Jumat, 19 April 24

Arief Rosyid Hasan, Bos Organisasi Mahasiswa Terbesar di Indonesia

Arief Rosyid Hasan, Bos Organisasi Mahasiswa Terbesar di Indonesia
* Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI)

Jakarta, Obsessionnews – Memimpin organisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia, membuat Arief Rosyid Hasan memiliki pengaruh besar. Organisasi ekstra kampus, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang dipimpinnya memiliki jutaan anggota. Kader-kader HMI pun tersebar di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, sehingga ikut mempengaruhi berbagai kebijakan.

Lantaran menjadi bos organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia tersebut, Arief terpilih menjadi salah seorang dari 70 tokoh berpengaruh di Indonesia tahun 2015 versi Majalah Men’s Obsession. Men’s Obsession edisi Agustus 2015 memuat tema utama bertajuk ’70 Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015’. Ribuan eksemplar majalah yang terbit di Jakarta itu dibagikan pada acara peringatan HUT ke-70 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin 17 Agustus 2015.

Arief terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI periode 2013-2015 dalam Kongres XXVIII di Jakarta, Senin 15 April 2013, setelah berlangsung 30 hari. Kongres tersebut merupakan kongres terlama atau terpanjang dalam sejarah kongres HMI.

Proses kongres berjalan dengan sangat alot. Kongres berjalan selama satu bulan, mulai dari pembukaan yang berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, 15 Maret 2013, kemudian di Asrama Haji, Graha Insan Cita-Depok, dan berakhir di GOR Ragunan, Jakarta Selatan,15 April 2013.

Arief yang merupakan kader HMI asal Cabang Makassar Timur ini unggul dalam proses pemilihan setelah sebelumnya pada putaran pertama mengalahkan 29 kandidat lainnya, dan pada putaran kedua setelah ke-27 kandidat melemparkan dukungan kepada Arief.

Dia mengalahkan kandidat lainnya yang juga ketua HMI sebelumnnya, Noer Fajriansyah, dengan selisih 238-62 suara. Kongres sempat diwarnai kericuhan yang telah dimulai sejak diadakan di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.

HMI adalah organisasi kader dan banyak melahirkan kader-kader yang militan. Kader-kader HMI di tingkat pusat hingga cabang sering kali turun ke jalan untuk berunjuk rasa tentang berbagai hal.

Salah satu contoh Rabu (20/5/2015) Arief memimpin unjuk rasa memperingati Hari Kebangkitan Nasional di depan ruas jalan Gedung Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Dalam orasinya, ia mendesak pemerintah menjaga stabilitas politik dan perekonomian. HMI menuntut Presiden Jokowi segera memenuhi janji pembangunan infrastruktur demi kepentingan masyarakat di Indonesia.

Banyak alumni HMI yang terkenal dan menduduki posisi sangat stretagis di berbagai lembaga. Antara lain, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursidan Baldan, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, AM Fatwa.

Pendirian HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernafaskan Islam.

Ia lantas mengundang para mahasiswa Islam di Yogyakarta untuk membicarakan maksud tersebut. Para mahasiswa itu menyepakati berdirinya HMI tanggal 5 Februari 1947. Lafran Pane ditunjuk sebagai Ketua Umum HMI yang pertama. HMI bertujuan mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Di era pemerintahan Presiden Ir. Sukarno, HMI mendapat tekanan yang luar biasa dari Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI mendesak Sukarno membubarkan HMI. Namun, tuntutan tersebut tidak pernah dikabulkan oleh Sukarno.

Pasca meletusnya peristiwa G-30-S/PKI, HMI dan berbagai elemen masyarakat lainnya berdemonstrasi menuntut PKI dibubarkan dan juga mendesak Soekarno turun dari kursi kekuasaannya. PKI pun resmi dinyatakan sebagai partai terlarang pada 11 Maret 1966.

HMI juga terlibat aktif berunjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur pada 1998. Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada Kamis, 21 Mei 1998. (Arif RH/Pul)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.