Rio de Jainero, Obsessionnews.com-Bulutangkis memang menjadi tumpuan Indonesia untuk meraih emas di Olimpiade. Sejauh ini ditambah dengan kemenangan Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir di final ganda campuran Olimpiade XXXI Brasil 2016, bulutangkis menyumbang 7 medali emas olimpiade ke Indonesia.
Padahal di Olimpiade London 2012 adalah saat kelam buat bulutangkis Indonesia.
Ganda putri, Greysia Polii/Meilani Jauhari dan ganda putri Korea Selatan, Ha Je/ Kim Min Jung dikecam karena keduanya berusaha untuk kalah, guna menghindari bertemu unggulan Tiongkok saat itu, Yu Yang/Wang Xaoli.
Yu/Wang juga sengaja mengalah pada ganda Korsel, Jung Kyung Eun/Kim Ha Na, agar tidak menjadi juara grup dan harus melawan Tian Qing/Zhao Yunlei juga asal Tiongkok yang menempati peringkat kedua grup lain.
Hasilnya Greysia/Meilani, Ha/Kim, Yu/Wang dan Jung Kyung Eun/Kim Ha Na didiskualifikasi dari Olimpiade London karena dinilai melanggar aturan BWF untuk bermain sportif.
Akhirnya bulutangkis pulang ke tanah air dengan dihujat masyarakat, karena tak membawa satu medali pun. Untung ada angkat berat melalui Eko Yuli dan Triyatno. Indonesia bisa pulang membawa satu perak dan satu perunggu.
Ketum PBSI saat itu, Djoko Santoso, harus rela kehilangan posisinya, dan diganti oleh Gita Wiryawan dalam Munas 2012 lalu.
Liliyana Natsir dan Tontowi Yahya pun mengakui beratnya beban waktu itu, karena situasinya mirip dengan sekarang, tinggal mereka harapan meraih medali bulutangkis. Sayang di semifinal Owi main penuh beban, dan itu dilihat oleh pelatihnya, Richard Mainaky. Akhirnya Owi/Butet kalah oleh ganda campuran Denmark, Joachim Fischer/Christina Pedersen dengan 12-21, 12-21. Medali perunggu lepas dari Indonesia.
Beruntung hal ini tak terjadi lagi pada Olimpiade Rio. Liliyana menjalankan perannya sebagai pihak yang bermain tenang, dan Tontowi pun mengikutinya. Akhirnya berbuah manis, emas kembali diraih Indonesia.
Semakin manis karena bertepatan dengan HUT RI ke 71, dan kembalinya ganda campuran merebut emas Olimpiade setelah 20 tahun. @baronpskd
