
Paris – Amerika Serikat (AS) memasukkan nama koresponden TV Aljazeera di Pakistan ke dalam daftar orang-orang yang diduga melakukan aktivitas terorisme karena keterkaitannya dengan Al Qaeda.
Kantor berita Perancis (9/5) melaporkan, situs berita The Intercept yang dikelola Glenn Greenwald, seorang jurnalis Amerika, mengutip sebuah dokumen rahasia, mengatakan, “Nama Ahmad Mowafak Zeidan masuk ke dalam daftar Agen Keamanan Nasional Amerika (NSA) yang dibocorkan Edward Snowden.”
The Intercept menyebut jurnalis Suriah yang menjadi koresponden Aljazeera di Pakistan itu sebagai anggota jaringan Al Qaeda.
Kepada situs Amerika itu, Zeidan dengan tegas membantah keanggotaan dirinya di Al Qaeda, namun ia mengaku telah melakukan beberapa kali wawancara dengan sejumlah petinggi Al Qaeda dalam kerangka tugasnya sebagai wartawan.
Namun, komite dukungan atas wartawan yang berpusat di New York, AS, menunjukkan kekhawatiran serius terkait tuduhan tersebut.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Karman BM menilai, Negara Barat terkadang memang ambigu. Katanya kampiun demokrasi dan HAM, tapi praktiknya sebaliknya. “Coba lihat gimana negara-negara Barat menyikapi hasil pemilu tempat di negara Arab. Begitu kelompok yang mereka dukung kalah, mereka ganggu negara tersebut. Dengan macam dalih,” bebernya.
“Katanya menjunjung hak setiap warga untuk memeluk agama dan menjamin kebebasan mereka, malah orang berjilbab atau memakai atribut-atribut keagamaan dilarang,” ungkap Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Jayabaya Jakarta ini.
Bahkan, lanjutnya, sekarang terakhir atas nama free of speech mereka mengadakan event menggambar Nabi, padahal ini mengganggu kemapanan agama tertentu dan bisa ganggu perdamaian dunia. “Dalam Islam, menggambar nabi itu tidak boleh. Ini namanya mereka provokasi, atau speach of hate, menebar kebencian bukan free of speech,” tutur Karman.
Senada pula, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengecam berlangsungnya kontes menggambar kartun Nabi Muhammad SAW di Curtis Culwell Center, Garland, Texas, AS, pada Minggu (3/5/2015).
“Jelas kami sangat menyesalkan adanya acara itu, karena itu bentuk pelecehan terhadap agama (Islam),” tegas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
Meski akhirnya dibubarkan oleh aparat keamanan setempat, Kiai Said mempertanyakan mekanisme pemberian izin berlangsungnya sebuah acara di Amerika Serikat, sehingga kegiatan yang bersifat sensitif terhadap kerukunan umat beragama tersebut bisa berlangsung.
“Saya mendengar sampai terjadi penembakan dan jatuh dua korban jiwa. Kejadian seperti itu seharusnya bisa dihindari jika pemerintah setempat lebih peka,” kritik Kiai Said.
Sebelumnya, Amerika Serikat sekali lagi terguncang setelah dua orang bersenjata dinyatakan tewas saat mereka melepaskan tembakan di sebuah pameran, Ahad, 3 Mei 2015. Keduanya dilaporkan membawa serta bahan peledak.
Reuters menyebutkan pria-pria tersebut ditembak dan tewas setelah mereka menembaki penjaga keamanan di luar gedung Curtis Culwell Centre di Garland, Texas, selama acara pameran yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad. Penembakan terjadi sekitar 19.00 waktu setempat.
Pameran diselenggarakan oleh Pamela Geller, Kepala Inisiatif Perjuangan Kebebasan Amerika (AFDI), organisasi berbasis di New York yang sebelumnya telah menimbulkan kontroversi setelah membayar iklan antimuslim di bus kota. Acara itu dimaksudkan untuk memberikan penghargaan US$ 10 ribu dolar atau sekitar Rp 130 juta kepada mereka yang menampilkan kartun terbaik dari gambar Nabi Muhammad.
“Peristiwa yang mengerikan ini adalah gambaran betapa pentingnya isu kebebasan itu,” ucap Pamela pada Fox News.
Ratusan orang masih berada di dalam setelah beberapa tembakan terdengar. Setelah penembakan, bangunan dan lokasi sekitar kejadian dijaga tim polisi SWAT.
Associated Press mewartakan, ada kecurigaan kendaraan milik penyerang menyimpan alat peledak. Sebuah penjinak bom telah dikirim ke lokasi kejadian, dan aktivitas di sekitarnya sementara dihentikan.
“Kami siap untuk sesuatu seperti ini, karena ada petugas tambahan yang disewa oleh distrik sekolah,” ucap Joe Harn, juru bicara Departemen Kepolisian Garland, dalam konferensi pers pada Minggu malam. “Ada banyak penyelidikan yang harus dilakukan.” (irib.ir/Ars)