Kamis, 25 April 24

Awug, Sarapan Khas Warga Subang

Awug, Sarapan Khas Warga Subang

Subang, Obsessionnews Mungkin banyak yang tidak lagi mengenal Awung atau Dadongkal. Menu sarapan pagi ini, terbuat dari tepung beras yang dicampur parutan kelapa, daun pandan wangi dan gula merah, kemudian dikukus di atas api sedang.

Mencari Awung di Subang, Jawa Barat, jarang ditemukan. Dibandingkan menu sarapan lainnya, seperti nasi uduk, nasi kuning, dan lontong sayur.

Salah seorang produsen yang masih bertahan ialah Emak Eder (65 tahun), warga RW 20/43 Blok Cicadas Subang. Baginya berjualan awug atau dodongkal merupakan usaha turun temurun, yang mesti dipertahankan.

Cara mengolah Awung, tepung beras yang diberi parutan kelapa dan daun pandan itu, dikukus dengan wadah berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman bambu atau Aseupan. Kemudian dimasukkan ke dandang, sampai matang.

Setelah matang, Awug ditutup dengan daun pisang untuk menghindari debu. Lidah akan semakin goyang, jika Awung yang diwadahi daun pisang, ditaburi parutan kelapa. Terlebih, saat Awug masih hangat.

Matahari pagi masih terlihat samar, Emak Eder sudah keluar untuk menuju tempat mangkalnya di depan salah satu toko di daerah Panglejar, kota Subang. Pelanggan setianya telah menanti kedatangan Mak Eder.

Dengan harga satu porsi berbungkus daun pisang, Mak Eder membandrol Rp 2.500,- .

“Saya harus cepat-cepat (ke tempat) mangkal. Kalau telat bisa-bisa pelanggan sudah sarapan dulu (dengan makanan lain),” katanya.
Kalau sisanya banyak makin lama makin mengeras. Bila pembeli di tempat mangkal sudah tidak ada lagi, langsung beralih ke hotel/penginapan sekitar tempat mangkal. Para tamu dan karyawan hotel.

“Tiap hari mereka (karyawan hotel) jajan awug. Bahkan tamu hotelnya juga suka ada yang ikut membelinya,” ujarnya, Minggu (1/3/2015).

Selain Awug, juga disajikan jajanan tradisional pendamping lainnya. Seperti gurandil atau roro mendut, uli, ketan gurih dan limpung. Makanan ini pun laris diburu oleh para pecintanya. Apalagi menjadi sarapan pembuka bersama kopi panas diwaktu pagi hari.

Bahan pembuatan yang digunakan semuanya alami tanpa sintetik yang terdiri tepung beras, aci singkong, kelapa, gula merah dan gula putih serta pewarna nabati.

“Alhamdulillah, setiap pagi rata-rata jika semua habis terjual, bisa terkumpul uang Rp 250 ribu. Selain itu, saya juga suka menerima pesanan pesta. Lumayan, dari pada dagang keliling, ” ujar nenek 6 cucu, yang telah berjualan Awug, lebih dari 20 tahun itu. (Teddy Widara)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.