Rabu, 22 Maret 23

Bawang Naik, Petani Cuma Jadi Penonton?

Bawang Naik, Petani Cuma Jadi Penonton?
* Prof Dr Anang M Legowo

Semarang, Obsessionnews  – Harga bawang yang terus melonjak membuat berbagai kalangan gerah. Mulai dari warung makan hingga ibu rumah tangga jengah melihat harga rempah tersebut. Jo, salah seorang pemilik warung makan khas Tegal di daerah Mataram, Kota Semarang, terpaksa memangkas penggunaan bawang agar harga jual masakannya tetap stabil.

“Ya terpaksa mas, mau gimana lagi. Kalau motong harga seporsi juga kasihan pelanggan juga. Ini aja sekarang harga bbm sudah naik to?” ujar Jo saat disambangi obsessionnews.com, Senin (13/4/2015).

Lain lagi dengan Khafid, salah seorang pembeli di pasar Dargo. Ia menuturkan hampir dua pekan ini dirinya hanya mampu membeli bawang secara eceran. Tentu saja ini sesuai harga bawang terlampau mahal yakni Rp. 25.000, per kilonya. “Belinya dikit saja nih mas. Cuma buat masak sendiri. Ya kerasa juga sih beli lima ribu rupiah Cuma dapat dikit banget,” tuturnya

Menurut penuturan Guru Besar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) Prof Dr Anang M Legowo, seharusnya pemerintah segera mengulang kalkulasi kembali terkait ketersediaan lahan bagi petani bawang. Jika hal ini dibiarkan saja maka produksi bawang akan terus seperti saat ini. “Segera tata ulang mulai dari tingkat petani hingga distributor,” terang Anang ketika ditemui obsessionews.com di kantornya, Senin (13/4).

Dia mempertanyakan tingginya harga bawang tidak dibarengi dengan kesejahteraan para petani bawang merah. Seharusnya dengan harga sedemikian tinggi, kualitas dari petani bawang lebih meningkat. “Petani diuntungkan tidak? Nanti malah konsumen berat tapi petani cuma jadi penonton,” timpalnya.

bawang merah

Terkait dengan isu program Joko Widodo yang menyerahkan pertanian kepada korporasi besar, ia berharap hal itu jangan sampai terjadi. “Kalau pertanian untuk komoditas tertentu dilepaskan ke korporasi besar, saya sendiri tidak bisa bayangkan seperti apa hasilnya.”

Dalam kondisi apapun pemerintah harus mendampingi baik dalam bentuk subsidi ataupun bantuan lain dengan regulasi yang baik sehingga petani tetap mendapat keuntungan wajar. Di sisi lain Jokowi diberitakan hanya fokus pada pembangunan irigasi dan waduk ketimbang pemberian alat pertanian kepada petani.

Anang pun mewanti-wanti agar presiden Joko Widodo tidak mengesampingkan bentuk bantuan jangka pendek bagi petani. “Petani kita kan petani berlahan sempit. Sehingga kalau diterapkan program itu kok sulit menurut saya. Bedanya jika negara-negara yang lahan pertaniannya besar itu membantu, sedangkan kita kan beda.”

Ia berharap pengkajian program infrastruktur pertanian Joko Widodo ditelaah lebih mendalam. Permasalahan mendasar dari pertanian lebih kepada distibusi bahan pokok dari satu daerah ke daerah lain. “Sehingga perlu dilihat infrastruktur mana yang perlu diproritaskan,”pungkasnya. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.