Rabu, 24 April 24

Best Achiever In Ceo State Owned Enterprises Elvyn G. Masassya (Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (PERSERO)/IPC)

Best Achiever In Ceo State Owned Enterprises Elvyn G. Masassya (Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (PERSERO)/IPC)

Sejak memimpin PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC, Elvyn G. Masassya berhasil membuat Pelabuhan Tanjung Priok menjadi Pelabuhan yang lebih modern dengan melakukan modernisasi infrastruktur dan suprastruktur serta optimalisasi penggunaan teknologi informasi pada seluruh lini pelayanan jasa kepelabuhanan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik, meningkatkan produktivitas, transparansi, serta penurunan biaya logistik. Upaya-upaya ini merupakan langkah strategis untuk membawa IPC menuju World Class Port Operator. Elvyn juga berhasil untuk pertama kalinya dalam sejarah mendatangkan kapal besar berkapasitas lebih dari 10.000 TEUs dengan trayek direct call ke Amerika Serikat, Eropa dan Asia.

Ya, untuk mencapai IPC menuju World Class Port, beragam langkah strategis digulirkan IPC di bawah kepemimpinan Elvyn yang terangkum dalam roadmap lima tahun (2016 – 2020), yakni fase fit in infrastructure sebagai langkah awal yang dimulai pada 2016, kemudian 2017 dilanjutkan fase enhancement, yakni peningkatan kapasitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan performance. Lalu 2018 fase establishment atau pemantapan, 2019 fase sustainable superior performance. Dan 2020 menjadi world class port operator. Fase fit in infrastructure telah berhasil dilalui pada 2017 lalu dengan hasil kinerja keuangan dan operasional yang membanggakan serta mampu melampaui target Perusahaan. Dalam kaitannya mewujudkan kinerja unggul berkesinambungan, sejumlah pencapaian korporasi juga telah dicatatkan di antaranya pencapaian Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU), IPC berhasil melampaui target skor RKAP 2017 yaitu 540 dengan nilai akhir berada di skor 553,5 (predikat “Good Perfomance”), sedangkan dari aspek GCG, IPC kembali mencatatkan peningkatan signifikan dari target RKAP 2017 dengan skor 87 berhasil dicapai dengan nilai skor akhir adalah 96.361 (Sangat Baik).

Sementara pada 2018 ini, menuju fase establishment, banyak hal yang tengah dipersiapkan dan dilakukan IPC, yang terfokus pada tiga hal: volume growth, yaitu pertumbuhan throughput yang terjadi di seluruh cabang IPC serta di seluruh anak perusahaan yang melakukan pengelolaan pelabuhan. “Hal ini tentu berdampak pada peningkatan produktivitas. Kita menaikan lagi standar produktivitas kita lebih tinggi dari tahun lalu,” ungkap Elvyn saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Kemudian profitability growth yang tercermin dari revenue, EBITDA margin, BOPO dan rasio efisiensi yang diharapkan bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Setelah itu holding establishment, yakni sinergi antara anak-anak perusahaan dan cabang IPC dapat berjalan semakin baik. “Dan itu sudah kita mulai tahun ini dimana di lima cabang kita, pengelolaan peti kemasnya, pengelolaan bisnis non peti kemas, dan pengelolaan peralatan-peralatan di cabang, semuanya dikelola oleh anak perusahaan kita. Apa tujuannya, pertama lebih fokus, kedua lebih terukur, measurable, dan ketiga lebih terkontrol. Dengan cara pengelolaan yang terkontrol saya yakin hasilnya pasti akan lebih baik. Ini menjadi fokus kita di 2018 yang kita sebut sebagai pemantapan atau establishment,” terang penyandang gelar Magister Management bidang Keuangan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Disamping itu, beberapa langkah strategis juga tengah dilakukan IPC, antara lain, memulai proyek-proyek strategis, seperti pembangunan Terminal Kijing di Kalimantan Barat dan kanal CBL (Cikarang Bekasi Laut). Di samping itu, IPC juga tengah mengembangkan supporting business dan mengintensifkan pengembangan logistic business. Proyek Kanal CBL yang kini dalam proses pengembangan diharapkan bisa selesai pada 2019. Elvyn mengakui tak mudah memulai pembangunan proyek ini. Apalagi ini menjadi proyek pertama dan pengalaman pertama yang prosesnya tentu berbeda dengan membangun pelabuhan. Namun di situlah tantangan baginya yang harus dihadapi bersama.

“Berbagai tantangan yang harus kita hadapi, antara lain bagaimana kita harus membangun koordinasi yang intensif dan juga harus dilakukan pengerukan yang cukup dalam terhadap alur tersebut. Kemudian nanti bagaimana menyiapkan rencana pembangunan terminal kecil di Cikarang sana, lalu menyiapkan pola operasionalnya untuk itu. Tapi saya kira hal ini masih manageable,” ujarnya serius.

Ke depan, jika kanal CBL ini sudah berjalan tentu akan menjadi salah satu gebrakan baru bagi IPC. Apalagi dengan adanya kanal ini, IPC berhasil melakukan efisiensi dari berbagai hal, yakni efisiensi waktu, efisiensi distribusi, kecepatan sampai, serta efisiensi biaya. “Sekarang ini setiap hari sekitar 10.000 kontainer harus dibawa oleh 10.000 truk dari Tanjung Priok ke Cikarang. Kalau 10.000 truk ini dikonversikan kepada kanal dengan tongkang tentu jumlahnya nggak 10.000 karena satu tongkang ini bisa mengangkut 200 kontainer. Nah bayangkan 1 dibanding 200, kalau sekarang misal satu kontainer sekali jalan, nanti 200 kontainer sekali jalan,” Elvyn menggambarkan.

Yang juga membanggakan, di bawah kepemimpinan Elvyn, IPC mampu berkibar hingga harum namanya di dunia pelayaran internasional. Keberhasilannya menjadikan Tanjung Priok sebagai transhipment port yang mampu mendatangkan kapal-kapal besar di atas 10.000 TEUs dengan direct call dari beberapa negara dan benua telah diakui dunia. Elvyn mengungkapkan, pada akhirnya Indonesia diakui bahwa kita mampu melayani mereka dengan direct call, pelayaran langsung kapal besar, tak lagi singgah di negara tetangga. Dengan demikian, otomatis akan berdampak signifikan terhadap penurunan cost logistic, tentunya juga akan memuaskan para pemilik barang dan jasa. Dan yang juga penting, hal ini sebagai bagian dari improvement IPC dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa. Sebagai jasa operator pelabuhan, IPC tentu memiliki peran besar dalam mendukung posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. IPC berkontribusi dalam banyak hal, antara lain, turut serta dalam meningkatkan konektivitas dengan melakukan pengelolaan pelabuhanpelabuhan yang sebelumnya ada di bawah Kementerian Perhubungan RI melalui kerjasama pemanfaatan, seperti Pelabuhan Sintete di Kalimantan Barat, dan ada 6 pelabuhan lainnya yang sedang diajukan. IPC sangat siap untuk mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia melalui pembangunan pelabuhan-pelabuhan baru, operasional dan pelayanan yang sangat excellent, serta peralatan-peralatan yang modern. (Naskah: Suci Yulianita, Foto: Sutanto/Istimewa)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.