Sabtu, 20 April 24

Best Achiever In Regional Leader Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta)

Best Achiever In Regional Leader Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta)

Anies Rasyid Baswedan merupakan satu dari sekian banyak cendekiawan muda yang mengabdikan dirinya sebagai birokrat. Konsistensi pemikiran, kecerdasan, dan sikap yang tegas  ia terapkan dalam membangun Ibukota Jakarta.

Anies dilahirkan dari keluarga pengajar. Ayahnya, Rasyid Baswedan adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Sedangkan ibunya, Aliyah Rasyid, tercatat sebagai guru besar dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta. Maka tak ayal kata ‘pendidikan’ selalu diidentikkan dengannya. Bahkan, nama pria kelahiran 7 Mei 1969 tersebut melambung bersama idealisme pendidikannya karena menggagas program ‘Indonesia Mengajar’ pada 2009. Indonesia Mengajar (IM) dinilai ide cerdas, inspiratif, dan menantang lantaran merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun.

Indonesia Mengajar bukan satu-satunya prestasi Anies di bidang akademik. Tahun 2007, menjadi momen penting di mana ia dilantik sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun. Sebagai Rektor Universitas Paramadina, ia membuat berbagai macam gebrakan, salah satunya program beasiswa yang menggandeng Mien R Uno, Ibunda Sandiaga Uno. Cucu dari salah satu pejuang Indonesia, AR Baswedan itu juga terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang oleh Majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April 2010 lalu. Dalam edisi khusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun” itu, Foresight mengulas 20 tokoh yang diperkirakan bakal menjadi perhatian global karena mereka akan sangat berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.

“Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu,” tulis Foresight. Menurut majalah kala itu, karena citranya yang netral, adil, serta memiliki pandangan yang berimbang itulah, Anies berhasil meraih kepercayaan luar biasa dari masyarakat luas, termasuk banyak tokoh politik. Setelah bergelut di bidang pendidikan dan sosial, pada 2013 untuk terjun ke kancah politik, ia mengikuti konvensi Calon Presiden Partai Demokrat pada 27 Agustus di tahun yang sama. Ia memang bukan kader Partai Demokrat, pun bukan politikus, namun mampu mengikuti seluruh rangkaian konvensi dengan baik. Suami dari Fery Farhati Ganis itu bahkan melahirkan gagasan bernama ‘Indonesia Kita Semua’ di mana semua orang ikut terlibat mengurus negeri, ikut turun tangan yang kemudian direalisasikan dalam gerakan Turun Tangan. Namun konvensi tak menghasilkan apapun. Akhirnya, Demokrat bersama Partai Gerindra mengusung Prabowo-Hatta di Pilpres 2014. Karier politik Anies terus berjalan hingga tahun 2014, ia didapuk sebagai Juru Bicara Capres-Cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Jokowi-JK pun berhasil mengambil suara rakyat sebanyak 53,15 persen, mengalahkan lawannya, Prabowo-Hatta yang meraup 46,85 persen suara.

Anies lalu didaulat sebagai salah satu Deputi Rumah Transisi Jokowi-JK yang bertugas menyiapkan Kabinet Kerja. Ia sendiri, kemudian diberi peran sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tidak jauh dari latar belakang yang telah mendarah daging baginya. Saat menjabat mendikbud, banyak terobosan yang ia lakukan, misal penundaan kurikulum 2013 di beberapa sekolah yang dianggap belum sanggup, mengubah Ujian Nasional yang tak lagi menjadi tolak ukur kelulusan, program sertifikasi dan kompetensi guru, serta penghapusan Masa Orientasi Siswa. Sayang, kariernya sebagai menteri harus terhenti saat namanya masuk dalam deretan menteri yang direshuffle. Tak lama setelah dicopot, Anies mencoba peruntungannya di kancah pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ia berpasangan dengan Sandiaga Uno, pengusaha yang juga kader Partai Gerindra. Pengusungan Anies mendapatkan dukungan penuh dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei pada putaran pertama Pilkada DKI, elektabilitas Anies-Sandi seringkali menempati posisi buncit, kalah dari dua pasangan pesaingnya, Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)Djarot Saiful Hidayat, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

Pada putaran pertama, perolehan suara Anies-Sandi menempati urutan kedua dengan persentase 39,95 persen. Sementara, Ahok-Djarot berada di posisi puncak dengan perolehan suara 42,99 persen. Agus-Sylvi gugur dengan suara 17,07 persen. Memasuki putaran kedua, hasil sejumlah lembaga survei menunjukkan keunggulan AniesSandi dibandingkan Ahok-Djarot. Namun, selisih elektabilitas kedua pasangan ini cukup tipis. Hasil survei terbukti. Anies-Sandi memenangkan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan perolehan suara 57,96 persen, sementara Ahok-Djarot kalah dengan perolehan suara 42,04 persen. Setelah duduk di kursi DKI-1, berbagai gebrakan pun ia gulirkan demi membawa Jakarta ke arah yang lebih baik. Dalam 100 hari masa kerja sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak dirinya dilantik pada 16 Oktober 2017 lalu, ada 29 pencapaian yang ia torehkan di antaranya sebagai berikut: menarik Raperda Reklamasi, menggelar uji coba OK-Otrip, peletakkan baru pertama untuk program rumah DP 0  persen;

 

Menutup Hotel Alexis, memperluas sasaran dan menaikkan besaran KJP melalui Pergub KJP Plus, membentuk sekretariat OkOce di setiap kecamatan dan mempersiapkan infrastrukturnya di setiap kecamatan, meluncurkan Community Action Plan untuk Penataan Kampung; Membentuk Komite Pencegahan Korupsi Ibu Kota, mengembangkan sistem pengawasan terintegrasi lewat program Jakarta Satu, memberi tunjangan untuk Guru PAUD, memberi tunjangan untuk Guru Swasta dan Guru TK, Integrasi nomor telepon 112 untuk Lapor Kekerasan Perempuan dan Anak, meluncurkan Kartu Pangan, Kartu Pekerja untuk Buruh, dan Kartu Lansia Jakarta; Menata kawasan Tanah Abang, menyelesaikan APBD secara praktis dan tepat waktu, membuka layanan pengaduan warga setiap Sabtu di kantor kecamatan, menerbitkan Ingub Nomor 2/2018 tentang Penyandang Difabel sebagai Penyediaan Jasa Lainnya Perorangan; Membentuk Komite Harmonisasi Regulasi, pendapatan APBD 2017 melebihi target hingga 103 persen, meluncurkan One Kelurahan Outstanding Care (OK Ocare), meluncurkan program pertanian perkotaan. (Naskah: Giattri F.P., Foto: Fikar Azmy/Istimewa)

 

Artikel ini dalam versi cetak dapat dibaca di Majalah Men’s Obsession Edisi Maret 2018.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.