Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Syamsul Huda Sukses Berbisnis Kerajinan dari Eceng Gondok

Syamsul Huda Sukses Berbisnis Kerajinan dari Eceng Gondok

Pekalongan – Selama ini Kota Pekalongan, Jawa Tengah, identik dengan julukan kota batik. Namun, di balik hingar-bingar industri batik, di Pekalongan juga terdapat beragam usaha ekonomi kreatif yang mampu menembus pasar mancanegara. Salah satu usaha ekonomi kreatif tersebut adalah kerajinan keranjang bermotif, tas, taplak meja, dan berbagai macam perhiasan rumah tangga lainnya yang terbuat dari eceng gondok.

Berbicara tentang kerajinan yang bahan bakunya dari eceng gondok, tentu tak bisa dipisahkan dengan sosok Syamsul Huda. Huda, panggilan akrabnya, pengusaha muda dari Pekalongan meraih kesuksesan dalam bisnis kerajinan yang terbuat dari eceng gondok. Produksinya berupa tas, keranjang, taplak meja, dan aneka perhiasan rumah tangga lainnya diminati konsumen dalam negeri dan luar negeri.

Huda merintis usaha di awal tahun 2000 setelah merampungkan kuliah dari fakultas ekonomi dari sebuah perguruan tinggi. Awalnya dia melihat banyaknya eceng gondok dan berbagai macam sisa produksi seperti plastik dan kertas yang terbuang percuma. Dari situ Huda mendapat inspirasi ingin mengolah bahan sisa produksi tersebut menjadi barang yang mempunyai nilai berharga.

Untuk membuat eceng gondok menjadi bahan tenun, Huda belajar ke sentra-sentra perajin tenun agar dapat memperoleh ilmu. Hingga pada saatnya, tenun eceng gondok setengah jadi yang dihasilkan diolahnya menjadi kerajinan tangan bernilai seni tinggi.

“Eceng gondok dapat dibuat menjadi bahan untuk ditenun. Eceng gondok ini kemudian diolah sedemikian rupa, akhirnya didapat berbagai macam kerajinan yang mempunyai nilai seni,” katanya kepada obsessionnews , Jumat (26/12/2014).

Tidaklah mudah untuk memasarkan hasil kerajinan tangan yang dibuatnya. Pada awalnya pangsa pasar dalam negeri tidak begitu tertarik dengan kerajinan tangan yang dihasilkan oleh Huda. “Saya sampai harus berjualan kerajinan tangan di pinggiran jalan di Jogjakarta,” tutur Huda.

Nasib baik selalu berpihak kepada para pemberani. Dengan tekad keras, pada akhirnya para konsumen mulai melirik kerajinan yang dihasilkannya sebagai barang seni yang berkualitas. Menurut Huda, walaupun bahan dasarnya berasal dari limbah kerajinan yang dihasilkannya tidak serta merta berupa kerajinan biasa yang bernilai jual rendah. Sebaliknya, kerajinannya diminati oleh konsumen papan atas nasional, bahkan hingga ke benua Eropa. “Hampir 70% konsumen saya berasal dari luar negeri. Mereka umumnya tertarik dengan tas yang berbahan dasar eceng gondok,” ujarnya sambil tersenyum.

Huda tak sekedar berucap kosong. Para pembeli yang berasal dari luar negeri mengatakan, mereka berminat dengan produk Huda karena bahan dasar yang digunakan berasal langsung dari alam dan bahan limbah. Bahan dasar yang notabene adalah barang limbah tersebut dapat dijadikan kerajinan yang apik dan memenuhi standar ekspor.

Dari usahanya tersebut, pemilik Hape Art ini mendapat berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional. Salah satunya adalah tahun 2012 ia memperoleh penghargaan dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk kategori Craft and Folk Arts. Beragam penghargaan tersebut semakin memacu Huda untuk mengembangkan bisnis kerajinan tangannya tersebut. Selain mendapat berbagai penghargaan, Huda juga sering mengikuti pameran dan seminar di mancanegara. “Dalam waktu dekat saya akan mengikuti pameran di Jerman. Saya akan mempromosikan industri kreatif yang saya jalani saat ini,” katanya. (Yusuf Isyrin Hanggara)

 

Related posts