjangkit virus itu, dari banyaknya update yang kami berikan, kebanyakan melaporkan bahwa rumah sakit mulai penuh.”

Ketentuan lock down berlaku hari Minggu (8/3) hingga 3 April dan berlaku untuk seluruh wilayah Lombardia, wilayah Veneto (Provinsi Venezia, Padova, Treviso), wilayah Emillia Romagna (Provinsi Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, Rimini), wilayah Piemonte (Provinsi Alessandria, Asti, Novara, Verbano, Vercelli), dan wilayah Marche (Provinsi Pesaro-Urbino). Jumlah korban meninggal dunia akibat wabah virus corona di Italia melonjak dari 133 orang menjadi 366 orang dalam sehari.

Jumlah total orang yang terinfeksi pun naik 25%, dari 5.883 kasus menjadi 7.375 kasus. Angka-angka ini menjadikan Italia sebagai negara dengan kasus virus corona terbanyak di luar China, sejak virus itu menjalar pada Desember 2019. Lonjakan ini terjadi di tengah langkah drastis yang ditempuh Italia guna mengendalikan penyebaran Covid-19.

Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, mengatakan setidaknya 16 juta orang di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya harus memperoleh izin khusus bepergian dalam aturan karantina. Langkah tersebut dibarengi dengan penutupan sekolah, pusat kebugaran, kolam renang, kelab malam, museum dan resor ski di seantero Italia. (*/BBC News Indonesia)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.