
Jakarta, Obsessionnews – Kemelut di tubuh Partai Golkar yang belum ada tanda-tanda reda, membuat Tommy Soeharto galau. Pasca Pilpres 2014 Golkar terpecah menjadi dua kubu, yakni kubu Aburizal Bakrie (ARB dan kubu Agung Laksono. Tommy terpanggil untuk menyelamatkan partai beringin yang didirikan ayahnya, almarhum Soeharto, Presiden kedua Indonesia, itu.

Dalam dua bulan terakhir ini Tommy aktif menggalang dukungan melalui media sosial, yakni facebook dan twitter. Tommy mendesak segera dilaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk menyelesaikan konflik di Golkar. Pria bernama lengkap Hutomo Mandala Putra ini tak sungkan-sungkan menyatakan keinginannya maju sebagai calon Ketua Umum (Ketum) Golkar. Hatinya berbunga-bunga ketika beberapa tokoh senior Golkar, di antaranya Akbar Tandjung, menilai Tommy layak menjadi ketum Golkar. (Baca: Elit Golkar Dukung Tommy Jadi Ketum)
Melalui akun facebook dan twitternya putera bungsu Soeharto itu mengajak para kader dan tokoh Golkar se-Indonesia bersilaturahmi dengan dirinya untuk membahas rencana Munaslub.

Ambisi Tommy untuk menjadi ketum Golkar tersebut mendapat tanggapan sinis dari Kepala Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Muradi. Muradi menilai Tommy sulit menjadi Ketum Golkar. Pasalnya, ia bakal dihadang Ketum Golkar versi Munas Bali Ical dan Ketum Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono.
“Tidak semudah itu Tommy merebut jabatan Ketum. Karena Aburizal Bakrie dan Agung Laksono sudah punya investasi politik yang luar biasa, kata Muradi kepada pers di sela-sela rilis survei Cyrus Network, di d’Consulate Cafe, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis (7/5/2015).
Menurutnya, selain berpengalaman di Golkar, ARB dan Agung Laksono telah mengeluarkan biaya politik yang relatif besar untuk mempertahankan jabatannya.
“Kecuali begini, Tommy mengatakan kepada dua orang itu, ‘Sudah keluar berapa, Rp 50 miliar atau Rp 50 triliun? Sudah ini, gua balikin, gua masuk’,” kata Muradi.
Muradi menilai ARB dan Agung tidak akan mudah memberikan kesempatan kepada Tommy menjadi Ketum Golkar.
“Tommy juga bukan figur yang mudah diterima banyak pihak. Golkar sekarang memiliki banyak kader muda yang bagus,” tuturnya. (ARH)