Jakarta, Obsessionnews – Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Bonie Hargens mengatakan, bulan Mei bulan kemesraan antara Jokowi dan rakyat. Menurutnya, penurunan (pelengseran) rezim Jokowi sulit untuk terjadi.
Ia mengingatkan, semangat reformasi 98 bukan sekedar semangat pergantian rezim dari Soeharto Orde Baru dan orang baru, Habibie, Megawati, Gus Dur dan yang lainnya. Namun, Bonie menekankan perlu ada perubahan karakter serta perubahan watak.
“Maka yang paling penting dalam refleksi ini, kita sudah sejauh mana melangkah ke arah perubahan ini,” tegasnya di depan wartawan usai menghadiri Forum Wartawan Joeang (FWJ) di Jakarta, Selasa (19/5/2015).
Menurut Boni, apabila ada aksi besar-besaran pada 20 Mei 2015 adalah merupakan bentuk kritikan terhadap pemerintahan Jokowi. Namun, ia berharap para aktivis perlu realistis dalam mengevalusi pemerintah.
Ia menilai, sekarang bukan waktu yang tepat pemerintahan Jokowi untuk diturunkan. “Gerakan yang muncul nanti tidak ada yang buruk, itu bentuk koreksi dan kritik. Hanya saja teman-teman aktivis harus berfikir realistis dan bijaksana, enam bulan bukan hal yang panjang untuk melakukan perubahan,” tandasnya.
Meski demikian, tegas Boni, tidak ada hal yang negatif terhadap gerakan 20-21 Mei. “Saya tetap optimis ini momen percintaan di antara presiden dan rakyat,” tuturnya sembari tersenyum.
Boni menilai sikap pemerintah Jokowi positif dalam menyambut momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional. “Makanya pemerintah memanggil para aktifis, pengamat, LSM, pemuda melakukan dialog. Saya pikir pemerintah melihat komponen tersebut sebagai kekuatan bangsa yang perlu dirangkul dan juga dipahami,” terangnya.
Ia menegaskan, untuk melakukan perubahan secara sistematis tidak segampang membalikkan tangan. “Bukan enam bulan merubah negara, ini bukan masuk di sebuah institusi yang steril, ini institusi yang ditinggalkan rezim sebelumnya tentunya banyak piring dan gelas kotor,” tuturnya.
Boni menambahkan, tidak ada waktu bersamaan mencuci piring dan gelas kotor serta memasak dan menyiapkan makanan secara bersamaan. “Itu tidak masuk akal butuh proses,” tegasnya.
Menurutnya, tahun pertama pemerintah menanam fondasi dan tahun kedua tentu memanen janji. (Asma)