Jumat, 19 April 24

Jarot Subana Ikut Mengawal Pembangunan

Jarot Subana Ikut Mengawal Pembangunan
* Direktur Utama PT Waskita Beton Precast Tbk) Jarot Subana

Naskah: Giattri F.P Foto: Sutanto/Dok. Pribadi

 

Perjuangannya meniti karir dari bawah tak sia-sia karena kini ia dipercaya menjadi pucuk pimpinan PT Waskita Beton Precast Tbk. Pengalaman dan keahlian serta leadership seorang Jarot Subana ternyata mampu membawa anak perusahaan pelat merah berkode emiten WSBP sebagai penguasa pasar precast dan ready mix di tanah air.

 

Turut membidani lahirnya WSBP, Jarot Subana sejatinya bukanlah orang baru di anak perusahaan PT Waskita Karya Tbk tersebut. Pria kelahiran, Yogyakarta, 29 Januari 1967 itu merintis karier di Waskita Karya sejak menamatkan kuliah D III Teknik Sipil Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta dan S-1 Teknik Sipil Universitas Yos Sudarso (UNIYOS), Surabaya. Ditemui di ruang kerjanya, pria yang memiliki hobi bermain golf itu mengisahkan bekerja di perusahaan konstruksi sudah menjadi cita-citanya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Sebenarnya, orang tua menginginkan Jarot menjadi guru, terlebih sang ayah adalah seorang guru. Namun, Jarot remaja menolak masuk sekolah pendidikan guru (SPG) dan memilih sekolah di SMA. Selama sekolah, ia kerap melihat pekerjaan proyek pembangunan di daerahnya.

 

Ia tertarik menyaksikan para pekerja lapangan dari Dinas Pekerjaan Umum yang tampak gagah menggunakan helm. “Saya terinspirasi dari situ, menjadi pekerja proyek,” ungkapnya saat disambangi Men’s Obsession di kantornya yang asri, bilangan Cawang, Jakarta Timur. Untuk mewujudkan cita-cita bekerja di proyek, selepas SMA Jarot memilih mengambil kuliah jurusan teknik sipil di UGM. Terbesit dibenaknya kala itu, ia ingin meniti karier sebagai pekerja proyek lapangan di luar Pulau Jawa, khususnya di daerah Indonesia bagian timur. Lulus kuliah tahun 1991, setahun berselang ia resmi bergabung dengan Waskita Karya. Cita-citanya menjadi pekerja proyek lapangan di Indonesia bagian timur terkabul. Setelah menjalani training di Waskita, Jarot langsung dikirim ke Bali. Tak lama, ia dikirim ke Flores, Nusa Tenggara Timur/untuk mengerjakan proyek pasca terjadinya bencana alam di wilayah itu sekitar tahun 1993. Di Flores, ia bekerja sebagai staf teknis sampai tahun 1995. Pada 1996, ia dipromosikan menjadi Kepala Seksi Pengendalian dan dipindah ke daerah Kupang NTT.

 

Tak lama, Jarot kembali dipindah ke Timor Timur, sekarang menjadi negara Timor Leste dengan jabatan  yang sama. Pada 1999, ia kembali dipindah ke Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga 2006 dengan jabatan sebagai Kepala Proyek. Setelah 14 tahun berkarya di luar Pulau Jawa, akhirnya Jarot mendapat kesempatan bekerja di proyek rehabilitasi Sungai Bengawan Solo di Sukoharjo, Jawa Tengah mulai pertengahan tahun 2006. Setahun setelah mengerjakan proyek tersebut, karier Jarot mulai meroket. Ia dipindah ke Jakarta dengan jabatan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Divisi Sipil. Menduduki posisi yang lebih tinggi dari jabatan, membuat Jarot kian terpacu untuk bekerja maksimal dan sesuai target. “Kalau kita mau maju apa yang sudah ditargetkan jangan sampai meleset. Kalau saya ditugaskan 10, jangan cuma 10 yang dikerjakan, tapi 11 atau 12 dan waktunya jangan molor serta usahakan jangan kerja berulang,” tegasnya.

Dedikasinya, membuat Jarot dipercaya mengemban posisi yang lebih penting lagi. Ia dipromosikan menjabat Kepala Divisi Precast dari tahun 2013 hingga 2014. Divisi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya PT Waskita Beton Precast Tbk. Jarot mengaku, banyak tantangan selama menjabat sebagai Kepala Divisi Precast. “Saya yang selama ini hanya mengikuti aturan dan target yang sudah ditetapkan perusahaan, bersama tim harus merintis perusahaan baru dari nol,” jelasnya. Tantangan terberat yang dihadapinya adalah mengubah pola pikir rekan dan anggota timnya dari mindset konstruksi menjadi manufaktur dan harus mengikuti keinginan pasar. “Artinya produk yang dihasilkan bisa diterima,” ujar Jarot.

 

Ia juga mendatangkan konsultan untuk menyusun tahapan-tahapan yang diperlukan dalam mendirikan perusahaan baru tersebut. Jarot pun bekerja ekstra membuat manualmanual precast. Ambil contoh seperti manual cara pengecoran, sampai teknis dan campurannya. Satu tahun kemudian, Jarot dan timnya berhasil membuat prosedur baku pembuatan precast sampai semua detail teknisnya. Ia juga langsung mensertifikasi prosedur tersebut. Dengan begitu, mereka sudah bisa menjual produk dengan prosedur yang telah mereka susun. Ia mengatakan, dalam prosedur itu, pihaknya tetap mengutamakan kualitas mutu sehingga setiap calon konsumen tertarik. Setelah menemukan prosedur baku terkait produksi precast, maka pada Oktober 2014, divisi ini benar-benar terpisah dari induknya dan menjadi anak usaha sendiri bernama PT Waskita Beton Precast.

 

Posisi Jarot yang sebelumnya Kepala Divisi Precast di Waskita Karya naik menjadi Direktur Teknik & Operasi Waskita Beton Precast. Meskipun masa sulit telah dilewati, tapi bagi Jarot mengembangkan perusahaan baru ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Tantangan utamanya adalah harus mampu merebut kepercayaan publik sehingga bisa dipercaya sebagai perusahaan precast yang terpandang. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya mengandalkan proyek dari induk usahanya. Sementara di internal perusahaan, Jarot juga fokus memaksimalkan sumber daya manusia. Ia turut terlibat dalam menyeleksi calon karyawan baru agar kualitas yang didapatkan sesuai dengan harapan sehingga perusahaan bisa semakin maju dan kuat. “Saya ingin memastikan karyawan perusahaan ini benar-benar bisa disiapkan menjadi karyawan yang tangguh dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan,” tandasnya. Kegigihannya berbuah manis, akhirnya Jarot mendapatkan kepercayaan memimpin PT Waskita Beton Precast pada bulan Mei 2016. Di bawah kendalinya, Waskita Beton sudah menyiapkan sejumlah hajatan besar. Salah satunya menyiapkan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.

 

“Sejak jadi entitas sendiri, kami ditargetkan untuk bisa IPO di tahun 2017, fondasi sudah kami persiapkan. Ternyata, pada 20 September 2016 kami resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Itu tidak ringan karena saya harus membuat kinerja growth, kapasitas harus siap, dan SDM harus mumpuni,” urainya. Ya, di bawah nakhodanya Waskita Beton Precast, konsisten meraih kinerja mengkilap, tilik saja kinerja yang dicetak perusahaan. “Laba bersih di tahun 2014 sebesar Rp140 miliar, tahun 2016 menjadi Rp334 miliar, tahun 2016 sebesar Rp635 miliar, dan sepanjang 2017 mencetak laba bersih Rp1 triliun,” ungkap Jarot.

 

Sukses kinerja kembali ditorehkan pada kuartal I/2018, betapa tidak, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,3 triliun per Maret 2018. Pendapatan tersebut naik signifikan 75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp1,2 triliun. Dalam company update, manajemen WSBP memaparkan perusahaan membukukan laba sebesar Rp476 miliar per Maret 2018. Laba perusahaan naik drastis sekitar 142% dibandingkan Maret 2017 yang hanya Rp196 miliar.

 

Obsesi untuk Negeri

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla begitu gencar membangun infrastruktur di seluruh penjuru negeri. Untuk menyukseskan proyek tersebut, seluruh BUMN yang bergerak di sektor konstruksi, dari induk hingga anak perusahaan, diharapkan dapat berkontribusi secara maksimal. Di bawah komando Jarot, Waskita Beton Precast, berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan precast & readymix di berbagai proyek baik jalan tol, jembatan, gedung bertingkat, pelabuhan hingga revitalisasi sungai di tahun 2018. Proyek-proyek tersebut, antara lain penyelesaian proyek Jalan Tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu (Becakayu) yang sudah mencapai 94,8%, proyek LRT Palembang yang telah mencapai 90%, dan penyelesaian Jalan Tol Solo – Kertosono yang sudah mencapai 82,5%. Kemudian, perusahaan juga mengejar penyelesaian sejumlah proyek lainnya, di antaranya proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek Elevated, Jalan Tol Legundi – Bunder, proyek Jalan Tol Cimanggis – Cibitung (CCTW) I & II, proyek Jalan Tol Bogor – Ciawi – Sukabumi (Bocimi), dan Jalan Tol Semarang – Batang.

 

Jarot menuturkan dengan penyelesaian sejumlah proyek jalan tol tersebut diharapkan dapat mempermudah akses bagi masyarakat dan proses pengiriman barang melalui jalan tol. “Seperti Jalan Tol di sepanjang Pantura dan Jalan Tol Solo Kertosono kami targetkan dapat segera selesai, sehingga dapat memperlancar arus mudik tahun ini,” Jarot mengimbuhkan. Jarot mengungkapkan, sepanjang kuartal I/2018, WSBP telah membukukan kontrak baru sebesar Rp2,12 triliun. Kontrak baru Anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ini dibidik mencapai Rp11,52 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan pencapaian kontrak baru tahun lalu sebesar Rp11,03 triliun. Dengan tambahan kontrak baru itu, maka total kontrak yang dihadapi perusahaan pada kuartal I-2018 sebesar Rp16,22 triliun.

 

Kontrak anyar yang diraih WSBP terutama berasal dari beberapa proyek jalan tol seperti Jalan Tol Cibitung-Cilincing, Jalan Tol Tebing Tinggi Indrapura, Jalan Tol Krakasan-Probolinggo, dan Jalan Tol Semarang Batang.  Manajemen WSBP menyatakan, biasanya kontrak-kontrak baru bakal banyak diperoleh pada semester kedua. Saat ini, perusahaan tengah mengincar beberapa proyek untuk dikerjakan, yakni Tol Malang – Kepanjen, Tol Singosari – Batu, Jakarta – Cikampek 2, Tol Jogja – Solo, LRT Jakarta, Tol Makasar – Marros, Tol Semarang – Demak – Legundi, Tol Depok – Antasari, Penajam – Balikpapan, dan Probolinggo – Banyuwangi. Saat ini, kontrak WSBP paling banyak masih didominasi dari induk usaha, yaitu sebesar 75%. Hingga akhir tahun ini, WSBP berharap bisa memperoleh kontrak yang berasal dari luar WSKT sebesar 25%.

 

Kemudian hingga per akhir Maret 2018, WSBP memperoleh total penerimaan termin sebesar Rp3,22 triliun. Penerimaan pembayaran termin ini berasal dari sebagian proyek turnkey Tol Becakayu dan sejumlah proyek non turnkey, seperti proyek Jalan Tol Pejagan – Pemalang – Batang – Semarang, proyek Jalan Pematang Panggang – Kayu Agung, dan proyek Jalan Depok – Antasari, dan sejumlah proyek dengan skala lebih kecil lainnya. Pengerjaan proyek-proyek tersebut semakin didukung oleh 3 sertifikasi sistem manajemen terintegrasi yang diperoleh perusahaan, yaitu ISO 9001: 2015 terkait Quality Management System, 14001:2015 mengenai Environment Management System, dan OHSAS 18001:2007 mengenai Occupational, Health and Safety Management System sebagai suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3.

 

Sebagai perusahaan precast terbesar, WSBP memiliki mimpi untuk memenuhi kebutuhan precast di luar perusahaan induk dengan lebih banyak lagi. Untuk mewujudkannya, perusahaan terus meningkatkan kemampuan yang dimiliki dengan menambah pabrik precast dari 11 menjadi 13 pabrik dengan total kapasitas 3.750.000 ton.  Pabrik precast yang dimiliki Waskita Beton berlokasi di Cibitung dengan kapasitas produksi 350.000 ton, di Sidoarjo berkapasitas 400.000 ton, di Palembang berkapasitas 200.000 ton, di Kalijati berkapasitas 250.000 ton, di Karawang berkapasitas 450.000 ton, di Bojonegara berkapasitas 200.000 ton, di Subang berkapasitas 350.000 ton, di Klaten berkapasitas 150.000 ton, di Sadang berkapasitas 375.000 ton, di Gasing berkapasitas 250.000 ton, dan di Legundi berkapasitas 275.000 ton.

 

“Tahun ini kami akan membangun dua pabrik lagi di Kalimantan dan Sumatera Utara sehingga kapasitas produksi kami akan menjadi 3.750.000 ton/tahun. Itu untuk memenuhi growth kami di tahun ini, pendapatan kami bidik Rp9,7 triliun dan laba bersih Rp1,5 triliun,” imbuh Jarot. Selain itu, perusahaan juga memiliki 72 batching plant untuk membuat adukan beton ready mix. “Utilisasi saat ini rata-rata per tahunnya mencapai 70% untuk precast dan 50% untuk ready mix,” ujar Jarot.  Selain menyiapkan pabrik dan alat-alat, perusahaan juga menyiapkan kebutuhan material, mulai dari semen, pasir, dan batu pecah. Waskita Beton Precast berharap dapat memenuhi kebutuhan batu pecah 80% – 90% dengan menguasai lebih banyak tambang. Saat ini perusahaan sudah memiliki lima lokasi penambangan, yakni di Bojanegara, Cilegon, di Pasuruan, Lumbang, di Rumpin, Bogor, di Salatiga, Boyolali, di Talun, Pekalongan. Untuk menambah produksi, perusahaan akan mencari tambang di wilayah Indonesia Timur, seperti Kalimantan. Dari sisi sumber daya manusia, menurut Jarot tidak perlu diragukan lagi. Kini, perusahaan telah memiliki 1.500 pegawai yang masih akan ditingkatkan seiring target perusahaan. Kemampuan yang dimiliki oleh SDM juga tidak ada masalah karena terus ditingkatkan dengan pelatihan-pelatihan.

 

Akhirnya, dengan pabrik precast dan segenap kemampuan yang dimiliki, Waskita Beton Precast tidak hanya siap untuk memenuhi kebutuhan induk, tetapi juga perusahaan lain di Indonesia. Di luar itu, perusahaan juga siap untuk menjadi perusahaan yang mampu mengerjakan proyek-proyek sendiri untuk semakin memberikan sumbangsih dalam menyukseskan salah satu program pemerintah, yakni membangun infrastruktur di dalam negeri. Dengan berbagai prestasi yang dipatri, tak lantas membuat Jarot berpuas diri, ia pun memiliki obsesi menjadi Waskita Beton Precast sebagai perusahaan berkelas dunia.

 

Membangun Kinerja dengan Budaya Egaliter

Egaliter, itulah budaya yang dibangun Jarot di Waskita Beton Precast. Saat Waskita Beton Precast berdiri, jumlah karyawannya tidak banyak. Awalnya, hanya 14 orang saja. Merekalah yang memberikan andil budaya kerja yang egaliter, sesuai keinginan Jarot. Bahkan mereka memberi masukan berdasarkan pengalaman kerja mereka. “Orang bekerja kalau ingin enak, lingkungan kerjanya harus dibuat nyaman. Untuk membuat nyaman itu seperti apa? Memang secara posisi kami antara atasan dengan bawahan, tetapi kalau ingin meraih hasil optimal kami harus sering melakukan konseling dengan begitu bisa saling bertukar pikiran, memberikan masukan, berbagi ilmu, dan saling membantu. Diskusi kami sangat cair. Saya juga bukan tipe one man show, saya moderat. Jadi demokrasi, walaupun pada akhirnya setiap keputusan yang menentukan saya,” ujar Jarot.

 

Jarot juga tak segan me-rolling karyawan agar menemukan bidang yang paling cocok bagi dirinya dalam mengembangkan diri. “Resistance, tentu ada, tapi saya langsung bicarakan dengan mereka alasannya,” tuturnya. Tak kalah penting, sambung Jarot, seorang pemimpin harus bisa mengorangkan orang. “Jadi kita tidak boleh memaki orang di depan khalayak, kalau mau menegur kita panggil saja,” imbuhnya. Makin membesarnya jumlah karyawan, tentu saja, makin banyak tantangan yang manajemen hadapi. Sebagai orang yang puluhan tahun di bidang konstruksi, Jarot paham benar lubang-lubang itu. Makanya, ia menggarisbawahi, jangan sekali-kali mengambil manfaat dari itu. Manfaat itu macam-macam mulai dari hadiah, markup, hingga soal bahan baku. Budaya terbuka sangat membantu mengawasi hal-hal tersebut. Jika terjadi fraud, bisa diaudit secara cepat untuk mencari titik salahnya. Dari situ akan ketahuan siapa yang bermain.

 

“Kami selalu menjaga trust. Saya juga menerapkan sistem rewards dan punishments. Kalau dia bagus akan kita promosikan dan gaji otomatis naik. Kalau yang tidak bagus, akan kita turunkan jabatan, rolling, bahkan kita keluarkan. Jadi tidak pandang bulu apalagi menyangkut fraud,” tegasnya. Untuk membangun pengawasan, Jarot memasang CCTV di semua plant, batching plant, dan setiap lantai kantor Waskita Beton Precast. “Jadi kalau, kami tidak sempat ke lapangan, bisa kami pantau melalui CCTV,” kata Jarot. Jarot juga menggarisbawahi membangun relasi dengan stakeholders juga menjadi fokusnya, “Ini sangat penting untuk keberlangsungan sebuah perusahaan. Salah satu caranya dengan menjaga komunikasi, misalnya menyampaikan produk-produk kita. Ini harus di maintain dengan baik sehingga kalau ada proyekproyek berikutnya akan mudah karena mereka sudah percaya,” pungkasnya.

Quality Time Sang Pemimpin

Di tengah kesibukan sebagai orang nomer satu di Waskita Beton Precast, Jarot mampu menjaga quality time bersama keluarga, bahkan ia pun tetap rajin menekuni hobinya bermain golf. “Keluarga saya di Yogyakarta. Saya pulang setiap akhir pekan. Di sini selama lima hari pure kerja. Jadi keluarga dan pekerjaan itu dua-duanya nomer 1,” tutur pria berkacamata itu. Ayah dari V.S. Sriayu Lestari dan Dimas Juniardy Wicaksono tersebut biasanya memanfaatkan waktu luang bersama keluarga dengan berwisata kuliner. “Kami kan jarang kumpul, sekalinya kumpul ya paling sering makan bareng di luar,” ujar Jarot. Untuk menjaga staminanya agar tetap tampil prima dalam bekerja, Jarot selalu menjaga pola makan.

“Jujur dari usia 35 tahun sampai sekarang, saya tidak pernah check up, yang penting jaga pola makan jangan berlebihan,” tuturnya. Suami dari Sonya Moreleka itu pun memanfaatkan waktu senggang dengan bermain golf. Menurutnya olahraga yang berasal dari Skotlandia/Belanda itu memberikan banyak manfaat. “Dengan golf kita lebih mudah berinteraksi entah baik dengan teman maupun relasi. Ketika di tempat golf, kita bisa berbicara dengan lebih cair. Jadi golf tak hanya sebagai sarana menyalurkan hobi, namun juga di situ kita bisa berdiskusi,” urai penggemar tongseng kambing itu. Jarot terbilang rajin dalam mengikuti turnamen golf di tanah air, salah satunya 70th BNI Anniversary Golf Tournament. “Dalam sebulan, saya ikut beberapa kali, meski tidak menang, tak apa yang terpenting kita bisa menjalin silahturahmi,” tutup Jarot sembari tersenyum.

 

Saya Bukan Tipe One Man Show

 

Bapak dikenal sebagai pucuk pimpinan anak perusahaan BUMN yang merintis karir dari bawah. Bisa dijelaskan konsep dan kebijakan yang sudah Bapak terapkan?

 

Waskita Beton Precast diawali dari divisi di Waskita Karya yang berdiri tanggal 1 Januari 2013. Kala itu, saya dipercaya mengemban posisi Kepala Divisi. Banyak tantangan yang saya hadapi, selama ini saya hanya mengikuti aturan dan target yang sudah ditetapkan perusahaan, tapi bersama tim saya harus merintis perusahaan baru dari nol. Saya harus mengubah pola pikir rekan dan anggota timnya dari mindset konstruksi menjadi manufaktur dan harus mengikuti keinginan pasar. Kami pun bekerja ekstra membuat manual-manual precast. Ambil contoh seperti manual cara pengecoran, sampai teknis dan campurannya. Satu tahun kemudian, kami berhasil membuat prosedur baku pembuatan precast sampai semua detail teknisnya.

 

Kami juga langsung mensertifikasi prosedur tersebut. Dengan begitu, kami sudah bisa menjual produk dengan prosedur yang telah mereka susun dengan tetap mengutamakan kualitas mutu sehingga setiap calon konsumen tertarik. Setelah menemukan prosedur baku terkait produksi precast, maka pada 7 Oktober 2014, divisi ini benar-benar terpisah dari induknya dan menjadi anak usaha sendiri bernama PT Waskita Beton Precast.  Posisi saya yang sebelumnya Kepala Divisi Precast di Waskita Karya menjadi Direktur Teknik & Operasi Waskita Beton Precast. Tantangan juga masih berat, kami ditargetkan untuk bisa IPO di tahun 2017. Tahun 2016, saya diberi amanah menjadi Direktur Utama dan di tahun yang sama tepatnya tanggal 20 Oktober 2016, Waskita Beton Precast resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.

 

Pak, boleh di highlight bidang kerja yang ada di Waskita Beton Precast?

Kita ada sektor precast, readymix, quarry, construction service, dan post-tension precast concrete.

Perkembangan WSBP sejauh ini?

Pemerintahan Indonesia sangat gencar membangun infrastruktur di seluruh penjuru negeri. Untuk menyukseskan proyek tersebut, Waskita Beton Precast, berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan precast & readymix di berbagai proyek baik jalan tol, jembatan, gedung bertingkat, pelabuhan hingga revitalisasi sungai di tahun 2018. Proyek-proyek tersebut, antara lain penyelesaian proyek Jalan Tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu (Becakayu) yang sudah mencapai 94,8%, proyek LRT Palembang yang telah mencapai 90%, dan penyelesaian Jalan Tol Solo – Kertosono yang sudah mencapai 82,5%. Kami juga mengejar penyelesaian sejumlah proyek lainnya, antara lain proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek Elevated, Jalan Tol Legundi – Bunder, proyek Jalan Tol Cimanggis – Cibitung (CCTW) I & II, proyek Jalan Tol Bogor – Ciawi – Sukabumi (Bocimi), dan Jalan Tol Semarang – Batang.

 

Dengan penyelesaian sejumlah proyek jalan tol tersebut diharapkan dapat mempermudah akses bagi masyarakat dan proses pengiriman barang melalui jalan tol. Sepanjang kuartal I/2018, kami telah membukukan kontrak baru sebesar Rp2,12 triliun. Dari target perusahaan sebesar Rp11,52 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan pencapaian kontrak baru tahun lalu sebesar Rp11,03 triliun. Dengan tambahan kontrak baru itu, maka total kontrak yang dihadapi perusahaan pada kuartal I-2018 sebesar Rp16,22 triliun. Kontrak anyar yang diraih WSBP terutama berasal dari beberapa proyek jalan tol seperti Jalan Tol Cibitung-Cilincing, Jalan Tol Tebing Tinggi Indrapura, Jalan Tol Krakasan-Probolinggo, dan Jalan Tol Semarang Batang.

 

Saat ini, kami tengah mengincar beberapa proyek untuk dikerjakan, yakni Tol Malang – Kepanjen, Tol Singosari – Batu, Jakarta – Cikampek 2, Tol Jogja – Solo, LRT Jakarta, Tol Makasar – Marros, Tol Semarang – Demak – Legundi, Tol Depok – Antasari, Penajam – Balikpapan, dan Probolinggo – Banyuwangi. Kemudian hingga per akhir Maret 2018, WSBP memperoleh total penerimaan termin sebesar Rp3,22 triliun. Penerimaan pembayaran termin ini berasal dari sebagian proyek turnkey Tol Becakayu dan sejumlah proyek non turnkey, seperti proyek Jalan Tol Pejagan – Pemalang – Batang – Semarang, proyek Jalan Pematang Panggang – Kayu Agung, dan proyek Jalan Depok – Antasari, dan sejumlah proyek dengan skala yang lebih kecil lainnya.

 

Jumlah pabrik yang dimiliki Waskita Beton Precast saat ini?

Hingga 2017 kami sudah punya 11 pabrik precast, yaitu berlokasi di Cibitung dengan kapasitas produksi 350.000 ton, di Sidoarjo berkapasitas 400.000 ton, di Palembang berkapasitas 200.000 ton, di Kalijati berkapasitas 250.000 ton, di Karawang berkapasitas 450.000 ton, di Bojonegara berkapasitas 200.000 ton, di Subang berkapasitas 350.000 ton, di Klaten berkapasitas 150.000 ton, di Sadang berkapasitas 375.000 ton, di Gasing berkapasitas 250.000 ton, dan di Legundi berkapasitas 275.000 ton. Selain itu, perusahaan juga memiliki 72 batching plant untuk membuat adukan beton  ready mix.  Tahun 2018 ini, kami membangun dua pabrik lagi, di Kalimantan dan Sumatera Utara sehingga kapasitas produksi kami menjadi 3.750.000 ton/tahun karena itu untuk memuhi growth kami di tahun ini, yakni pendapatan yang ditargetkan Rp9,7 triliun dan laba bersih Rp1,46 triliun.

 

Prospek ke depan industri precast di tanah air seperti apa?

Precast itu kan tak hanya di jalan tol saja, ada perumahan, gedung bertingkat, jalan, dan jembatan. Kalau kita lihat tren dari
tahun-tahun sebelumnya kan terus naik, namanya precast dan readymix tidak pernah ada yang turun. Saya punya keyakinan negara maju itu mesti berawal dari pembangunan infrastruktur. Kita kan pasti akan terus maju jadi industri ini sangat prospektif, cuma tinggal bagaimana kita bisa bersaing di tengah gencarnya para pesaing. Itu yang harus kita pertahankan, kalau kita tidak bisa bertahan lambat laun akan berkurang nilai kontrak dan kesempatan.

 

Tahun ini Waskita Beton Precast membidik kontrak baru senilai Rp11,65 triliun, lantas tantangannya apa saja dan bagaimana Bapak menjawab tantangan tersebut?

 

Yang jelas kapasitas harus terus kami tingkatkan, SDM juga harus tetap mumpuni. Dan setelah dapat kontrak baru, komitmen yang sudah disepakati di kontrak jangan sampai tidak terpenuhi.

Waskita Beton Precast sangat concern dengan K3L, wujud nyata komitmen tersebut seperti?

 

Di semua lini, kami terapkan komitmen bersama bahwa akan menjalankan K3 dengan zero accident. Sebagai Board of Directors (BOD), kami juga harus melakukan bimbingan fungsional dan Sidak untuk memastikan K3 berjalan. Pengerjaan proyek-proyek di Waskita Beton Precast juga didukung oleh 3 sertifikasi sistem manajemen terintegrasi yang diperoleh perusahaan, yaitu ISO 9001: 2015 terkait Quality Management System, 14001:2015 mengenai Environment Management System, dan OHSAS 18001:2007 mengenai Occupational, Health and Safety Management System sebagai suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3.

 

Ke depan apakah ada rencana untuk merambah sektor lain?

 

Beton precast-readymix adalah satu kesatuan yang harus dikelola kalau ingin suistainable itu adalah di hulunya. Sekarang yang sudah kami kuasai ada split untuk bahan baku beton pracetak, pasir, besi beton, dan peralatan. Nah, yang belum adalah pasir dan besi. Kita sudah dapat lampu hijau dari pemegang saham, kita boleh ke situ. Jadi kalau kami tender dengan siapapun akan mendapatkan margin yang tetap bagus. Kalau tidak menguasai pasir dan besi, bisa berpengaruh karena harga besi dan pasir tinggi, tidak akan bisa tender kan? Rencana ini sudah kami cetuskan dari tahun lalu, kami targetkan tahun ini karena persaingan semakin ketat.

 

Mohon jelaskan cara Bapak membangun team work di lingkungan Waskita Beton sehingga mampu melahirkan performa kinerja cemerlang?

 

Orang bekerja kalau ingin enak, lingkungan kerjanya harus dibuat nyaman. Untuk membuat nyaman itu seperti apa? Memang secara posisi kami antara atasan dengan bawahan, tetapi kalau ingin meraih hasil optimal kami harus sering melakukan konseling dengan begitu kita bisa saling bertukar pikiran, memberikan masukan, berbagi ilmu, dan saling membantu. Kita juga harus bisa mengorangkan orang jadi kita tidak boleh memaki orang di depan khalayak, kalau mau menegur kita panggil saja. Saya membangun lingkungan kerja yang baik, kinerja saya beserta jajaran dan juga staf pasti akan optimal. Kalau saya memberikan contoh seperti itu, teman-teman yang lain pasti juga akan mengikuti karena kita satu kesatuan. Ini bukan kekeluargaan loh ya, beda. Ini teamwork!

 

Gaya kepemimpinan yang Bapak diterapkan?

 

Saya bukan tipe one man show, saya moderat. Jadi demokrasi, walaupun setiap keputusan akhirnya yang menentukan saya.

 

Bagaimana Bapak membangun relasi dengan stakeholders?

Membangun relasi dengan stakeholders itu sangat penting untuk keberlangsungan sebuah perusahaan. Salah satu caranya dengan menjaga komunikasi, misalnya menyampaikan produk-produk kita. Ini harus di maintain dengan baik sehingga kalau ada proyek-proyek berikutnya akan mudah karena mereka sudah percaya.

 

Apa makna keberhasilan dan kesuksesan mengelola sebuah anak perusahaan BUMN bagi Bapak?

 

Saya secara pribadi yang mengawali bisnis ini hingga menjadi terbesar di bidangnya Indonesia ini menjadi kebanggan tersendiri buat saya. Cuma yang terpenting adalah bagaimana perusahaan tetap tumbuh dan suistainable. Inilah yang harus kita siapkan mulai dari SDM hingga bagaimana kita bisa bersaing, kalau tidak bersaing di dalam berarti kita harus bisa di luar.

 

Lantas apa legacy yang akan Bapak tinggalkan ketika Bapak pensiun nanti?

Menurut saya sebagai perusahaan produksi precast dan ready mix terbesar di tanah air, kami sudah memberikan manfaat bagi orang lain dan bangsa ini. Ke depan, kami harus lebih baik dari sekarang karena fondasinya menurut saya sudah kuat tinggal yang kurang perlu dibenahi.

 

Siapa yang menjadi inspirator Bapak dalam kepemimpinan ini?

Saya lebih senang membaca karakter orang, kita saring plus minusnya apa.

 

Mohon jelaskan filosofi Bapak dalam menjalankan roda kepemimpinan?

 

Seperti air yang mengalir saja. Apa yang ditugaskan ke saya di board of directors, ya saya kejar. Saya tidak mengejar sesuatu apa yang saya tidak bisa, tetapi saya akan mengerjakan secara maksimal apa yang ditugaskan ke saya.
Apakah masih ada obsesi dalam berkarir? Sejak tahun 2017 saya menargetkan menjadikan Waskita Beton Precast sebagai world class institution karena kalau di Indonesia targetnya sudah terlampaui. Jadi harus world class lah. Sekarang kami memakai konsultan untuk membuat corporate strategy sampai lima tahun ke depan menuju perusahaan berkelas dunia.

 

Tips sukses dari Bapak?

 

Kalau kita mau maju itu, apa yang ditugaskan kepada kita harus tercapai. Kalau ditugaskan 10, jangan cuma 10, tapi kita harus bisa 11 atau 12. Dan waktunya jangan sampai molor. Tak kalah penting, jangan sampai kita kerja berulang.

Artikel ini dalam versi cetak telah dimuat di Majalah Men’s Obsession Edisi Mei 2018.

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.