Jumat, 26 April 24

Achmad Sudarto Pertahankan Performa PTBA dengan Kerja Keras, Cerdas dan Ikhlas

Achmad Sudarto Pertahankan Performa PTBA dengan Kerja Keras, Cerdas dan Ikhlas
* Chief Finance Officer PT Bukit Asam (Persero). Foto: Sutanto/MO

Jakarta, Obsessionnews – Di tengah krisis ekonomi dan terpuruknya bisnis batu bara di Indonesia, PT Bukit Asam (Persero) mampu menunjukkan kinerja yang gemilang. PTBA berhasil mempertahankan performa membanggakan dengan strategi dan terobosan-terobosan yang dilakukan para superteam di balik PTBA. Satu di antaranya adalah Achmad Sudarto, sang Chief Finance Officer PTBA yang berjibaku bersama jajaran direksi lainnya mendongkrak kinerja PTBA.

Ya, Achmad Sudarto adalah sosok tangguh dan pekerja keras yang mengawali karier di PTBA sejak 19 tahun silam. Selama bekerja, ia tak pernah menolak tugas, apapun pekerjaan dilakukannya meski tak sesuai dengan latar belakang pendidikannya sekalipun. Perjalanan kariernya di PTBA mencatat, ia termasuk karyawan yang sering dimutasi di lintas divisi, antara lain di bagian administrasi perusahaan, akuntansi, treasury, sekretaris perusahaan, hingga bagian IT yang jauh bertolak belakang dari latar belakang pendidikannya, S1 Akuntan dan Magister Management di Universitas Sriwijaya.

Dalam bekerja, Achmad Sudarto memang memiliki semangat tinggi untuk terus belajar mengembangkan diri. Ia memiliki motto ‘Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan Kerja Ikhlas’. “Jadikan kerja sebagai ibadah, maka kita akan mendapat dua hal. Pertama adalah pahala dan kedua mendapat gaji. Tapi kalau kita tidak ikhlas dalam bekerja, yang kita dapatkan hanya gaji saja,” katanya.

Selain itu, kolektor bola golf dan miniatur mobil ini, juga selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan dengan prinsip nothing to lose dalam mengemban pekerjaannya. Hal itu semata-mata karena ia menyadari bahwa jabatan yang diembannya itu merupakan amanah dan titipan dari Sang Kuasa.

Kesuksesan yang diraih Achmad Sudarto tak lepas dari peran orangtua yang sejak kecil mengajarkan nilai-nilai kejujuran dalam hidupnya, serta yang selalu mendoakannya. Ayahnya adalah seorang tukang becak yang berani mengadu nasib ke luar pulau Jawa untuk meraih kehidupan lebih baik. Dengan kerja keras, berawal dari tukang becak, kemudian cleaning service, terus meningkat hingga menjadi PNS dan bendahara di sebuah RS di kota Palembang.

Semangat, kejujuran dan kerja keras ayahnya itu yang selalu diingatnya, dan menular hingga mendarah daging pada jiwa Achmad Sudarto. “Ayah saya itu pekerja keras, jujur dan sederhana dan pesan itu yang selalu beliau tanamkan pada saya,” ia mengenang sosok almarhum ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Ketika ditemui Men’s Obsession di kantornya beberapa waktu lalu, dengan ramah dan terbuka, Achmad Sudarto membeberkan strategi dan langkah-langkah yang dilakukan perusahaan agar tetap survive bahkan berkembang di tengah kondisi yang terpuruk bagi industri pertambangan batu bara. Ia mengatakan, salah satu yang membedakan PTBA dengan perusahaan sejenis, adalah tersedianya beragam jenis produk batu bara yang dipasarkan PTBA.

“Mungkin yang lain hanya punya 1 atau 2 produk batu bara sementara kami punya 7 market brand yang bervariasi. Jadi untuk export market yang memang harganya turun karena indeks, kita harus jual yang medium agar harganya masih bagus, margin pun bagus,” ungkap penyuka olahraga Golf ini.

Sementara jika dilihat dari operational cost, PTBA berhasil melakukan efisiensi antara lain dengan equipment yang telah menggunakan tenaga listrik tak lagi menggunakan bahan bakar. Kemudian hal lain yang cukup membanggakan bagi perusahaan, adalah posisi perusahaan yang terbebas dari hutang. Tak hanya itu, PTBA bahkan telah melakukan buy back, “tahun ini kita melakukan tahapan yang ketiga program buy back, 2015 lalu hampir Rp.450 miliar yang kami keluarkan untuk program buy back,” ucap ayah tiga putri ini.

Sesuai dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, PTBA telah mengembangkan bisnisnya di samping batu bara, yakni menjual pasokan listrik. “Jadi kami sudah setting bisnis energi listrik, bisnis gas, sudah bisnis gasifikasi. Karena kalau batu bara kalori rendah, 85% kalori rendah, kalau dijual pasti kecil cost makin lama makin tinggi, lama lama bisa negatif. Nah supaya nggak negatif kita jual produknya, saya jual listriknya, saya jual gasnya, jadi batu bara diproses jadi gas. Itu yang membuat kita ke depan akan maju,” terangnya penuh semangat.

 

Konsep spiritual melalui CSR

Yang tak kalah penting, sebagai seorang muslim, Achmad Sudarto mengakui dan percaya betul bahwa keberhasilan PTBA tak lain berkat ‘sedekah’ yang rutin dilakukan PTBA melalui kegiatan-kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) PTBA.

PTBA bahkan meraih penilaian proper tertinggi emas tiga tahun berturut-turut sejak 2013 hingga 2015 dari Kementerian Lingkungan Hidup. Yang dilihat dari penilaian ini, bukan hanya dari aspek lingkungan hidup dan dari pasca tambang, namun juga dari aspek CSR nya, masyarakat sekitar, bagaimana perusahaan bisa membentuk ekonomi tumbuh di masyarakat sekitar.

Achmad Sudarto menyampaikan, dalam hal ini, PTBA memang tak tanggung-tanggung. Perusahaan menggelontorkan dana yang cukup besar hingga ratusan miliar per tahunnya untuk kegiatan CSR yang berupa pembangunan rumah ibadah, rumah sakit, sarana olahraga, beasiswa sampai tingkat perguruan tinggi, hingga menghidupkan dan meningkatkan perekonomian desa setempat. Yang juga rutin, PTBA membagi-bagikan paket sembako minimal 3 kali dalam setahun yang disebar ke seluruh unit cabang di seluruh Indonesia.

“Jadi bagaimana masyarakat itu ikut menjaga, ikut bahagia itu yang paling penting. Karena kita hidup di sana. Ini bagian dari kepedulian ya. Harapannya kalau masyarakat itu puas, dia ikut menjaga, dan yang paling penting ikhlas mendoakan kita,” katanya.

Selain itu, PTBA juga memiliki sebuah yayasan Bukit Asam yang bergerak dalam bidang pendidikan. Kini sudah tersedia sekolah TK, SMA dan SMK. Ke depan PTBA akan mengembangkan yayasan tersebut, PTBA kini tengah mempersiapkan 1 lahan seluas 20 hektar untuk dijadikan boarding school, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, SMK hingga sebuah perguruan tinggi.

“Saya sedang siapkan master plan, tahun depan sudah mulai dibangun, target 2018 sudah selesai, dan 2020 untuk universitas,” tandasnya.

Ke depan, PTBA juga memiliki satu mimpi ingin menghilangkan image ‘Ghost Town’ pasca tambang dengan membangun Taman Hutan Raya (Tahura) yang pengelolaan selanjutnya akan diserahkan ke Pemerintah Daerah setempat. Dalam perencanaan PTBA, Tahura tersebut akan terbagi menjadi 12 zona, antara lain zona perikanan, zona hutan, zona binatang buas, dan laboratorium.

“Jadi kenapa PTBA bisa survive. Operasional iya, produk iya, menjaga pelanggan iya, diversifikasi usaha iya. Tapi terakhir yang paling penting adalah ‘sedekah’, kepedulian terhadap lingkungan. Itu menjadi syarat penting untuk menjaga sustainability perusahaan ke depan,” Achmad Sudarto menutup pembicaraan. (Suci Yulianita/Men’s Obsession)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.