Jumat, 26 April 24

Dekat dengan Rakyat, Puisi Esai Lebih Luas Maknanya Dibanding Lainya

Dekat dengan Rakyat, Puisi Esai Lebih Luas Maknanya Dibanding Lainya
* Diskusi soal pro konta puisi esai ke 2, di Yayasan Budaya Guntur, Jumat (9/3/2018).

Jakarta, Obsessionnews.com – Puisi esai miliki perbedaan tersendiri dengan puisi biasa. Puisi ini mengandung berbagai makna yang bisa memperkaya studi tentang Indonesia. Puisi esai dapat memberikan data sekunder mengenai sisi kultural, psikologis dan antropologis untuk memahami masyarakat Indonesia.

“Puisi jenis lain tidak memberikan hal itu karena bahasanya terlalu ekslusif. Sedangkan bidang non-sastra kurang mengekspresikan sisi batin sebuah isu sosial,” jelas kritikus sastra asal Sulawesi Tenggara Dr Rasiah M. Hum, dalam diskusi soal pro konta puisi esai ke 2, di Yayasan Budaya Guntur, Jumat (9/3/2018).

Sedangkan guru bahasa dan penulis puisi esai Dhenok Kristianti, juga menceritakan pengalamannya. Menurut Dhenok, puisi esai mendekatkan puisi kembali kepada masyarakat. Isu yang diangkat puisi esai umumnya isu sosial yang memang sudah dikenal penduduk setempat. Sehingga pesan yang disampaikan dari puisi esai memiliki makna dalam dan luas.

“Apalagi yang istimewa, penulis puisi esai tak harus penyair. Sekitar 50 persen penulis puisi esai adalah dosen, jurnalis, aktivis, guru, bahkan ibu rumah tangga. Puisi tak lagi elitis namun kembali menjadi milik masyarakat,” ujarnya.

Moderator diskusi Sastri Sunarti Sweeney dan stand up komedian Mo Sidik meramaikan acara. Isti Nugroho selaku tuan rumah Yayasan Budaya Guntur 49 mengatakan, bahwa acara diskusi ini sengaja dikemas serius tapi santai. Ada akademisi, pembaca puisi dan juga komedian yang membuat tertawa.

Sementara Denny JA yang sebagai penggagas puisi esai memilih tak hadir dalam diskusi ini. Ketidakhadiran Denny bukan tanpa alasan. Ia ingin memberikan panggung yang bebas kepada publik untuk bicara apa adanya.

Denny mengungkapkan akan segera terbit 34 buku puisi esai di 34 provinsi yang melibatatkan 170 penyair dan penulis. Mereka bersama memotret batin Indonesia.

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, pembicara dalam diskusi mengamini telah lahir genre baru sastra Indonesia: Angkatan Puisi Esai. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.