Sabtu, 20 April 24

Rezim Myanmar Gila, Muslim Rohingya Disiksa

Rezim Myanmar Gila, Muslim Rohingya Disiksa

Nampaknya, rezim Myanmar sudah benar-benar kejangkitan penyakit “gila”. Kalangan dunia sudah memprotes, namun rezim Myanmar masih terus membiarkan penyiksaan, pembunuhan bahkan genosida terhadap warga minoritas muslim Rohigya di negara mayoritas Budha ini. Bahkan pemimpin negera Aung San Suu Kyi menutup mata dengan kekejaman militer terhadap kelompok minoritas di negera tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun sudah berkali-kali memberi peringatan terhaap rezim Myanmar, namun tetap saja diabaiakan. Terakhir, Deputi juru bicara Sekjen PBB Farhan Haq mengabarkan berlanjutnya eksodus warga Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine, Myanmar akibat serangan militer negara itu.

Seperti dilansir Tasnim News (3/1/2019), pihak PBB memaparkan, pasca serangan militer Myanmar terhadap warga Muslim Rohingya di Rakhine dan meningkatnya eskalasi pertempuran di wilayah ini, sekitar 2.500 warga Muslim Rohingya terpaksa melarikan diri dari Rakhine. Serangan dan pertempuran itu kembali pecah sejak bulan lalu. Utusan PBB sudah dikirim ke Rakhine untuk menyelidiki kondisi yang terjadi sehingga bisa mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan warga dari dekat.

Meski dikecam dunia, rezim Myanmar kembali menggelar operasi militer terbaru sebagai reaksi atas penyerangan terhadap empat orang warga lokal Buddha dan dua di antaranya tewas di Rakhine. CNN melaporkan, operasi militer tersebut dilancarkan setelah terjadi kekerasan di dekat anak sungai Pyu Ma di Maungdaw, Rakhine, pada 17 Desember lalu.

Militer menyatakan bahwa insiden tersebut pertama kali muncul setelah mereka menerima laporan bahwa dua pria Buddha di Rakhine tak kembali ke rumahnya setelah melaut. Pada 25 Agustus 2017, ekstremis Budha yang didukung tentara Myanmar menyerang Muslim Rohingya di Rakhine yang menyebabkan enam ribu orang Rohingya tewas dan delapan ribu lainnya cedera. Sekitar satu juta orang mengungsi untuk menyelamatkan diri, terutama ke Bangladesh.

Pada Agustus 2018, Badan Pembangunan Internasional Ontario menyebutkan bahwa lebih dari 24.000 Muslim Rohingya dibunuh oleh tentara Myanmar sejak Agustus 2017. Dilaporkan, lebih dari 115.000 rumah-rumah Muslim Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dihancurkan. Temuan ini telah menyingkap tingkat brutalitas tentara Myanmar dan perlakuan tidak manusiawi mereka terhadap minoritas Rohingya.

Pejabat senior PBB, Pramila Patten mengungkapkan, tentara Myanmar diduga ‘secara sistematis melakukan pemerkosaan’ terhadap warga minoritas Muslim Rohingya. Pemerkosaan terhadap para perempuan Rohingya ini antara lain memicu eksodus ke negara tetangga Bangladesh. “Saya mendapatkan penuturan tentang serangan seksual dan pemerkosaan beramai-ramai, banyak gadis dan perempuan yang meninggal akibat tindakan ini,” kata Patten kepada para wartawan di Dhaka, ibu kota Bangladesh.

Berdasar hasil observasi, pola tindakan kekejaman yang meluas, termasuk kekerasan seksual terhadap kaum perempuan Rohingya yang secara khusus dijadikan target karena agama dan etnisitas mereka. Patten mesinyalir, tentara Myanmar ‘segaja menggunakan kekerasan seksual sebagai alat teror, yang ditujukan untuk menumpas orang-orang Rohingya’.

Utusan PBB untuk masalah kekerasan seksual di daerah konflik ini mengatakan, kekerasan seksual di Rakhine -negara bagian yang banyak dihuni oleh warga Rohingya- ‘diperintahkan, diatur, dan dilakukan oleh personel angkatan bersenjata Myanmar’. “Bentuk-bentuk kekerasan seksual konsisten … korban mengatakan mereka diperkosa oleh tentara beramai-ramai, dipaksa telanjang di depan umum, dan dijadikan budak seks di tahanan militer. Seorang korban menuturkan ditahan oleh tentara militer selama 45 hari dan selama ditahan ia diperkosa berkali-kali.”

Yang lebih kurang ajar lagi dari kelakuan rezim Myanmar ini, bocah-bocah perempuan muslim Rohingya di bawah umur dijual untuk prostitusi. Sejumlah bocah perempuan berusia pra-remaja di beberapa kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh diperdagangkan untuk bisnis prostitusi. Orang-orang asing yang ingin berhubungan seks dapat dengan mudah menemui anak-anak yang melarikan dari konflik di Myanmar.

Dengan melihat kenyataan yang terjadi, sudah selayaknya dunia khususnya negara Islam berupaya keras untuk benar-benar melakukan pembelaan terhadap penderitaan muslim Rohingya yang ditindas militer rezim Mynamar. Setidaknya, harus segera dilakukan pendekatan terhadap rezim Myanmar agar menghentikan tindakan brutalnya terhadap muslim Rohingya yang kini meratapi nasib memilukan. (Red)

Baca Juga:

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.