Sabtu, 23 September 23

Cak Imin: “Gus Dur Terkenal Karena Bapak Saya”

Cak Imin: “Gus Dur Terkenal Karena Bapak Saya”

Jakarta – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar Haul untuk mengenang wafatnya Presiden ke-4 RI KH Abdurahmah wahid (Gus Dur), di Kantor DPP PKB, Jakarta, Selasa (23/12/2014). Acara yang diberi tema “Gus Dur Adalah Kita” ini dihadiri oleh Ketua Umum PKB Muaimin Iskandar, budayawan Aswendo Atmowiloto, dan pelawak Tarzan.

Selain itu, hadir juga para kiai dan Sesepuh Nahdlatul Ulama ‎(NU) serta para penggemar fanatik Gus Dur yang tergabung dalam kelompok Gusdurian. Muhaimin yang akrab disapa Cak Imin, mengatakan acara Haul ini sebenarnya memiliki tujuan untuk mengenang pemikiran Gus Dur sekaligus mendoakan agar Gus Dur diterima disisi Tuhan.

“Tentunya acara ini untuk mengenang pemikiran Gus Dur, dan juga mendoakanya,” ujar Cak Imim y6ang juga keponakan Gus Dur.

Tak terasa Gus Dur sudah lima tahun meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Muhimin pun menceritakan pengalaman lucunya saat masih sering bersama Gus Dur. Ia mengaku sudah kenal dengan Gus Dur sejak kecil, dan bahkan ia kerap diajari Gus Dur bermain bola di kampungnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Pada saat Mumaimin kecil, Gus Dur sebenarnya sudah terkenal dimana-mana melalui pemikirannya yang kerap ditulis melalui majalah Tempo ataupun Koran Kompas. Namun, Muhaimin bersama keluarga awalnya tidak tahu kalau Gus Dur sudah terkenal di dunia luar. “Awalnya saya gak tahu kalau Gus Dur sudah terkenal dimana-mana,” kisanya.

Cakl Imi baru tahu jika Gus Dur terkenal pada saat dia kuliah di Yogyakarta. Pada saat itu, kata Cak Imin, ia terkejut dengan Gus Dur karena ternyata tulisan dan karya-karya pemikiran Gus Dur kerap menjadi bahan diskusi dan bahan bacaan oleh kalangan mahasiswa ataupun dosen. Terutama berkaitan dengan gagasan Islamisasi, Islam kemoderan, dan juga gagasan mengenai persoalan bangsa dan demokrasi.

Bahkan lanjut dia, Gus Dur pernah menulis tetang kisah perjalanan Kiai NU di Jombang, yakni Kiai Iskandar di Majajalah Tempo. Kiai Iskandar ini merupakan orang tua Cak Imin. Tulisan itu menceritakan seorang Kiai yang mau mengurusi jenazah orang yang memiliki keyakinan Kejawen, tetapi tetap mengaku Islam.

“Jadi di tempat saya dulu ada orang Kejawen mati, dia gak pernah shalat tapi mengaku Islam. Sehingga pas (waktu) mati, masyarakat satu pun nggak ada yang mau ngurus jenazahnya,” cerita Cak Imin.

Ketika itu kisah dia, hanya kiai Iskandar yang akhirnya mau mengurusi proses pemakaman orang Kejawen tersebut. Karena Iskandar adalah seorang Kiai, maka akhirnya banyak yang membantunya untuk mengurusi janazah tersebut. Cak Imin menganggap peristiwa itu adalah peristiwa yang biasa tapi karena yang menulis Gus Dur, jadi menarik.

“Saya tahu Gus Dur terkenal waktu menulis tentang Bapak saya di Tempo. Jadi bisa juga Gus Dur itu terkenal karena Bapak saya,” ucapnya disambut tawa para tamu yang hadir.

Yang pasti kata Cak Imin, Gus Dur telah membentuk dan merubah garis hidup keponakan Gus Gur ini menjadi yang orang terkenal sebagai politisi. Cak Imin puna mengaku, orang yang pertama mengajak dirinya ke Jakarta adalah Gus Dur. Awalnya, ia sempat menolak tapi karena terus diajak, akhirnya memantapkan dirinya untuk hidup di Jakarta.

“Tapi sampai Jakarta saya ternyata dibiarkan begitu saja. Dia yang ngajak, dia juga menelantarkan,” ujarnya sembari ketawa.

Cak Imin diminta oleh Gus Dur untuk berjuang sendiri mencari pekerjaan. Ia mengaku demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Cak Imin sempat bekerja di Tabloid DETIK.  Puncaknya, hubungan Cak Imin pernah dikabarkan memburuk, ketika Gus Dur memecat orang PKB termasuk dirinya. Namun, ia mengaku selama hidupnya tidak mau untuk melawan Gus Dur. “Saya adalah penggemar fanatik Gus Dur seumur hidup saya,” jelas Ketua Umum PKB ini. (Abn)

 

Related posts