
Jakarta – Jurnalis investigasi asal Amerika, Allan Nairn, mengakui calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto saat ini tidak lagi memiliki hubungan baik dengan pemerintah Amerika Serikat. Namun, pada pasca reformasi 1998 Prabowo adalah anak kesayangan Amerika.
Alan mengatakan, jika Prabowo bisa memenangkan Presiden, hubungan antar keduanya bisa lagi akrab. Bahkan, Amerika siap berada di belakang Prabowo untuk bisa mengamankan semua kepentingan asing yang sudah lama menduduki Indonesia terkait dengan eksploitasi Sumber Daya Alam seperti Freeport yang menjadi milik perusahaan Amerika.
“Dalam dua detik mereka akan dukung, kirim senjata dan dukungan apa pun. Karena mereka (AS) tidak peduli HAM atau hak buruh. Mereka hanya peduli tentang siapa yang punya kekuasaan, yang bisa mengamankan usaha besar,” kata Allan di Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Allan menceritakan hubungan Prabowo dengan Amerika, dulu kata Allan, Prabowo pernah mengatakan punya hubungan baik dengan tentara AS saat masih muda. Namun saat Prabowo dipecat dari keanggotaan ABRI karena dugaan penculikan aktivis 1998, Amerika mencampakkan Prabowo karena sudah menjadi kebiasaan tentara AS.
“Amerika membuang Prabowo, itu biasa. Itu memang doktrin Amerika. Mereka melakukan hal yang sama kepada (Ferdinand) Marcos, (Moammar) Khadafi, Sadam Hussein, dan Soeharto,” katanya.
Allan mengungkapkan, pemerintah AS sebenarnya membutuhkan Prabowo untuk dijadikan agen rahasia antara pemerintah dan intelijen AS dengan Soeharto waktu itu. Namun, saat melihat kekuatan Soeharto mulai melemah dan masifnya gerakan sipil yang melawan Soeharto sampai dirinya tumbang. Saat itu, AS membuat keputusan untuk tidak lagi mendukung Soeharto.
“Prabowo mengatakan pada saya, mereka (AS) bilang, ‘Oke Prabowo, Anda beritahu Soeharto bahwa Amerika tidak akan dukung dia lagi,” ujar Allan sambil menirukan suara Prabowo saat melakukan wawancara tahun 2001.
Kemudian kata Allan, Prabowo yang pernah lama tinggal di Amerika itu menyampaikan kondisi pemerintah AS kepada Soeharto, yang sudah tidak lagi mendukungnya sebagai presiden. Namun Soeharto marah dengan Prabowo, dan memintanya untuk keluar, karena menganggap kabar yang disampaikan bohong.
“Lalu Soeharto usir Prabowo. Itu yang dia katakan pada saya. Itu yang terjadi pada Prabowo,” kata Allan.
Sejak itu lah, kata Allan, Wiranto naik mengambil peran penting untuk merebut posisi Prabowo. Tiga tahun setelah itu Pemerintah AS memutuskan untuk tidak lagi membutuhkan Prabowo. Bahkan pemerintah AS mencabut visa Prabowo. Prabowo pun merasa sakit hati dengan keputusan AS.
“Prabowo merasakan luka hati juga karena Amerika juga mencabut visa dia. Prabowo amat marah dan sedih karena selama ini Amerika adalah sponsornya yang amat dekat, lalu mengatakan tidak perlu lagi. Itu biasa bagi Amerika,” katanya.
Meski begitu, melihat elektabilitas Prabowo yang semakin naik dan sangat memungkinkan memenangkan Pemilu Presiden. Allan memprediksi kerja sama militer kedua pihak akan terjalin kembali. Menurut Allan, hubungan itu akan akrab kembali bahkan, pemerintah AS siap berada di belakang Prabowo.
Allan Tantang Prabowo Untuk Lakukan Dua Hal.
Kedatangan Allan ke Indonesia adalah untuk mengklarifikasi hasil wawancaranya dengan Prabowo pada tahun 2001 yang bersifat off the rocord. Allan sangat yakin bahwa tulisan wawancaranya mengenai hubungan Prabowo dengan Pemerintah AS adalah benar bukan berita yang bohong.
Dalam beberapa Tulisanya Allan sudah mengungkapkan kedekatan Prabowo Subianto dengan pemerintah, intelijen, militer, hingga pengusaha besar Amerika Serikat. Jika Prabowo tak mengakui kedekatan itu, Allan menantang mantan Panglima Kostrad itu untuk melakukan dua hal.
“Saya ada dua tantangan spesifik kepada Prabowo. Satu, kalau Prabowo orang berani untuk melawan Amerika seperti kata Amien Rais, Prabowo siap ikuti saya untuk menyeret Presiden Amerika untuk diadili karena kejahatan membunuh orang sipil. Ini termasuk Obama, Bush muda dan tua, Clinton, Carter, semua,” katanya.
Kedua, jika wawancaranya bohong, Allan juga menantang Prabowo untuk mengusir Freeport dari Indonesia karena perusahaan milik AS ini sudah dianggap meresahkan Indonesia sejak jaman Soeharto karena tidak henti-hentinya mengeruk Sumber Daya Alam berupa mas murni di tanah Papua.
“Apa Prabowo berani seperti saya menyatakan sebaiknya Indonesia usir Freeport dari Papua, karena orang-orang Prabowo suka cerita tentang eksploitasi sumber daya alam Indonesia dari asing. Tapi ternyata mereka tidak bisa katakan itu, karena kerja sama dengan usaha besar itu,” imbuh Allan.
Menurut Allan, sejak dulu presiden AS terkenal selalu memberikan dukungan kepada negara-negara lain untuk mengamankan kepentingan nasionalnya. Bahkan dukungan terhadap negara lain akan diberikan meski harus membunuh warga sipil. “Jenderal Prabowo, siapkah nyatakan itu seperti saya?” tantang Allan.
Allan sendiri adalah jurnalis sudah banyak pendapat penghargaan. Ia pernah meliput berbagai kasus pelanggaran HAM di Haiti, Guatelama, Afrika Selatan, Palestina, hingga Indonesia. Bahkan pada kesempatan itu Prabowo mengaku kepada Allan bahwa dia kerap melapor kepada Defense Intelligence Agency AS minimal satu kali dalam seminggu.
Wawancara Allan dengan Prabowo pada 2001 sebenarnya bersifat off the record. Informasi ini akhirnya dibuka kembali oleh Allan meski melanggar kode etik jurnalistik. Menurut Allan, masyarakat Indonesia berhak mengetahui sosok Prabowo yang sebenarnya dan dia memiliki informasi langsung dari Prabowo yang tak diketahui orang banyak.
Guna mempertangung jawabkan semua tulisannya, Allan juga mengaku siap membawa ke proses hukum. Ia mengaku tidak mau disebut telah memberikan berita bohong. Allan juga menantang Prabowo ke Pengadilan dan meminta jangan bersembunyi di balik juru bicaranya. Allan mengatakan punya bukti kuat mengenai hasil wawancaranya tersebut. (Abn)