Gelar bergengsi di bidang penegakan hak asasi manusia (HAM) yang diberikan sebuah museum di Amerika Serikat bagi pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, resmi dicabut.
Suu Kyi mendapatkan Elie Wiesel Award enam tahun lalu dari Holocaust Memorial Museum di Amerika atas ‘kepemimpinannya dan pengorbannya yang luar biasa dalam melawan tirani di Myanmar’.
Penghargaan ini juga sebagai pengakuan atas berbagai upaya Suu Kyi dalam ‘mewujudkan kebebasan dan martabat rakyat Myanmar’.
Namun penghargaan ini dicabut karena Holocaust Memorial Museum berpandangan Suu Kyi ‘diam saja melihat genosida yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap warga minoritas Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine’.
“Ketika militer menyerang Rohingya pada 2016 dan 2017, kami berharap Anda -yang kami anggap peduli dengan HAM- melakukan sesuatu untuk mengutuk dan menghentikan operasi militer yang dilakukan secara brutal serta mengeluarkan pernyataan solidaritas bagi warga Rohingya yang diserang,” demikian isi surat Holocaust Memorial Museum untuk Suu Kyi.
Yang terjadi, selain diam saja, partai yang ia pimpin, Liga Nasional untuk Demokrasi, yang menang pemilu dan sekarang berkuasa, menolak bekerja sama dengan tim penyelidik PBB dan terus saja mengeluarkan retorika anti-Rohingya.
Partainya juga menghalangi wartawan yang ingin memberitakan pembunuhan besar-besaran dan eksodus warga Rohingya ke negara tetangga, Bangladesh.
Holocaust Memorial Museum mengatakan, mestinya Suu Kyi menggunakan otoritas moral untuk mengatasi keadaan setelah menyaksikan skala kejahatan yang dilakukan oleh militer terhadap warga sipil Rohingya.
Sekitar 700.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh sejak konflik pecah pada Agustus 2017.
Penelusuran yang dilakukan para wartawan dan berbagai organisasi HAM menemukan bukti-bukti kuat adanya pelanggaran HAM berat di Rakhine. Para saksi dan korban yang selamat mengatakan militer dan kelompok militan yang didukung tentara melakukan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran rumah warga Rohingya.
PBB menyebut perlakuan yang menimpa warga minoritas Muslim Rohingya sebagai ‘jelas-jelas pembersihan etnik’.
Militer dan pemerintah Myanmar selalu menolak tuduhan pelanggaran HAM berat meski belakangan militer mengakui keterlibatan personel mereka dalam kasus pembunuhan warga Rohingya.
Ini bukan untuk pertama kalinya gelar kehormatan bagi Suu Kyi dicabut.
Pada awal Oktober 2017 kota Oxford di Inggris mencabut gelar warga kehormatan untuk dirinya ‘karena dinilai tak berbuat banyak mengatasi krisis kemanusiaan di Rakhine’ alias pembantaian (genosida) muslim Rohingya.
Kota Dublin, di Republik Irlandia, juga mencabut gelar kehormatan untuk Suu Kyi.
Suu Kyi meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 1991 atas upayanya melawan pemerintah militer namun krisis Rohingya mendorong petisi online yang mendesak hadiah ini dicabut.
Petisi untuk Komite Nobel di Norwegia tersebut didukung oleh ratusan ribu tanda tangan. (bbc.com)
Baca Juga:
- PBB: Myanmar Lakukan Genosida Bantai Muslim Rohingya
- Foto Satelit Desa Muslim Rohingya Dibuldoser Rezim Myanmar
- Hilangkan Bukti Pembantaian Muslim, Myanmar Buldoser Kuburan Massal Rohingya
- Pembunuhan Muslim Rohingya Paling Menguncang Dunia!
- Rezim Biadab! Selidiki Permbunuhan Muslim Rohingya, Wartawan Ditahan
- Awas!! Genosida, Pembunuhan Muslim Rohingya Berlanjut
- PBB Temukan Kuburan Massal, Pembunuhan Genosida Muslim Rohingya
- Tak Ada Jaminan Keselamatan Muslim Rohingya di Myanmar
- Genosida terhadap Muslim Rohingya Masih Berlangsung
- PBB: Kondisi Muslim Rohingya Masih Memprihatinkan
- Kampret! Suu Kyi Malah Dukung Pembantaian Muslim Rohingya
- Ditemukan Kuburan Massal Muslim Rohingya di Myanmar
- Krisis Rohingya: Mereka yang Dipukuli dan Dibakar
- Siksa Muslim Rohingya, Tentara Myanmar Malah Dilindungi
- Muslim Rohingya Disiksa, Malaysia Ancam Tarik Investasinya di Myanmar
- Pemerintah Myanmar Sita Hasil Panen Petani Rohingya
- AS Cuma Kecam, Tidak Ada Inisiatif Akhiri Krisis Myanmar
- PBB Akui Pembantaian Sistematis Muslim Rohingya
- Pengungsi Rohingya di Bangladesh Capai 590 Ribu
- Setiap Pekan 12.000 Anak-anak Rohingya Tiba di Kamp Penuh Sesak
- UNICEF Peringatkan Kondisi Buruk Pengungsi Rohingya
- Israel Akui Berperan dalam Genosida Muslim Rohingya
- PBB Sengaja ‘Diamkan’ Pembantaian Muslim Rohingya di Myanmar?
- PBB: Penyiksaan Muslim Rohingya, Mimpi Buruk Kemanusiaan
- Biadab! Orang Buddha Myanmar Halangi Bantuan Rohingya
- Muslim Rohingya Dibantai, Suu Kyi Masih Saja Menipu!
- Tragedi di Myanmar, Genosida Terorganisir terhadap Umat Islam
- Kampret! Mendagri India Usir Muslim Rohingya
- Pembantaian Muslim Myanmar, Contoh Nyata Genosida
- Pengungsi Rohingya Sebut Omongan Suu Kyi Penipuan!
- Serangan atas Muslim Berlanjut, Komandan Militer Myanmar Biadab!
- Forjim Bongkar Penyesatan Opini Kaum Liberal tentang Konflik Rohingya
- Militer Myanmar Sengaja Bakar Desa-desa Muslim Rohingya
- Myanmar Tidak Ijinkan IRC Mengkases Muslim Rohingya
- UNICEF Peringatkan Bahaya Kematian 200 Ribu Anak Rohingya
- Negara-negara Islam Harus ‘Boikot’ Myanmar !!
- Bungkam, Aung San Suu Kyi Dikecam 5 Peraih Nobel Perdamaian
- Militer Myanmar Mulai Serang Masjid-masjid di Rakhine
- Pokok-pokok Pikiran Majelis Nasional KAHMI tentang Masalah Rohingya
- Forum Parlemen Dunia Kutuk Genosida Rohingya, India Marah
- Media Myanmar Sebarkan Berita Bohong Soal Rohingya
- The Telegraph: Militer Myanmar Bantai Muslim
- Tentara Myanmar Tembaki Ratusan Muslim Rohingya, Perempuan dan Anak-anak
- Pengacara Muslim Myanmar Tewas Diteror