Jumat, 19 April 24

Pengamat: Anies-Sandi Harus Belajar Rahasia Kekuatan SBY

Pengamat: Anies-Sandi Harus Belajar Rahasia Kekuatan SBY
* Pasangan calon gubernur dan cawagub DKI Jakarta Anies-Sandi bersama para pendukungnya.

Jakarta, Obsessionnews.com – Pilkada DKI Jakarta yang dihelat pada Rabu (15/2/2017) diwarnai kejutan. Berdasarkan quick count duet Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang bernomor urut 1 di luar dugaan menempati urutan buncit, kalah bersaing dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat (nomor urut 2) dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (nomor urut 3).

Agus-Sylvi diusung Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB. Sedangkan Ahok-Djarot diusung PDI-P, Golkar, Nasdam, dan Hanura. Sementara itu Anies-Sandi diusung Partai Gerindra dan PKS.

Mengacu pada quick count yang dilakukan beberapa lembaga survei, Agus memutuskan lempar handuk. Putra bungsu Presiden keenam RI dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini dengan kesatria mengakui kekalahannya. Agus juga minta maaf kepada para pendukung karena belum berhasil memenuhi harapan pendukung.

Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono mengadakan jumpa pers di posko utama pemenangannya, Wisma Proklamasi, Jln Proklamasi 41, Pegangsaan, Jakarta Pusat , Rabu (15/2/2017) malam. (mcpd/omartara)

“Saya juga ingin memohon maaf kepada para pendukung dan konstituen Agus-Sylvi karena belum berhasil memenuhi harapan bapak ibu sekalian,” kata Agus dalam konferensi pers di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2017).

Apakah Pilkada DKI akan berlangsung satu atau dua putaran itu tergantung dari penetapan hasil perolehan suara pada 4 Maret. Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno mengatakan, KPU DKI akan menetapkan Pilkada DKI 2017 berlangsung satu atau dua putaran pada 4 Maret 2017 jika tidak ada gugatan hasil pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK).

“Kalau enggak ada gugatan, tanggal 4 Maret ditetapkan, diputuskan putaran kedua, langsung start sosialisasi segala macam,” kata Sumarno, Rabu (15/2).

Diperkirakan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi akan maju di putaran kedua pada 19 April. Rekapitulasi perolehan suara pada 20 April-1 Mei. Penetapan pasangan calon terpilih pada 5 atau 6 Mei.

Pelajari Kekuatan SBY

Pengamat politik Global Future Institute (GFI) Hendrajit mengatakan, Anies-Sandi di sisa waktu kurang dari dua bulan bukan harus berbaik-baik sama SBY agar suara pendukungnya dialihkan kepada mereka.

“Tapi, pelajari dan coba mengerti kekuatan rahasia SBY sehingga bisa terpilih jadi presiden dua periode,” kata Hendrajit ketika dihubungi Obsessionnews.com Kamis (16/2).

Hendrajit mengungkapkan rahasia kisah sukses SBY karena berhasil membangun dukungan dari basis-basis Islam tradisional yang tidak otomatis berarti Nahdlatul Ulama (NU). Melainkan melalui jaringan-jaringan Islam tradisional yang meskipun bukan warga NU, tapi secara amaliah sejalan dan senafas dengan amaliah warga NU. “Menurut saya itulah rahasia kekuatan SBY,” tandasnya.

Apakah SBY waktu menjadi capres pada 2004 dan 2009 didukung oleh NU organik seperti Pengurus Besar NU (PB NU) di pusat dan Pengurus Wilayah (PW NU) di daerah?

“Sama sekali tidak. Malah sebaliknya, Megawati-Hasyim Muzadi dapat dukungan PBNU karena Ketua Umumnya disandingkan dengan Megawati. Menang? Sama sekali tidak. Apakah pada pilpres 2009, SBY juga diusung PB NU dan PW NU? Sama sekali tidak. Malah sebaliknya, duet Jusuf Kalla-Wiranto yang mendapat dukungan terbuka dari PB NU dan beberapa PW NU beberapa daerah. Menang? Juga tidak,” ujar Hendrajit.

Lantas kenapa SBY malah dapat dukungan suara dari 54 persen warga NU? Menurut Hendrajit, kuncinya ada pada dukungan jaringan pesantren-pensatren tarekat yang biasanya tidak otomatis merupakan warga NU atau kader-kader organik NU. Tapi jaringan ini justru mampu meluaskembangkan daya dukung Islam tradisional, bahkan melampaui lingkup jaringan pesantren pesantren tarekat itu, meluas menjaring warga masyarakakat luas yang komitmennya justru pada para guru tarekat tersebut, ketimbang kepada organ-organ formal.

“Kebetulan,geneologi keluarga SBY memang dari jalur itu pula. Kakeknya, Kyai Mahfud Tremas, merupakan mata-rantai penting dari tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah, yang jalur nasab perguruanya berujung pada yang mulia Syech Abdul Qadir Jaelani,” kata Hendrajit.

Menurutnya,  kalau seseorang sudah bersenyawa dengan jaringan semacam ini, bukan saja dia bisa menguasai jaringan basis Islam tradisional itu di daerahnya, bahkan lintas provinsi. Karena tarekat ini, yang kebetulan guru awalnya di Indonesia adalah Syech Achmad Khotib Sambas, malah berasal dari Kalimantan. Baru setelah itu punya murid, yang di Jawa Timur adalah Kyai Cholil di Bangkalan. Sedangkan di Cirebon adalah Syech Tolkah, dan Kyai Nawawi di Banten, dan seterusnya. Intinya, pesantren pesantren tareket itu lintas provinsi dan lintas daerah.

“Di sinilah akar kekuatan SBY, yang tentunya coba dia wariskan kepada putranya, Agus. Hanya saja sayangnya, kapasitas dan garis tangan Agus nampaknya memang berbeda dengan bapaknya. Sehingga terkesan dipaksaka,” tegas Hendrajit.

Maka itu lepas dari apapun juga, lanjutnya, secara objektif Anies-Sandi harus belajar banyak dari kisah sukses SBY dalam hal kiat menguasai akar dukungan dari masyarakat. Bahwa sebagai pemain politik jangan sekali-kali  menganggap remeh aspek kultural di bumi Nusantara. Atau dalam istilah Bung Karno: natur dan kultur.

“Begitulah. Geneologi alami SBY yang kebetulan keluarga kiai pesantren tarekat yang kemudian semakin dia pupuk sewaktu jadi perwira sospol dan teritorial ABRI semasa pemerintahan Soeharto, kemudian berbuah menjadi aset politik yang sangat berharga pada pilpres 2004 dan 2009,” ucap Hendrajit.

Karena itu, Hendrajit menyarankan Anies-Sandi jangan terlalu bertumpu pada kebaikan hati SBY agar mau mengalihkan dukungan suaranya kepada mereka. Mereka jusru harus menjadikan ini sebagai tantangan dan peluang untuk introspeksi.

Hendrajit mengemukakan, selama ini Anies-Sandi terlalu kuat citranya sebagai sosok orang modern, intelek dan kosmopolitan. Yang satu profesor dan rektor sebuah perguruan tinggi sehingga lebih tercitra sebagai seorang akademisi. Sedangkan yang satunya tercitra sebagai seorang pengusaha yang serba rasional dan apa apa harus konkret. Tentu saja pada tataran tertentu, itu memang kekuatan Anies-Sandi.

Namun dalam politik ala nusantara, kata Hendrajit, ada sesuatu kekuatan tidak kasat mata yang harus kita hayati dan selami. Atau lagi-lagi meminjam istilah Bung Karno: Emanansi Krachten. Yaitu bagaiman kita menghayati dan menyelami rahasia kekuatan rakyat.

Tidak ada kata terlambat untuk belajar, belajar dan belajar terus. Karena kalah menang bukan sejatinya persoalan, tapi bagaimana belajar dari sebuah kegagalan sebagai guru yang baik,” pungkasnya. (arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.