Minggu, 4 Juni 23

Benarkah Jodoh Tidak Perlu Dicari?

Benarkah Jodoh Tidak Perlu Dicari?
* ilustrasi jodoh. (Unsplash)

Benarkah bahwa jodoh itu tidak perlu dicari, karena jika memang sudah ditakdirkan dia akan datang sendiri. Sehingga tidak usah merisaukan tuntutan pernikahan meski usia sudah cukup matang dan punya pekerjaan untuk bekal kehidupan?

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron Lc, mudir Ma’had Al-Furqon Al-Islami Srowo, menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut di atas bisa ada benarnya dan ada salahnya. Benarnya, karena jodoh itu sudah ditakdirkan, karena kita harus mengimani takdir. Namun jika perkataannya bermaksud berlebih-lebihan (ghuluw) dalam mengimani takdir sehingga manusia tidak memiliki kemampuan untuk berusaha, tentu salah, bahkan pemikiran itu termasuk kelompok Jabariyah, mereka berlebih-lebihan mengimani takdir, manusia bagaikan dahan pohon yang tertiup angin.

Kalau penanya mau, tanyai teman tersebut, “Kalau kamu lapar, apakah tidak perlu makan, karena hanya tergantung dengan takdir?” Tentu jika dia menjawab, “Saya tidak makan,” berarti dia mendustakan akalnya yang sehat.

Tatkala Allah SWT menakdirkan hamba-Nya masuk surga, serta memerintahkan hambanya agar shalat dan beramal shalih lainnya sebagai usahanya. Tatkala Allah SWT menakdirkan hamba punya anak, Allah SWT menyuruh hamba agar menikah. Rasulullah SAW bersabda:

المُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأحَبُّ إلى اللَّهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفي كلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ على ما يَنفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللّهِ ولا تَعجِزْ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah janganlah kamu menjadi orang yang lemah.” ( HR. Muslim: 1849)

Di antara faedah hadist ini ialah, kita diperintah berusaha, diperintah meminta pertolongan kepada Allah ﷻ saat berusaha, kita dilarang putus asa ketika belum berhasil. Namun ketika kita mengalami kegagalan dalam usaha, Kita dilarang mengucapkan kata-kata yang menunjukkan pengingkaran kepada takdir. Tetapi katakan, bahwa inilah takdir Allah ﷻ.

Ahlussunnah menengahi dua pendapat yang tersesat, dari pendapat Jabariyah yang hanya bergantung kepada takdir, tidak mau berusaha dan dari pendapat Qadariyah yang bergantung kepada usahanya sehingga mengingkari takdir Allah SWT.  (Maribaja/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.