
Bandung, Obsessionnews – Dua puluh persen anggaran pendidikan di Jawa Barat (Jabar) masih berebut dengan anggaran lain. Demikian ditegaskan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jabar Dr H Edi Parmadi MM MPd, Sabtu (2/5).
Anggaran lain tersebut yaitu pelatihan pertanian, pelayaran, elektronika dan lain-lain. “Jadi tidak mutlak untuk jenjang pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA atau sederajat lainnya”, ujar Edi.
Pemerintah dinilai sudah cukup bagus dalam mengelola pendidikan di Jabar, namun akan lebih baik jika anggaran pendidikan dua puluh persen tersebut tidak diganggu dengan pendidikan non formal lainnya.
Sementara itu terkait dengan masih banyaknya kesenjangan pendidikan antara anak didik yang berada di kawasan terpencil atau daerah perbatasan, sebaiknya ada pendekatan khusus bagi mereka yang berada di pedalaman tersebut sehingga mampu bersaing dengan anak didik lainnya.
“Meskipun untuk mengenyam pendidikan bagi mereka yang kurang mampu saat ini sudah tidak terlalu mengalami kesulitan, karena dengan adanya beasiswa anak didik kurang mampu akan dapat mengenyam pendidikan juga”, tandas Edi.
Ia pun diluar kelas seorang anak didik akan mampu mendapat informasi seluas-luasnya sehingga pengajaran di dalam kelas jauh tertinggal dengan pendidikan di luar kelas melalui dunia maya.
Edi juga mendukung penuh upaya Bandung Screen College (BSC) dengan mengembangkan School Digital Company dan TV Guru Indonesia, yakni pengembangan program perusahaan belajar siswa di tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan sederajat yang digagas CEO BSC Alvin Miracelova.
“Program ini sangat dibutuhkan untuk menyikapi perkembangan teknologi komunikasi dan informatika kekinian yang serba digital dan mudah siakses oleh masyarakat” ujar Edi.
PGRI Jabar nantinya bergerak dalam pelatihan sumber daya manusia di bidang content berbasis digital technology.
Sementara menurut Alvin, program tersebut merupakan langkah pengembangan dalam membentuk inkubator korporasi di sekolah- sekolah. Kemudian dari kerjasama tersebut akan terbangun inkubator school Digital Company di berbagai sekolah yang ada di Jabar.
Kemudian pengembangan industri konten berbasis jaringan student Company yang diinkubasi oleh School Digital Company dilakukan dari tingkat Sekolah Dasar sampai kampus, sebagai budaya baru pembelajaran lewat pengembangan komunitas sekolah. School Digital Company merupakan embrio yang sangat menunjang keberhasilan membangun petekonomian kreatif secara nasional. (Dudy Supriyadi)