Kamis, 18 April 24

Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan M. Nurdin Abdullah

Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan M. Nurdin Abdullah
* M. Nurdin Abdullah.

Karakter kepemimpinan Nurdin Abdullah berbeda dengan kebanyakan kepala daerah lainnya. Sejak menjabat Bupati Bantaeng ia ‘nekad’ mengubah manajemen pemerintahannya dari yang birokratis menjadi ala corporate yang lebih melayani, ramah, mudah, murah dan tidak berbelit-belit. Walhasil, kurang lebih 190.000 warga Bantaeng merasakan perubahan yang luar biasa di era kepemimpinannya. Ratusan penghargaan dari dalam dan luar negeri adalah juga bukti sukses kepemimpinannya.


Watak kepemimpinan Nurdin itu sudah terlihat sejak periode pertama kepemimpinannya sebagai Bupati Bantaeng (2008 hingga 2013). Tak heran kalau lalu rakyat pun memilihnya lagi di periode berikutnya.

Rakyat mengakui, perubahan yang paling mendasar adalah kehidupan sosial ekonomi masyarakat makin meningkat dari waktu ke waktu serta penataan infrastruktur dan tata kota Bantaeng yang semakin baik.

Kalau dulu Bantaeng dikategorikan sebagai kabupaten ‘miskin’ dengan pendapatan per kapita masyarakat relatif rendah dibanding dengan kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Tapi dibawah Nurdin, pendapatan per kapita warga Bantaeng meningkat, industrialisasi terhadap hasil-hasil holtikultura berkembang, stimulus pendanaan terhadap desa-desa untuk meningkatkan pendapatan petani juga makin meningkat, dan masih banyak indikator lainnya. Itu tak lepas dari banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Bantaeng.

Tapi, Nurdin sendiri tak mau membanggakan diri jika disinggung soal kemajuan yang terjadi di daerahnya.”Saya kira kalau soal keberhasilan sih yang merasakan kan masyarakat. Tapi yakinlah bahwa yang kita lakukan adalah bagaimana masyarakat itu merasa adanya pemerintah, yang tadinya kota itu sebagai kota yang di musim hujan banjir, musim kemarau kekurangan air. Yang kedua layanan publik yang begitu minim sekarang Alhamdulillah mereka betul betul merasakan kapan saja mereka ada gangguan kesehatan, ada kecelakaan, dia bisa terakses dengan call center 119, dengan hadirnya ambulance mobile,” tuturnya dengan rendah hati.

Begitu juga ketika disinggung banyaknya harapan masyarakat di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menginginkan dia maju dalam pemilihan langsung Gubernur Sulsel tahun depan, Nurdin lagi-lagi dengan rendah hati menjawab, “terus terang saya kira ini politik gaya baru, yang kita lakukan di Bantaeng ini, kita tidak pernah berpikir mau jadi apa setelah ini,” tegasnya. Jawaban tegas itu juga yang ia berikan dalam wawancara kami di tengah kepadatan tugasnya. Meski serius, tetap saja selingan canda dan tawa keluar dalam wawancara kami.

Memang, peraih S3 Doktor of Agriculture Kyushu University Jepang Tahun 1994, ini adalah tipikal yang tak mau mudah “menepuk dada”. Meski harus diakui, Nurdin Abdullah adalah satu dari sedikit kepala daerah yang memiliki prestasi dan penghargaan luar biasa dari dalam dan luar negeri. Setidaknya, 100 penghargaan diganjarkan kepadanya atas prestasi kerjanya selama memimpin.

Baginya, ada sejumlah prasyarat jika seseorang mau maju menjadi pemimpin, khususnya menjadi seorang gubernur. Pertama, harus bekerja dengan baik dan membangun simpati masyarakat. Kedua harus menanamkan investasi sosial, dan yang ketiga harus membuat sesuatu yang berkesan sehingga tidak harus membuat citra. “Nggak perlu pencitraan, akan tercitra sendiri kalau Anda membuat sebuah monument,” tegasnya. Biarkan masyarakat langsung yang merasakan dan bercerita tentang apa yang terjadi di Bantaeng. Baginya, bekerja dan memberikan manfaat kepada rakyat yang dipimpinnya, hakikatnya adalah ibadah sekaligus sebuah dedikasi. (Rud)

Artikel ini dalam versi cetak dimuat di Majalah Men’s Obsession edisi Agustus 2017.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.