Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca perdagangan Juni 2014 kembali mengalami defisit sekitar US$300 juta, setelah pada bulan sebelumnya mampu mencatatkan surplus senilai Rp69,9 juta.
Hal tersebut disampaikan Gubernur BI, Agus Martowardojo di Gedung BI Jakarta, Senin (14/7) malam. “(Ekspor) komoditas non-migas yang non-mineral bagus sekali. Sudah membaik. Khususnya yang kemarin (Mei 2014) itu, seperti tekstil, benang, otomotif, kemudian bahan kimia. Tetapi, defisit migasnya besar,” kata Agus Marto.
Namun demikian, dia mengatakan, secara umum impor barang modal, bahan baku dan barang konsumsi pada Juni 2014 mengalami penurunan, meski masih lebih besar jika dibandingkan sebulan sebelumnya. “Jadi, neraca non-migas sendiri masih surplus,” ucap mantan Menteri Keuangan ini.
Dia menilai, nilai impor migas yang besar tidak terlepas dari tingginya tingkat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Pilihan terdekatnya penggunaan alternative energy atau penyesuaian harga (BBM bersubsidi). Menjaga kuota 46 juta kiloliter itu sesuatu yang cukup sulit. Kalau kita mendengar pernyataan atau penjelasan dari Menteri ESDM (Jero Wacik), semuanya berat,” paparnya.
Seperti diketahui, neraca perdagangan pada Mei 2014 mengalami surplus senilai US$69,9 juta, setelah di bulan sebelumnya tercatat defisit sebesar US$1,96 miliar. Surplus tersebut disebabkan surplusnya neraca perdagangan non-migas sebesar US$1,4 miliar dan defisit neraca migas US$1,33 miliar.(Ipot)