
Jembatan Barelang dan Camp Vietnam
Di Batam terdapat sejumlah objek wisata yang menyedot perhatian wisatawan, antara lain Jembatan Barelang dan Camp Vietnam. Jembatan Barelang merupakan singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang) di Kota Batam. Jembatan ini menghubungkan beberapa pulau, yakni Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru.
Baca juga:
Berkat Pariwisata Perekonomian Kepri Meningkat
Dukung Target 20 Juta Wisman, Kemenpar Promosikan Hot Deals Kepri 2019
Camp Vietnam, Bukti Peran Indonesia dalam Misi Kemanusiaan
Sementara itu Camp Vietnam yang terletak di Pulau Galang merupakan bekas penampungan orang-orang Vietnam. Perang saudara di Vietnam pada pertengahan tahun 1970-an menyebabkan sekitar 250 ribu orang melarikan diri lewat laut untuk menyelamatkan diri. Dan mereka dikenal sebagai manusia perahu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjuk Indonesia menampung manusia-manusia perahu itu.

Indonesia saat itu satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memberikan respons terhadap masalah kemanusian berskala internasional. Karena letak Galang strategis, maka dipilih sebagai tempat transit para pengungsi Vietnam. Sambil menunggu mereka secara administratif diproses untuk dikirim ke negara ketiga.
Pengungsi pertama yang yang mendarat di Indonesia adalah di Kepulauan Natuna bagian utara pada 22 Mei 1975, sebanyak 75 orang. Pengungsi yang jumlahnya masih sedikit ini awalnya ditampung oleh masyarakat setempat, hingga akhirnya perahu-perahu pengungsi lain juga berdatangan, termasuk di Kepulauan Anambas dan Pulau Bintan. Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan pemerintah Indonesia. Setelah mengevaluasi beberapa pulau di sekitar Pulau Bintan, berdasarkan alasan kemudahan menyalurkan pengungsi ke negara ketiga, akhirnya diputuskanlah Pulau Galang sebagai tempat penampungan sementara.
Di Pulau Galang para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya hingga tahun 1995, sampai akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Para pengungsi tersebut hidup terisolasi di dalam area seluas 80 hektar dan tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa para pengungsi. (arh)