Kamis, 25 April 24

Alumni Kanisius Perlu Belajar Berdemokrasi Dari FPI dan HTI

Alumni Kanisius Perlu Belajar Berdemokrasi Dari FPI dan HTI

Oleh: Faizal Assegaf, KKetua Progres 98

 

Aksi walk out ratusan alumni Kanisius yang ditujukan kepada gubernur Anies Baswedan adalah tindakan bahalul. Pertunjukan kebencian tersebut terkait dinamika politik Pilgub DKI Jakarta.

Maklum, para tokoh politik, misionaris dan aktivis Katolik sangat getol membela narapidana penista Al Qur’an alias Ahok. Wajar saja dalam berdemokrasi, umat manapun bebas memilih pemimpin atas dasar kesamaan agama dan sebagainya.

Tapi ingat, Pilgub DKI sudah berakhir. Suka atau tidak, mayoritas umat Islam telah tampil sebagai pemenang dengan mengusung pasangan Anies-Sandi.

Apakah kepemimpinan Anies-Sandi adalah representasi dari aspirasi politik umat Islam? Mau ngeles dengan cara apapun, jawabannya: iya! Penegasan atas realitas politik tersebut tidak bisa dinafikan.

Terlebih aspirasi umat Islam dalam Pilgub DKI secara terang dan jelas mengkampanyekan bahwa kepemimpinan Anies-Sandi bertujuan untuk melayani seluruh warga Jakara tanpa diskriminasi.

Harapan umat Islam itu secara nyata telah dilakoni oleh Anies-Sandi. Terbukti baru saja dilantik, Anies telah meresmikan gedung gereja Semper di Cilincing, Jakarta Utara.

Bahkan Anies melontarkan pujian: “HKBP sudah merawat bangsa Indonesia sebelum negara ini hadir, dan perjalanan HKBP tidak tergantung pada perorangan, semua ikut urunan, ikut iuran tenaga, dana, keringat, gagasan”.

Sikap toleransi dan keteladanan yang dunjukan secara tulus oleh Anies kepada komunitas HKBP menuai simpatik umat. Itulah sejatinya ajaran Islam yang tidak memiliki dendam, kebencian serta prasangka jahat kepada umat beragama manapun.

Namun pesan moral dan komitmen Anies-Sandi dalam membangun kebersamaan justru dibalas secara keji oleh alumni Katolik Kanisius. Mereka menuduh bahwa kepemimpinan Anies tidak sejalan dengan nilai-nilai Kanisius.

Tudingan tersebut jelas melukai hati umat Islam. Jargon toleransi dan Pancasila yang selama ini mereka getol suarakan ternyata hanyalah topeng dan omong kosong saja.

Perilaku tidak elok itu mencerminkan kegagalan misionaris Katolik dalam mengembala domba-dombanya. Selayaknya ulumni Kanisius berbesar hati untuk belajar berdemokrasi dari HTI dan FPI.

Keluarlah dari kandang pengembalaan misionaris Kanisius. Agar dapat berinteraksi secara damai, jujur dan bermartabat dengan umat Islam. Jangan kelamaan terjebak menjadi loyalis kotak-kotak! (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.