Sabtu, 20 April 24

15 CEO Pilihan 2019

15 CEO Pilihan 2019
* 15 CEO Pilihan 2019. (foto: dok MO)

Nadiem Makarim, Founder & CEO PT Gojek Indonesia, Mentransformasi Go-Jek Sebagai Super APP

Naskah: Giattri F.P. Foto: Fikar Azmy

“Saya ingin Go-Jek 10 tahun dari sekarang atau 20 tahun dari sekarang akan dibicarakan sebagai perusahaan yang membuktikan bahwa teknologi dapat berpengaruh besar pada ekonomi, yakni membawa dampak evolusi besar pada masyarakat.”

Nadiem Makarim

Belum lama ini CEO PT Go-Jek Indonesia (Go-Jek) Nadiem Makarim masuk ke dalam daftar The Bloomberg 50 Tahun 2018. Daftar tersebut merupakan daftar 50 tokoh atau inovator yang telah mengubah lanskap bisnis global dengan strategi yang terukur dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Menurut Bloomberg, pria yang akrab disapa Nadiem ini dinilai berhasil mentransformasi Go-Jek sebagai Super App asal Indonesia menjadi aplikasi yang kehadirannya dinantikan di pasar regional seiring dengan diumumkannya rencana ekspansi internasional perusahaan tersebut. Go-Jek yang dirintis pada 2011 lalu dianggap sebagai perusahaan ride-hailing dan telah bertransformasi menjadi sebuah Super App yang menyediakan akses ke berbagai layanan termasuk transportasi, pembayaran, pesan-antar makanan, logistik, dan berbagai layanan on-demand lainnya.

Pekan pertama Februari lalu, Go-Jek juga telah mengumumkan finalisasi putaran pendanaan Seri F yang diperoleh dari beberapa investor, yakni Google, Tencent, dan JD.com. Tak hanya mengumumkan dana segar yang baru diperoleh, perusahaan ride-hailing ini juga mengklaim sebagai layanan mobile on-demand dan platform pembayaran terbesar di Asia Tenggara. Dilihat dari total nilai transaksi bruto (GTV) tahunan di semua pasar yang mencapai USD9 miliar (sekitar Rp126,7 triliun), sebagian besar memang disumpang oleh layanan pembayaran Go-Pay. Dari total GTV, transaksi ekosistem Go-Pay menyumbang USD6,3 miliar atau sekitar Rp88,7 triliun. Sementara layanan pesan antar makanan, Go-Food meyumbang angka USD2 miliar atau sekitar Rp28,1 triliun. Nilai transaksi yang diperoleh Go-Food menjadikannya layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara.

“Go-Food telah menjadi layanan pesan antar makanan terbesar di regional (Asia Tenggara). Sementara, Go-Pay telah digunakan untuk memproses tiga perempat dari pembayaran mobile di Indonesia,” ungkap pria yang meraih gelar MBA di Harvard Business School ini. Menurut riset dari Financial Times Confidential Research akhir 2018 lalu, GoPay menjadi platform pembayaran digital terpopuler di Indonesia. Saat ini, Go-Jek mengaku memiliki hampir 300.000 merchant online maupun offline di Indonesia. Sebanyak 80 persen di antara pedagang makanan tersebut adalah UMKM, memposisikan GoJek sebagai pendorong pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah di Tanah Air.

Sementara, Go-Pay telah bekerja sama dengan 28 lembaga keuangan untuk memberikan akses ke jutaan keluarga Indonesia. Inovasi yang dikembangkan di payment channel ini, yakni layanan untuk berdonasi di masjid, yayasan, dan lokasilokasi yang terdampak bencana melalui kerja sama dengan lembaga yang berwenang. Dari hasil kerja sama ini, total donasi dari pengguna Gopay yang telah disalurkan melalui lembaga berwenang ke pihak terkait yang membutuhkan di tahun 2018 mencapai Rp4,8 miliar. Saat ini, Go-Jek telah memperluas jaringan bisnis ride-hailing di Singapura, Vietnam, dan Thailand. Nadiem mengatakan masih ingin menambah negara-negara baru untuk memperluas jangkauan Go-Jek. “Kami sangat ingin memperluas visi kami ke lebih banyak negara dan di saat yang bersamaan menempatkan Indonesia pada peta sebagai pusat inovasi teknologi regional,” kata pria yang lahir pada 4 Juli 1984 ini.

Bersama afiliasinya, Nadiem menyebut bahwa Go-Jek telah beroperasi di lima negara dan 204 kota serta wilayah di seluruh Asia Tenggara. Ia mengatakan, telah memiliki 2 juta mitra kemudi dan 400.000 merchant. Dari putaran pendanaan Seri F, Go-Jek dikabarkan mendapatkan suntikan dana sebesar USD920 juta (sekitar Rp13 triliun). Apabila angka ini benar maka valuasi Go-Jek ditaksir mencapai USD9,5 miliar (sekitar Rp132 triliun). Jika nantinya valuasi bisa menembus angka USD10 miliar maka Go-Jek akan menjadi startup “Decacorn” pertama dari Indonesia. Istilah “Decacorn” digunakan untuk perusahaan rintisan digital yang mencapai angka valuasi tersebut. Nadiem mengaku, ia tak pernah mengira bahwa industri transportasi yang ia bangun menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.

Putra dari pasangan Nono Anwar Karim dan Atika Algadrie itu mengatakan, niat awal mendirikan Go-Jek lebih kepada keinginan untuk memperbaiki transportasi di Indonesia. Namun, dalam kurun waktu 6 tahun, lulusan magister bisnis administrasi Harvard tersebut mencatatkan dirinya dalam sejarah, yakni sebagai unicorn pertama di Indonesia. Pertumbuhan Go-Jek yang pesat saat ini, dipandang bersaing keras dengan Grab, yakni perusahaan Singapura yang didirikan oleh teman Nadiem juga, Anthony Tan. Namun, ia menggarisbawahi, tekanan yang ada justru membuatnya kini semakin maju. “Hal ini benar-benar sulit ketika Anda sedang berada di fase persaingan ini, ketika segala hal beradu dan bersaing ketat. Namun ketika Anda melangkah lebih, Anda akan menyadari bahwa memang dibutuhkan suatu kompetisi untuk menciptakan skala dan membawa perubahan,” imbuh Peraih “Asian of the Year” pada 2016 sebagai individu paling berpengaruh di Asia ini.

Ia berharap keberadaan Go-Jek dapat menginspirasi Indonesia dan daerah besar lainnya bahwa teknologi dapat memperbaiki kehidupan banyak orang. “Saya ingin Go
Jek 10 tahun dari sekarang atau 20 tahun dari sekarang akan dibicarakan sebagai perusahaan yang membuktikan bahwa teknologi dapat berpengaruh besar pada ekonomi, yakni membawa dampak evolusi besar pada masyarakat,” tutur suami dari Franka Franklin tersebut. Ketika ditanya siapa sosok inspirator, Nadiem segera menjawab, yaitu tim dan pengemudi ojek.

“I think I’m huge fan of my own team and my drivers. I get inspired everyday by my BoD, my manager, my employee. So, I don’t look outside actually. Every day I get inspired by my team and my drivers. Tim kami adalah anak-anak muda dengan kreativitas dan pemikiran luar biasa. Everyone here not looking for money. We here have a purpose. That’s something you can’t buy from anywhere. Vice president- vice president kami usianya masih 25-26 tahun. Mereka sudah menjadi CEO multi huge business. Kami tidak memandang dari pengalaman dan usia, tetapi melihat dari drive, strong, and hunger to make a change,” tutupnya.

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.