Jumat, 26 April 24

Zakat = Keluarkan Potensi

Oleh: Ary Ginanjar Agustian, Motivator dan Pendiri ESQ Leadership Center

 

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Maka dari itu, sangat sayang jika bulan Ramadan dilewatkan dengan sia-sia. Isi bulan Ramadan dengan hal-hal yang positif. Sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam Surat Al Baqarah ayat 148 :

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” ( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Bulan ini merupakan saat yang tepat untuk kita mengeluarkan segenap potensi yang ada pada diri kita. Seperti yang tertuang dalam Surat Al Baqarah di atas, kita dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan bulan Ramadan ini, merupakan salah satu saat yang paling tepat untuk melakukan itu semua.

Ada banyak kebaikan yang dapat dilakukan untuk mengisi bulan Ramadan. Anda bisa memperbanyak membaca Al Quran, sholat wajib tepat waktu, sholat sunnah lebih giat, ataupun mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang membutuhkan.

Selain sholat dan membaca Quran, beramal ataupun mengeluarkan zakat juga merupakan salah satu hal wajib yang harus dilakukan. Zakat dapat juga diartikan sebagai upaya mengeluarkan potensi fitrah dalam bentuk nyata, memberi kepada lingkungan sosial yang kemudian berguna untuk membentuk suatu kolaborasi.

Kita sebagai manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Namun fitrah manusia itu sendiri tertutup karena banyaknya belenggu-belenggu yang menutupi fitrah. Itulah mengapa manusia dianjurkan untuk mengeluarkan zakat, agar manusia bisa kembali kepada fitrah awalnya, seperti saat pertama kali Sang Pencipta meniupkan ruh ciptaan-Nya kepada manusia.

Zakat merupakan sebuah metode untuk mengangkat kembali fitrah agar aktif dan hidup. Robert K. Cooper, PhD berkata, “Sebagian besar kebijaksanaan kreatif intuitif seseorang berada di pusat kecerdasan emosinya. Hanya Anda sendiri yang dapat memanggilnya dan mengangkatnya ke permukaan. Intuisi praktis semacam ini adalah indera perasaan yang cerdas dari pengetahuan batiniah.”

Dan salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengangkat dan memanggil kecerdasan emosi adalah melalui zakat. Karena pada hakikatnya, zakat adalah upaya mengangkat spiritualitas kefitrahan manusia agar muncul ke permukaan, seperti keinginan untuk memberi rezeki dan menjadi dermawan. Selain itu, zakat juga merupakan bentuk-bentuk pemeliharaan lingkungan sosial melalui prinsip “memberi.”

Menolong atau membantu orang lain melalui zakat akan menanamkan benih kepercayaan kepada yang dibantu. Tidak ada sinergi tanpa kepercayaan, dan sebuah keniscayaan untuk memperoleh kepercayaan tanpa sikap memberi. Zakat adalah prinsip yang menjunjung tinggi sikap “memberi” dan mengeluarkan fitrah spiritual menjadi langkah nyata (zakat fitrah).

Zakat adalah langkah pembuka kepercayaan. Dengan memberi, sebuah “investasi”, keterbukaan akan terjalin pada kedua belah pihak. Keterbukaan akan terjadi apabila salah satu pihak memulai dengan bersikap “memberi” kepada pihak lain. Zakat juga menghasilkan empati. Masing-masing pihak mampu merasakan apa yang diinginkan oleh pihak yang lain. Apabila sikap tersebut telah menjadi suatu kebiasaan, niscaya sebuah rangkaian sinergi yang kuat dengan lingkungan sekitar akan tercipta.

Semoga dengan kesadaran berzakat kita bisa lebih meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama manusia yang saling membutuhkan. Amin. (*)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.