Rabu, 22 Maret 23

Candi Gedong Songo yang Pernah Hilang Termakan Zaman

Candi Gedong Songo yang Pernah Hilang Termakan Zaman

Semarang, Obsessionnews – Sembilan deret candi dengan gagahnya berdiri kokoh di lembah Gunung Ungaran. Berbalut dingin udara daerah Bandungan, siapa sangka candi yang mempunyai nilai religi dan histori ini pernah hilang termakan oleh zaman. Dialah Candi Gedong Songo, sebuah kompleks bangunan bersejarah di kawasan Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Barisan Candi Gedong Songo pertama kali diperkenalkan secara luas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Sir Thomas Stamfor Bingley Raffles, yang pernah memimpin Indonesia tahun 1804. Pada periode awal, Candi Gedong Songo hanyalah berjumlah tujuh buah. Itulah mengapa masyarakat sekitar dulunya memanggil kumpulan candi sebagai Candi Gedung Pitoe, yang dalam bahasa Jawa berarti tujuh. Penelitian Raffles mengenai Candi Gedong Songo tersebut tertuang dalam bukunya yang berjudul The History of Java tahun 1817.

Candi Gedong Songo tampak dari atas bukit
Candi Gedong Songo tampak dari atas bukit

Candi Gedong Songo bertambah dua candi oleh seorang arkeolog berkebangsaaan Belanda, Van Stein Calefells, tahun 1908 yang membuat penelitian mengenai Candi Gedong Pitoe. Belanda yaang menguasai Nusantara mengadakan kegiatan ilmiah terkait penemuan Calefells. Dari situlah Candi Gedung Pitoe berubah namanya menjadi Candi Gedong Songo (Songo = Sembilan). Pemerintah Belanda secara resmi melakukan penelitian terhadap eksistensi Candi Gedong Songo pada 1916 melalui Oudheidkundige Dienst in Nederlansc-Indie, atau yang diterjemahkan sebagai Jawatan Purbakala di Hindia Belanda. Kemudian pada 1928-1929 Candi Gedong Songo dipugar secara keseluruhan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan tahun 2009 oleh pemerintah Indonesia.

Dari atas gunung  terlihat kepulan asap pemandian air panas.Air di pemandian berasal langsung dari panas bumi sehingga bisa mengobati berbagai penyakit kulit.
Dari atas gunung terlihat kepulan asap pemandian air panas.Air di pemandian berasal langsung dari panas bumi sehingga bisa mengobati berbagai penyakit kulit.

Bangunan bersejarah ini berjajar dengan rapi mulai dari candi pertama hingga yang kesembilan, berbentuk naik-turun di sebuah bukit mengelilingi sumber air panas dari Gunung Ungaran. Ada beberapa hal unik yang hanya bisa ditemukan di sini. Candi Gedong Songo memiliki pola bangunan terpisah antara satu candi dengan candi lainnya. Perpaduan posisi candi yang simetris dan berada di tempat yang berundak-undak menunjukkan proses akulturasi budaya di masyarakat sekitar terjalin dengan sangat baik.

Candi dalam agama Hindu dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa, sedangkan lokasi yang berundak mirip dengan budaya lokal zaman megalitikum. Memang, hasil penelitian pakar menyatakan Candi Gedong Songo hasil peninggalan budaya Hindu yang diperkirakan dibangun pada masa dinasti Sanjaya dari Kerajaan Mataram. Hal itu dapat dilihat dari struktur bagian bawah candi yang berbentuk mirip dengan kompleks candi di Dieng. Bangunan candi juga berbentuk ramping, bertolak belakang dengan Candi Borobudur yang notabene berciri Budha. Belum lagi arca-arca yang menempati relung-relung candi seperti Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Dhurga Nahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala. Tetapi, hingga saat ini misteri mengenai siapa pendiri Candi Gedong Songo masih belum terkuak. Para sejarawan masih mencari tahu lebih dalam lagi asal-usul candi unik ini.

Di balik sekelumit sejarah dan misteri yang tertera, Candi Gedong Songo menawarkan panorama serta sensasi pengalaman menarik untuk dijadikan lawatan akhir pekan. Kunjungan ke Candi Gedong Songo terasa sangat berkesan karena kondisi jalan yang menanjak dan bertabur taman bunga. Rasa lelah mendaki tanjakan tentunya terbayar dengan melihat kemegahan Candi Gedong I.

Salah satu peninggalan yang masih bisa ditemukan di dalam Candi Gedong I berupa Yoni atau lesung batu. Atap candi tersebut berbentuk segi empat dengan susunan ukiran di sekelilingnya. Di sini pemandangan menakjubkan dari Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi terlihat dengan jelas bila cuaca tidak berkabut. Sedangkan Candi Gedong II berbentuk sama dengan candi pertama, tapi ada perbedaan di bentuk tiap-tiap ujung atap candi. Sudut atap candi berbentuk mahkota bulat berujung runcing.

Berbeda lagi di Candi Gedong III. Terdiri dari tiga buah bangunan candi yang satu di antaranya menghadap ke arah berbeda, yaitu barat. Seperti diketahui rata-rata bangunan candi di Jateng rata-rata menghadap ke arah timur. Bentuk bangunannya pun berbeda. Bangunan yang membelakangi matahari terbenam berukuran lebih besar dibanding kedua candi yang mengarah ke timur. Diperkirakan candi yang lebih besar merupakan candi Induk dari ketiga Candi Gedong III. Dilihat dari segi keutuhan bangunan serta keindahannya, Candi Gedong III seringkali dijadikan tempat foto pre-wedding dan ajang lokasi pemotretan model.

Sementara itu bentuk ukuran bangunan yang hampir sama membuat Candi Gedong IV dan V disebut-sebut sebagai kembaran dari Candi Gedong II. Selagi berada di sini, disarankan beristirahat sejenak selagi memandangi panorama candi-candi di bawahnya. Namun, pengunjung harus bersiap karena aroma belerang akan menyeruak di penciuman mengingat lokasi kedua candi berada dekat dengan pemandian air panas bumi.

Untuk candi keenam hingga candi kesembilan saat ini sudah tidak dapat dilihat karena hanya berupa retuntuhan. Banyak sisa reruntuhan tersebut yang kemudian diselamatkan oleh pihak-pihak berwenang sebagai langkah perlindungan.

Untuk mencapai lokasi objek wisata Candi Gedong Songo, pengunjung dapat melalui jalan raya Ungaran dan berbelok ke kanan menuju ke arah Bandungan. Begitu melewati pasar Bandungan, pengunjung menempuh jarak sekitar 200 meter ke arah atas dan kemudian berbelok kiri. Di sepanjang jalan pasar Bandungan terpampang petunjuk arah menuju ke Candi Gedong Songo. Jadi, traveller tidak perlu khawatir akan tersesat bila kehilangan arah. Terlebih keramahan penduduk di sini yang masih menjunjung kearifan lokal. Di kanan jalan sekitar 2 kilometer dari Pasar Bandungan akan terlihat gang kecil yang di atasnya terpampang plang Candi Gedong Songo. Di akhir pengunjung tinggal mengikuti arahan plang tersebut dan tiba di gerbang destinasi.

Persewaan kuda disediakan bagi wisatawan
Persewaan kuda disediakan bagi wisatawan

Biaya yang dikeluarkan untuk memasuki lokasi sangat ringan di kantong. Hanya perlu merogoh kocek Rp 6.000 per orang maka wisatawan dapat menikmati keindahan yang ditawarkan. Terlebih bagi pengunjung yang tidak kuat melakukan pendakian dapat menyewa kuda untuk berkeliling. Harga sewa kuda untuk satu putaran dari candi pertama hingga terakhir dipatok sebesar Rp 80.000 bagi wisatawan lokal dan Rp 100.000 bagi wisatawan mancanegara. Belum lagi fasilitas outbond dan bumi perkemahan hingga pemandian air panas membuat kenyamanan para pengunjung semakin terjaga.

Guratan jahil di situs purbakala
Guratan jahil di situs purbakala

Hingga saat ini perkembangan daerah pariwisata Candi Gedong Songo mengalami kemajuan yang signifikan. Berbagai perubahan baik dari segi infrastruktur hingga pengelolaan perlahan-lahan sudah tertata dengan baik. Namun disayangkan, masih banyak tangan jahil yang meninggalkan coretan-coretan tak bermutu di Candi Gedong Songo. Niscaya perbuatan buruk tersebut dapat membuat kerusakan bagi warisan artsitekstur kuno di bumi pertiwi. (Yusuf Isyrin Hanggara)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.