Sabtu, 20 April 24

BTN Siap Dukung Program Sejuta Rumah

BTN Siap Dukung Program Sejuta Rumah

Program 5 SIAP BTN akan menjadikan masyarakat Indonesia saat ini semakin mudah, cepat dan murah untuk mendapatan rumah yang layak huni

Semarang – Bank BTN menyatakan kesiapannya untuk mendukung program sejuta rumah yang ditetapkan dalam pemerintahan Jokowi-JK. Sejak awal Bank BTN sudah menyatakan bahwa program perumahan nasional memerlukan dukungan banyak pihak dan Bank BTN selalu terdepan dalam memberikan dukungan tersebut.Bahkan kami sudah sangat siap dengan sejumlah aksi korporasi yang kami lakukan dalam menyambut program tersebut.

Demikian Direktur Utama Bank BTN, Maryono, menjelaskan hal ini usai peletakan batu pertama program sejuta rumah oleh Presiden RI Jokowi di Ungaran, Semarang, Rabu (29/4/2015).

Peresmian program sejuta rumah secara serentak dilakukan 9 lokasi kota di Indonesia dan dipusatkan di Ungaran – Semarang. Sementara kota lainnya adalah di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan. Pada 9 kota ini langsung dilakukan video confrence dengan Bapak Presiden RI Jokowi. “Peletakan batu pertama program sejuta rumah ini dilakukan secara serentak di 9 kota tersebut,” jelas Maryono.

“Kami telah menyiapkan program 5 SIAP untuk bagaimana program sejuta rumah ini dapat terealisasi. Baik itu kesiapan dari sisi SDM, Teknologi, Proses Bisnis, Pendanaan dan Supply Rumah telah kami siapkan untuk mendukung percepatan realisasi program tersebut,” terangnya.

Menurut Maryono, Bank BTN telah menyiapkan pemenuhan kapasitas dan kompetensi SDM pemroses kredit, baik itu subsidi maupun non subsidi meliputi tenaga analis, loan marketing, loan service dan loan administration. Kami juga telah meningkatkan kapasitas Teknologi Informasi melalui sistem aplikasi kredit yang terintegrasi.

“Bank BTN juga sudah melakukan percepatan pelayanan dan proses kredit secara fokus, baik untuk KPR subsidi maupun KPR non subsidi. Termasuk dalam hal ini menambah jaringan pelayanan dan proses kredit melalui Griya KPR BTN yang menjadi kepanjangan tangan kantor layanan Bank BTN di daerah-daerah,” tandasnya.

Ia menambahkan, Bank BTN sudah melakukan beberapa alternatif dana pendamping untuk mendukung program sejuta rumah tersebut. Walaupun pemerintah menyiapkan alokasi dana untuk program ini, karena kapitalisasinya pasti besar, maka kami juga sudah menyiapkan alternatif pendanaannya.

“Dan untuk mendukung kesiapan rumah di lapangan, kami siap dengan supply rumah yang dibutuhkan. Ini karena Bank BTN telah menjalin kerjasama dengan lebih dari 3000 pengembang perumahan seluruh Indonesia untuk membiayai lebih dari 600.000 unit KPR,” kata Maryono.

 

Backlog Rumah RakyatJokowi - BTN 2
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saat ini ada sekitar 6,4 juta keluarga yang tinggal di rumah sewa, dan sekitar 7,2 juta keluarga masih menumpang dengan keluarga. Padahal, memiliki tempat tinggal yang layak, merupakan hak asasi setiap warga negara yang termaktub dalam UUD 1945.

Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan mengurangi defisit perumahan, yakni menyeimbangkan antara pasokan dengan permintaan. Bukan hal yang mudah, mengingat saat ini backlog perumahan mencapai 13,5 juta unit.

“Jika tidak ada penanganan secara menyeluruh, defisit tersebut diprediksi bakal terus bertambah, mengingat kebutuhan perumahan mencapai 500 ribu unit per tahun. Sementara,total pasokan rumah baru saat ini berkisar 400 ribu unit per tahun,” tutur Maryono.

Inovasi Produk dan Layanan
Berbagai kebijakan strategis telah disiapkan dan dilaksanakan Bank BTN. Salah satunya adalah dengan meluncurkan program KPR dengan uang muka 1% untuk pembelian rumah susun milik (Rusunami) pada Maret 2015. Program terobosan yang pertama kali di Indonesia tersebut, bertujuan mempermudah akses kelas menengah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), untuk memiliki tempat tinggal yang layak.

“Program yang diprioritaskan untuk pembelian rusunami sebagai bentuk dukungan Bank BTN atas kebijakan pemerintah yang mendorong perumahan vertikal/rusun,” kata Dirut BTN.

Dikemukakan pula, program lain yang telah disiapkan Bank BTN dalam mempermudah kepemilikan rumah adalah dengan mengenakan suku bunga KPR Sejahtera FLPP sebesar 5%, lebih rendah dari sebelumnya 7,25%. Proses pengurusan kredit hingga persetujuan KPR turut dipangkas menjadi tiga hari.

“Dengan suku bunga KPR Sejahtera FLPP yang rendah dan cicilan tetap hingga 20 tahun, MBR juga mendapat perlindungan asuransi jiwa dan kebakaran,” paparnya.

Menurut Maryono, keseriusan Bank BTN dalam menyukseskan program sejuta rumah juga diwujudkan dengan peresmian BTN Housing Finance Center pada 20 April 2015. Pendirian BHFC diantaranya bertujuan untuk mendukung pembiayaan dan pembangunan perumahan dari tiga aspek utama: penelitian, pelatihan dan konsultasi.

“Melalui divisi penelitian, BHFC dapat memberikan informasi kepada konsumen tentang harga rumah di berbagai daerah. Begitupula divisi pelatihan, salah satu tujuannya adalah mencetak calon developer professional,” ujar dia.

“BHFC merupakan komitmen Bank BTN dalam mendukung program sejuta rumah, dengan menghasilkan developer berkualitas serta informasi terkini tentang harga rumah untuk membantu nasabah dalam memiliki rumah,” tambahnya.

Fundamental yang Solid
Maryono mengatakan, untuk mendukung program sejuta rumah harus ditopang oleh fundamental keuangan yang solid. Likuiditas Bank BTN diyakini mampu mendukung program pemerintah tersebut. Ini dapat terlihat dari paparan kinerja Bank BTN per 31 Maret 2015 yang secara umum menggambarkan pertumbuhan usaha yang sangat sehat.

Bank BTN membukukan Asset sebesar Rp.149,289 Triliun atau tumbuh 9% dari posisi yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp.136,964 Triliun. Sementara dari sisi Kredit dan Pembiayaan juga mengalami pertumbuhan dari Rp.102,820 Triliun pada tahun 2014 menjadi Rp.120,158 Triliun pada 31 Maret 2015. “Pertumbuhan kredit ini mencapai 17%,” jelas Dirut BTN.

Bank BTN memproyeksikan kredit yang diberikan Perseroan akan terus tumbuh sampai dengan akhir tahun 2015. Kredit dan pembiayaan yang diberikan perseroan tumbuh lebih baik diatas rata-rata pertumbuhan kredit nasional yang berada pada kisaran 12%..

Dana Pihak Ketiga Perseroan tumbuh dari Rp.102,278 Triliun pada tahun 2014 menjadi Rp.109,519 Triliun pada tahun 2015. Sementara itu Bank BTN mencatatkan Interest Income pada Triwuan I 2015 sebesar Rp.3,609 Triliun atau tumbuh 11,20% dari posisi yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp.3,246 Triliun. Net Interest Income Perseroan tercatat Rp.1,554 Triliun pada Trwulan I 2015 atau lebih baik dari posisi yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp.1,439 Triliun.

“Oleh karena itu Laba bersih Bank BTN tercatat sebesar Rp.402 Milyar atau tumbuh lebih baik dibanding posisi yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp.341 Milyar. Pertumbuhan laba Bank BTN ini mencapai 18%,” jelas Maryono.

Menerbitkan Obligasi
Bank BTN juga tengah menyiapkan alternatif sebagai dana pendamping perseroan dalam mendukung program sejuta rumah. Perseroan akan melakukan aksi korporasi dengan menerbitkan obligasi, NCD dan pinjaman ke lembaga internasional.

“Kami juga akan melakukan sekuritisasi asset. Jumlahnya sudah pasti akan disesuaikan dengan kebutuhan dan seberapa besar dapat diserap pasar. Yang jelas kami sudah menyiapkan aksi korporasi tersebut untuk dapat dieksekusi pada tahun 2015,” tegas Maryono.

Melalui berbagai aksi korporasi dan peningkatan kualitas infrastruktur bisnis yang dilakukan perseroan, manajemen Bank BTN optimistis mampu mendukung pembiayaan program sejuta rumah, sekaligus menopang kinerja perseroan.

“Ini adalah komitmen Bank BTN, sebagai bank milik negara, memberikan dukungan bagi suksesnya program pemerintah sekaligus mewujudkan hak asasi seluruh warga negara Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya akan sebuah rumah yang layak dengan cara mudah, cepat dan murah,” tandas Dirut BTN. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.