Kamis, 25 April 24

Bersahabat dengan Perubahan

Bersahabat dengan Perubahan

Oleh: Denny Siregar, Pemerhati Sosial

 

Dulu awal main di facebook, banyak teman saya yang melecehkan. “Kerja woiii fesbukan terus. Fesbuk itu dunia maya, lu hidup di dunia nyata. Mending ngerjain yang pasti-pasti aja. Zaman gini masih fesbukan? Mau jadi apa?”.

 

Saya bingung dengan komen mereka. Konsep kerja bagi mereka adalah ketika pagi sibuk menyiapkan diri, siang istirahat makan siang, sore pulang ke rumah dan sabtu minggu istirahat bersama keluarga. Begitu terus setiap hari selama bertahun-tahun.

 

Sedangkan saya kerja dengan santai, nongkrong di tempat kerja teman-teman, makan siang di meja mereka dan malam keluyuran. Saya tidak butuh karier, tidak butuh gelar dan jabatan. Yang penting uang makan keluarga aman. Begitu sederhana.

 

Ada titik di mana saya sudah tidak punya target lagi dalam kehidupan, kecuali berguna bagi banyak orang. Tuhan pernah “menghajar” kesombongan saya yang selalu berbicara dari sisi material. Pada akhirnya saya sadar dan membuang semua ukuran yang didasari kesepakatan manusia.

 

Saya juga tidak tahu kenapa dulu saya senang sekali fesbookan. Mungkin karena pada dasarnya saya suka ketemu orang baru. Orang-orang baru dengan karakter yang berbeda, ilmu yang berbeda dan dengan semua latar belakang mereka.

 

Itulah kenapa saya sering buat status, sekadar untuk memancing mereka datang berkunjung. Ketawa sama-sama, belajar sama-sama sampai pada akhirnya kami bertemu dan menjalin persahabatan bersama-sama.

 

Tiba-tiba teman saya menjadi begitu banyak. Hidup saya menjadi tidak sempit karena mereka ada di mana-mana, di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan banyak juga yang tinggal di luar negeri.

 

Bahkan dari pertemanan itu kami bekerja bersama, sampai membuat perusahaan bersama. Baboo – perusahaan startup yang sedang saya bangun – juga adalah karena pertemanan yang dijalin di fesbook awalnya. Partner-partner kerjanya juga saya dapatkan di fesbook.

 

Kalau sudah begitu, apa bedanya dunia maya dan dunia nyata? Bedanya ternyata ada di kemampuan berfikir ke depan.

 

Teman-teman saya – yang sampai sekarang masih begitu-begitu aja – menolak menggunakan teknologi ke depan hanya karena ia sibuk dengan apa yang dia lakukan sekarang. Sedangkan saya, menyambut apa yang terjadi di depan dengan menggunakan teknologi sekarang.

 

Kemampuan memanfaatkan teknologi yang ada dengan positif adalah kuncinya. Karena fesbook adalah platform media sosial, maka potensi terbesarnya di sana ada pada membangun jaringan pertemanan, networking bahasa kerennya.

 

Dari pertemanan atau bahasa syariahnya silaturahmi itulah banyak muncul hal-hal baru, karena ketika ide di kepala yang berbeda bersatu pasti ada saja yang bisa dikerjakan.

 

Sekarang saya sudah berada pada titik tertinggi cita-cita saya, yaitu bekerja tanpa waktu kerja rutin sambil pake kaos, jeans dan sepatu kets di kantor. Dan itu saya terapkan di Baboo karena saya menuntut isi kepala bukan aksesoris belaka.

 

Banyak hal yang menyenangkan dari sisi teknologi. Semua tergantung bagaimana sikap kita memandangnya. Mulailah berteman dengan teknologi ke depan daripada bersikap memusuhinya.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.