Jumat, 19 April 24

BeKreatif 2015 Pacu Kreativitas Penari dan Koreografer Kontemporer

BeKreatif 2015 Pacu Kreativitas Penari dan Koreografer Kontemporer

Jakarta, ObsessionnewsPagelaran BeKreatif (Gebyar Seni Kreatif) Indonesia 2015 yang bertema revolusi ekonomi kreatif, memberi ruang bagi tari kontemporer, yakni digelarnya festival tari kontemporer. Tari kontemporer salah satu seni kreatif yang dilombakan di acara BeKreatif yang akan digelar di Bandung pada November 2015. Festival tari kontemporer ini sangat penting, karena dapat memacu kreativitas para penari dan koreografer atau penata tari. Melalui festival tari ini diharapkan banyak bermunculan karya tari kontemporer yang monumental.

Salah seorang koreografer yang menjadi anggota juri festival tari dalam BeKreatif 2015, Hartati, mengungkapkan, BeKreatif Indonesia 2015 merupakan peluang emas bagi para seniman untuk menampilkan karya-karya terbaiknya. Ditemui obsessionnews.com seusai rapat dengan panitia BeKreatif Indonesia 2015 di sebuah hotel di Jakarta Selatan baru-baru ini, Hartati mengemukakan optimismenya tari kontemporer berprospek bagus.

Hartati, salah seorang anggota juri festival tari kontemporer dalam ajang BeKreatif 2015. (Foto: Sutanto/obsessionnews.com)
Hartati, salah seorang anggota juri festival tari kontemporer dalam ajang BeKreatif 2015. (Foto: Sutanto/obsessionnews.com)

“Saya merasa gembira karena jumlah peminat tari kontemporer di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu.   Mereka harus dirangsang agar terus menekuni tari kontemporer. Salah satu caranya diberi kesempatan tampil dalam festival. Nah, BeKreatif Indonesia 2015 salah satu ajang besar bagi penari dan koreografer kontemporer untuk unjuk gigi,” kata koreografer yang juga dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.

Hartati termasuk salah seorang yang melakukan revolusi besar di dunia tari, yakni meramu koreografinya dengan unsur silat Minangkabu, balet modern, dan gaya bebas. Karya-karyanya merefleksikan perjalanan hidup seorang perempuan, penghargaan pada tradisi Minang, dan kegamangan identitas Indonesia di tengah perubahan zaman dengan segala problematikanya.

Ia menciptakan tari Sentak, Pinto jo Pintel, Parimbangan jo Patantangan, Martabat, Suap, Sayap yang Patah, The Way of the Women, Membaca Meja, Ritus Diri, dan lain sebagainya. Ide-idenya dalam bentuk karya koreografi mendapat apresiasi dari berbagai pihak, sehingga mengantarkannya untuk berkiprah di panggung nasional dan internasional. Ia tampil di berbagai negara, yakni Singapura, China, Kolombia, Amerika Serikat, Australia, dan lain-lain.

Tari kontemporer Indonesia meminjam banyak pengaruh dari Barat, seperti tari balet dan tari modern. Pada tahun 1954, dua seniman dari Yogyakarta, Bagong Kusudiarjo dan Wisnuwardhana, merantau ke Amerika Serikat untuk belajar balet dan tari modern dengan berbagai sanggar tari di sana. Ketika kembali ke Indonesia pada tahun 1959, mereka membawa budaya berkesenian baru, yang pada akhirnya mengubah arah, wajah dan pergerakan dan koreografi baru. Mereka memperkenalkan gagasan seni tari sebagai ekspresi pribadi sang seniman ke dalam seni tari Indonesia. Gagasan seni tari sebagai media ekspresi pribadi seniman telah membangkitkan seni tari Indonesia, dari yang semula selalu berlatar tradisi menjadi ekspresi seni, melalui paparan sang seniman terhadap berbagai latar belakang seni dan budaya yang lebih luas dan kaya.

Seni tari tradisional Indonesia juga banyak mempengaruhi seni tari kontemporer di Indonesia. Misalnya langgam tari Jawa berupa pose dan sikap tubuh, serta keanggunan gerakan sering kali muncul dalam pagelaran seni tari kontemporer di Indonesia. Kolaborasi internasional juga dimungkinkan, misalnya kolaborasi seni tari Jepang Noh dengan seni tari teater tradisional Jawa dan Bali.

Tari modern Indonesia juga seringkali ditampilkan dalam dunia industri hiburan dan pertunjukan Indonesia, misalnya tarian pengiring nyanyian, pagelaran musik, atau panggung hiburan. Kini dengan derasnya pengaruh budaya pop dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, beberapa tari modern seperti tari jalanan (street dance) juga berhasil merebut perhatian kaum muda Indonesia.

Dewasa ini dunia tari semakin marak. Berbagai negara menyelenggarakan festival tari baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Jika ditinjau dari segi gaya dan coraknya cukup membuat dunia tari semakin hidup, seolah-olah tidak akan pernah mati, dimulai dari festival tari rakyat, klasik, modern, sampai pada tari kontemporer yang saat ini berkembang. Kegiatan seperti ini merupakan kesempatan emas untuk memacu kreativitas para penari dan koreografer.

Memilih tari kontemporer dalam berbagai kegiatan festival tari adalah untuk menyongsong masa depan tari di Indonesia, sebagai forum pertukaran gagasan bagi para profesional tari yang datang dari berbagai penjuru dunia. Tari tidak lagi dibatasi oleh gerak, ruang, waktu dan tenaga, tetapi tari telah pula menjadi ilmu yang harus didalami sesuai dengan meningkatnya pola pikir manusia dalam menyongsong era baru. Penampilan even tari kontemporer itu bisa dilihat di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Riau, dan lain-lain.

Tari kontemporer atau tari masa kini merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seniman tari sebagai perkembangan lebih lanjut dari gerakan yang dilancarkan oleh seni modern, yang cenderung untuk menentang tradisi. Usaha yang keras untuk menemukan bentuk-bentuk baru, asas-asas komposisi baru, dan bahkan sumber-sumber gerak selalu ada di pusat kreativitas, di mana sang seniman bekerja untuk mencari kemerdekaannya.

Tari kontemporer secara umum juga cenderung untuk menanggapi masalah aktual yang terjadi dalam masyarakat masing-masing, atau masalah apa saja yang dikenali sebagai masalah global. Namun, sang seniman juga hidup dalam lingkungan tradisi di mana tradisi itu berada. Tradisi itu dirasakan sebagai sesuatu yang harus dihadapi, bahkan dilawan, tetapi ada kalanya juga samar-samar dikenali sehingga menjadi tantangan untuk meraihnya. Melihat situasi seperti ini, maka seniman didesak untuk bersikap terhadap tradisi melalui suatu dialog yang mempunyai arti, baik pada tataran konsep maupun pada teknik. Koreografer muda menggemari kecenderungan mencari penemuan-penemuan baru, sumber-sumber gerak yang baru, dan teknik-teknik yang baru, lalu ditampung oleh suatu wadah yang sering dinamakan festival. Hal yang berbau serba baru tersebut tentu mempertimbangan dari berbagai aspek agar menjadi karya yang bermakna.

Perkembangan tari kontemporer beserta aspek-aspek pendukungnya telah tampak dalam wujud yang nyata. Indikasinya, dari berbagai festival tari telah melahirkan koreografer muda yang mumpuni dalam menyongsong masa depan tari di Indonesia. (Arif RH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.