Sabtu, 20 April 24

11 Napi Anak Lapas Kedungpane Ikuti Latihan Tanam Biopori

11 Napi Anak Lapas Kedungpane Ikuti Latihan Tanam Biopori

Semarang, Obsessionnews – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IA Kedungpane Semarang menggandeng Balai Pemasyarakatan (Bapas) Semarang dan Yayasan Setara mengadakan pelatihan bercocok tanam sayuran sederhana berkonsep hidroponik. Sebanyak 11 narapidana anak berlatih menanam sayuran menggunakan media botol air mineral bekas.
Para peserta rata-rata tersangkut kasus pembunuhan, pengeroyokan, narkoba, pencurian hingga asusila. Pelatihan didampingi langsung oleh Denny Kratun Yustiniadi dari Yayasan Setara.

“Saya beruntung dan senang bisa ikut berlatih teknik hidroponik ini. Setelah bebas nanti, saya akan bergegas mempraktekkan ilmu ini agar lingkungan jadi kinclong, bisa makan sayur sehat dan punya penghasilan,” kata Abdullah, napi anak yang terjerat kasus pencurian ini.

Kasi Bimbingan Masyarakat (Binmas) LP Kedungpane Semarang, Ari Tris Ochtia Sari menjelaskan, pelatihan bertujuan agar penghuni anak bisa memiliki keterampilan pemberdayaan khususnya di bidang pertanian. Sehingga mereka dapat mempunyai nilai jual sehingga ketika sudah bebas dari Lapas.

“Peserta juga bisa menjadikan sumber mata pencaharian baru untuk keluarganya melalui kebolehanya bercocok tanam hidroponik ketika sudah bebas,” kata wanita yang akrab disapa Okta, Senin (21/3/2016).

Pelatihan ini, lanjut Okta, juga bisa menjadi syarat administrasi dan substantif bebas. Menurutnya, pembinaan utama ada 2 jenis yaitu pembinasn kepribadian dan kemandirian.

“Pelatihan hidroponik sebagai salah satu wujud pembinaan kemandirian yang dilakukan 2-3 bulan untuk menjadikan mereka (peserta,red) mandiri. Acara tersebut kami lakukan setiap seminggu sekali. Pelatihan ini sangat tepat dan bermanfaat,” sebutnya.

Pihaknya memastikan, akan terus mendampingi para peserta, mulai proses pembibitan hingga proses panen. Ia menilai konsep hidroponik sangat mendukung lingkungan Lapas, karena dengan ketersediaan lahan terbatas, namun tetap masih bisa menjadi media tanam.

“Dalam waktu tiga minggu sejak tanam, untuk tanaman kangkung sudah bisa tumbuh besar dan bisa dipanen. Padahal kalau menggunakan teknik penanaman dengan tanah, kangkung butuh waktu sebulan baru panen,” ujarnya.

Sementara Kasubsi Bimbingan Kerja dan Klien Anak Bapas Semarang, Falikha Ardiyani menambahkan, dengan segala keunggulan, saat ini media tanam hidroponik dipercaya sebagai jawaban bercocok tanam di lahan terbatas.
”Sesuai dengan namanya, hidroponik berasal dari dari kata Yunani hydro yang berarti air, dan ponos yang artinya daya. Jadi hidroponik berarti bercocok tanam dengan menggunakan air,”imbuhnya.

Falikha juga berharap para peserta anak bisa menerapkan pelatihan yang diberikan dalam kehidupannya kelak usai bebas dari hukuman. Sistem hidroponik sendiri dinilai efisien karena hanya memakai lahan seluas 1×2 meter dan cukup menghasilkan untuk empat orang selama sebulan.

”Dalam pelatihan itu kami menanam kangkung, cabai dan sawi dengan media air dan sekam bakar. Tanaman tersebut sendiri bisa dipanen 1-2 bulan, sementara untuk hasilnya nanti akan dikonsumsi sendiri oleh peserta,” tandasnya. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.