
Jakarta, Obsessionnews.com – Nama Sumitro Djojohadikusumo tak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, bahkan sering kali disebut sebagai Begawan Ekonomi Indonesia, arsitek ekonomi Indonesia modern dan juga banyak berperan mendirikan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di mana beliau menjadi Guru Besar. Hal tersebut juga merupakan sejarah yang ada di Negara Indonesia.
Putra bungsu Sumitro yakni Hashim Djojohadikusumo mengatakan, sejarah merupakan catatan yang bernilai untuk dipahami, dipelajari untuk kepentingan masa depan. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan teladan untuk membangun kembali kepercayaan diri.
Hashim menyampaikan, banyak jejak pemikiran Sumitro yang menjadi warisan, tidak saja bagi keluarga, tetapi juga bagi bangsa Indonesia yang sangat dicintai Sumitro. Menurut Hashim, perjuangan dan jejak para pendahulu di negeri ini harus diteruskan dari generasi ke generasi, menjadi sumber semangat dan teladan menuju masa depan yang lebih baik.
“Bagi kita dan bagi bangsa Indonesia,” ujar Hashim dalam kesempatan silaturahmi keluarga, kerabat dan sahabat dalam acara Mengenang 100 Tahun Sumitro Djojohadikusumo, di Jakarta, Senin (29/5/2017).
Sementara itu, Ketua Pengurus LP3S yakni Dawam Rahardjo yang hadir di acara tersebut menyampaikan, sepanjang karirnya dipemerintahan, Sumitro berkali-kali dipercaya menjadi menteri di dalam berbagai kabinet. Menteri Perekonomian (1950-1951), Menteri Keuangan (1952-1953 dan 1955-1956), Menteri Perdagangan (1968-1973), Menteri Negara Riset (1973-1978).
“Dalam berbagai jabatan tersebut, kita catat salah satu warisan penting Sumitro bagi Indonesia adalah pemikirannya tentang mengembangkan ekonomi dengan keberpihakan pada rakyat,” katanya.
Sejarah mencatat, ketika Sumitro menjabat sebagai Menteri Perekonomian, pemerintah Indonesia, meluncurkan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng, sebuah program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
“Sistem ini menumbuhkan pengusaha bangsa Indonesia. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional,” jelas Dawam.
Konsisten dan konsekuen keberpihakan pada rakyat, tampak dalam berbagai kebijakan dan pemikiran lain yang pernah digagasnya, seperti program industrialisasi yang dilakukan dengan membangun sentra-sentra industri kecil dan kerajinan. Pemikirannya tentang pembentukan modal dalam negeri, dengan pemberdayaan dan memperkuat koperasi, melalui perdagangan internasional. Implementasi yang dilakukan di masa itu, untuk membentuk modal bagi pembangunan industri adalah memberikan hak monopoli impor bahan baku batik pada koperasi terbesar waktu itu yaitu Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI).
Dengan keuntungan besar yang diperoleh koperasi maka modal investasi domestik dapat dibentuk. Modal milik koperasi itulah yang dipakai untuk mendirikan sendiri industri bahan baku batik baik oleh GKBI maupun koperasi-koperasi primer. “Dalam membangun ekonomi Indonesia, memang harus ada keberpihakan yang jelas pada rakyat, ini kunci pemikiran Sumitro,” kata Dawam.
Disisi lain,Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang juga merupakan putra dari Sumitro mengatakan, bahwa dari sang ayah ia banyak mendapatkan nilai-nilai cinta tanah air, nasionalime, patriotisme, membangun bangsa dan negara.
“Ayah saya selalu bicara tentang perjuangan Pangeran Diponogoro, Sultan Agung, Sudirman dan lain sebagainya,” kata Prabowo.
“Sejak kecil yang saya dengar adalah kebanggaannya pada bangsanya, hormati dan pikirkan rakyat kecil,” kenang Prabowo.
Sumitro baginya adalah ayah, guru dan mentor. Yang paling berkesan dan masih relevan untuk bangsa kita saat ini adalah pesannya, kita boleh berbeda pandangan secara politik, tetapi untuk kepentingan nasional kita harus bersatu,” ujar Prabowo.
Untuk penambahan informasi, mengenang 100 tahun Sumitro ditandai dengan silaturahmi dan buka puasa bersama yang dihadiri oleh keluarga besar Djohohadikusumo, kerabat, sahabat keluarga dan mantan murid beliau.
Mengawali acara “Mengenang 100 tahun Sumitro Djojohadikusumo”, diselenggarakan sebuah pameran yang mempresentasikan berbagai foto kenangan, catatan pemikiran dan karya serta memorabilia dari Prof. Sumitro Djojohadikusumo. (Poy)