Kamis, 25 April 24

AS Jual Senjata Rp305 Triliun ke Qatar

AS Jual Senjata Rp305 Triliun ke Qatar
* Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk menjual senjata ke Qatar, Kuwait, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) senilai 40 miliar dolar (Rp560 triliun).

Arab – Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk menjual senjata ke Qatar, Kuwait, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) senilai 40 miliar dolar (Rp560 triliun). Badan Kerja Sama Keamanan dan Pertahanan Kementerian Pertahanan AS mengumumkan, Qatar dalam dua bulan terakhir telah membeli senjata dari AS senilai lebih dari 21, 8 miliar dolar atau sekitar Rp305 triliun.

Dengan angka tersebut, Qatar berada di urutan pertama sebagai pembeli senjata AS di antara negara-negara Pesisir Teluk Persia lainnya. Kuwait di urutan kedua dengan nilai pembelian lebih dari 11,8 miliar dolar. Arab Saudi di urutan ketiga senilai 3,5 miliar dolar dan UEA di peringkat keempat sebesar 510 juta dolar.

Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Arab Pesisir Teluk Persia menjadi pelanggan terbesar senjata AS. Pentagon telah menjual berbagai jenis senjata udara, laut, darat dan rudal kepada Qatar, Kuwait, Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Oman. Negara-negara ini adalah anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) yang merupakan sekutu dekat AS.

Seperti dilansir ParsToday, Negara-negara anggota P-GCC juga menjadi tuan rumah pasukan dan Armada AL AS. Mereka mengklaim bahwa keberadaan pangkalan militer dan pasukan Amerika di negara-negara Arab adalah untuk menjamin keamanan. AS meraup keuntungan yang sangat besar dari kerjasamanya dengan negara-negara tersebut.

Negara-negara Arab Pesisir Teluk Persia mengimpor senjata senilai miliaran dolar dari AS dan pembelian senjata ini berlanjut ketika berbagai lembaga finansial internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan bahwa negara-negara anggota P-GCC sedang menghadapi krisis finansial dan defisit anggaran senilai puluhan miliar dolar disebabkan penurunan harga minyak.

Defisit anggaran enam negara Pesisir Teluk Persia hingga akhir tahun 2016 mencapai 153 miliar dolar, di mana kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jika situasi seperti itu berlanjut, maka Qatar, Kuwait, Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Oman akan menghadapi persoalan serius di sektor ekonomi dan sosial.

Pembelian besar-besaran senjata dari AS oleh para pengusa Arab terjadi menyusul berlanjutnya krisis Suriah dan ketegangan di kawasan. Berbagai media menyebutkan bahwa senjata-senjata tersebut sebagiannya diserahkan kepada kelompok-kelompok teroris Takfiri di sejumlah regional seperti Irak dan Suriah.

Impor besar-besaran senjata oleh negara-negara Arab Pesisir Teluk Persia telah berubah menjadi salah satu solusi bagi ekonomi Barat yang sedang dilanda krisis dan tentunya menguntungkan perusahaan-perusahaan persenjataan Barat dan kompleks industri militer Amerika.

Strategi utama Barat terutama AS untuk menjamin kelanjutan bisnis penjualan senjata kepada negara-negara Arab Pesisir Teluk Persia adalah dengan cara menciptakan instabilitas keamanan dan menyebarkan Iranphobia di kawasan.

Republik Islam Iran telah berulang kali menegaskan perluasan hubungan bersahabat dengan negara-negara Arab Pesisir Teluk Persia, namun AS dan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebarkan Iranphobia dan isu ancaman Iran bagi kawasan.

Tindakan AS dan sekutunya tersebut bertujuan untuk menciptakan ketergantungan negara-negara Arab kepada Barat dan menjustifikasi kehadirannya di Teluk Persia.

Pengalaman beberapa dekade terakhir telah menunjukkan bahwa kehadiran pasukan asing di Teluk Persia tidak membantu menciptaan stabilitas di kawasan yang sangat sensitif ini, namun justru meningkatkan ketegangan.

Barat selalu berupaya untuk menciptakan perselisihan antara Iran dan negara-negara anggota P-GCC. Sementara Iran terus berusaha untuk meyakinkan negara-negara tetangganya itu tentang niat baiknya untuk bekerjasama dan bersama-sama menjaga keamanan regional tanpa bantuan pasukan asing.

Iran juga berusaha untuk mengurangi pengaruh Barat yang ingin menciptaan jurang pemisah antara Iran dan negara-negara Arab Pesisir Teluk Persia, sehingga akan tercipta perluasan kerjasama regional yang konstruktif. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.