Kamis, 25 April 24

Budidaya Padi di Sela Kelapa

Budidaya Padi di Sela Kelapa

Luas areal tanam kelapa di Indonesia tahun 2017 berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI tahun 2017 dalam buku Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2013 – 2017 mencapai 3.544.393 Ha. Luas areal tanam tersebut tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Dipandang dari aspek ketersediaan lahan untuk produksi padi gogo dalam rangka peningkatan produksi padi nasional dan upaya membangun kemandirian pangan, luasan lahan kebun kelapa yang tersebar di seluruh daerah ini merupakan potensi besar jika diintegrasikan dengan budidaya padi gogo.

Apalagi, ternyata dalam budaya masyarakat Indonesia selama ini padi dan kelapa juga telah lama bersanding. Padi dan kelapa berpadu membangun suasana kehidupan masyarakat di berbagai daerah, bersama-sama memberikan manfaat sebagai penghidupan bagi masyarakat.

Memadukan teknologi budidaya padi gogo di kebun kelapa merupakan hal yang tidak asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pengembangan budidaya terintegrasi padi gogo di kebun kelapa merupakan langkah strategis mengambalikan kejayaan Indonesia sebagai Negeri Nyiur Melambai – Padi Mengembang dalam upaya mencapai cita-cita nasional.

Menyatukan semangat untuk bersama-sama mengembangkan PALAPA, Teknologi Budidaya Terintegrasi Padi dan Kelapa, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto,MP.PhD, hadir sebagai narasumber pada Rapat Koordinasi Nasional Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa se-Indonesia (KOPEK) di Gorontalo, 4 – 5 Mei 2018.

KOPEK beranggotakan 248 pemerintah kabupaten, KOPEK menurut Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd. Bupati Gorontalo yang saat ini menjabat Koordinator KOPEK, bertujuan menghimpun seluruh pemangku kepentingan kelapa agar berusaha bersama untuk mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia.

UNSOED dikenal sebagai perguruan tinggi yang produktif menghasilkan dan mengembangkan varietas-varietas unggul padi berdaya hasil dan berkualitas tinggi di lahan marginal.

Padi gogo aromatik Inpago Unsoed 1 yang dirakit oleh dua pemulia UNSOED yaitu Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,MP.PhD. dan Prof.Dr.Ir.Suwarto,MS. terbukti berproduksi tinggi di lahan kering termasuk di sela kebun kelapa dan menghasilkan beras premium dengan tekstur pulen dan beraroma wangi dipandang sebagai inovasi yang prospektif dikembangkan di sela kebun kelapa di seluruh penjuru nusantara.

Pada kesempatan Rakornas KOPEK yang diselenggarakan di Grand Palace Convention Hall Gorontalo juga dilaunching buku “Menuju Kejayaan Kelapa Indonesia” yang merupakan bunga rampai tulisan pakar dan guru besar dari berbagai institusi/lembaga di Indonesia.

“Teknologi Terintegrasi Palapa, Budidaya Padi Gogo Aromatik di Kebun Kelapa, untuk Mendukung Ketahanan Pangan” merupakan bagian buku yang ditulis oleh Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,MP.PhD. sebagai bentuk dukungan UNSOED terhadap upaya berbagai pihak dalam mengembalikan salah satu komoditas unggulan Indonesia, yaitu kelapa, sekaligus memadukan upaya membangun ketahanan pangan di Indonesia Timur yang sebagian besar merupakan daerah penghasil kelapa di tengah pelandaian produksi padi akibat terbatasnya lahan sawah.

Prof.Totok – Narsum KOPEK

Dyah Susanti,SP,MP. (Sekretaris Pusat Penelitian Padi dan Kedelai LPPM Unsoed) mengungkapkan bahwa luas sawah setiap tahun makin berkurang karena mengalami alih fungsi. Input teknologi untuk intensifikasi juga semakin mendekati kejenuhan.

Saat ini, perlu perubahan paradigma, di mana pilar lumbung pangan khususnya padi tidak hanya ada di sawah, tetapi juga di lahan kering. Hal tersebut mengingat ketersediaan lahan kering di wilayah Indonesia yang sangat luas dan dianugerahi hujan dan sinar matahari yang berlimpah ruah sepanjang tahun.

Pemerintah perlu memberikan perhatian terhadap pengembangan padi lahan kering dalam mencapai swasembada pangan, karena kebutuhan pangan tidak bisa lagi bertumpu pada lahan sawah irigasi.

Menurut Dyah Susanti,SP,MP. “lahan kering di luar Pulau Jawa sangat luas, dan belum teroptimalkan penggunaannya untuk produksi tanaman pangan. Beberapa kabupaten yang tersebar di berbagai provinsi merupakan sentra produksi kelapa di Indonesia tidak memiliki sawah dengan luasan memadai untuk dapat memproduksi padi sawah dalam rangka mencukupi kebutuhan berasnya.

Hal tersebut menjadikan ketergantungan daerah tersebut terhadap pasokan beras dari daerah lain. Di sisi lain, produksi kelapa mengalami penurunan produksi pada saat mencapai usia lanjut, sehingga ada suatu masa di mana peremajaan perlu dilakukan untuk mengembalikan produktivitas kebun kelapa.

Peremajaan ini menyebabkan pengusaha kebun kelapa mengalami zerro income pada cash flow tahun-tahun pertama investasi, karena pada saat tersebut kelapa belum mampu berproduksi. Penanaman padi gogo aromatik di sela kelapa menjadi salah satu alternatif upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pengembangan agroindutri berbasis integrasi budidaya padi gogo aromatik sebagai tanaman sela di kebun kelapa (PALAPA) merupakan upaya strategis bagi pencapaian swasembada pangan dan memantapkan kelayakan usaha agroindustri kelapa.”

Selanjutnya Dyah Susanti,SP,MP. mengatakan “kemanfaatan PALAPA ini dapat diperoleh semua pihak. Perusahaan/petani kelapa memperoleh pendapatan selama masa awal pertumbuhan kelapa sebelum mencapai umur produktif.

Pemerintah kabupaten terdukung dalam swasembada pangan (beras), mengubah status daerah-daerah sentra kelapa yang sebagian besar masih menggantungkan pasokan beras dari daerah lain. Pengembangan agroindustri berbasis padi – kelapa menjadi prospektif karena tersedianya bahan baku secara berkelanjutan.

Pendapatan masyarakat meningkat dan berkembangnya sektor industri akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pemerintah Kabupaten setempat. Terbangunnya sinergisme masyarakat, industri, dan pemerintah kabupaten dalam pemanfaatan sumber daya alam melalui pembinaan yang dilaksanakan secara terpadu menuju kesejahteraan yang berkeadilan.

Mendasarkan pada kemanfaatan yang diperoleh, pengembangan PALAPA melalui sinergi berbagai pihak, yaitu akademisi, pengusaha/industri, komunitas/kelompok masyarakat dan pemerintah (ABCG) diharapkan Indonesia mampu merengkuh kembali kejayaan negeri nyiur melambai – padi mengembang melalui peningkatan produksi dua komoditas unggulan nusantara, padi dan kelapa”. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.