Setelah konferensi KNSI selesai dilaksanakan selama dua hari, maka keesokan harinya (hari Sabtu) sebagian peserta konferensi berdarmawisata mengunjungi sejumlah tempat wisata di Pulau Bangka. Wisata di Pulau Bangka dapat dibagi menjadi tiga macam, pertama wisata alam, kedua wisata sejarah, dan ketiga wisata religi. Untuk wisata alam, objek wisata yang dominan adalah wisata pantai di pulau Bangka bagian timur. Wisata sejarah adalah mengunjungi tempat pembuangan Bung Karno di Mentok (Bangka bagian barat). Wisata religi adalah mengunjungi situs atau tempat ibadah agama Budha (kelenteng dan wihara), Katolik (goa Maria), dan Islam (makam penyebar agama islam di Pulau Bangka). Berhubung tempat yang jauh dan waktu yang terbatas, kami memilih objek wisata alam saja plus sedikit wisata religi.
Tujuan utama wisata alam di di Pulau Bangka adalah di sekitar kota Sungailiat. Sungailiat adalah ibukota Kabupaten Bangka. Pulau Bangka terdiri atas empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Bangka dengan ibukota Sungailiat, Kabupaten Bangka Barat dengan ibukota Mentok, Kabupaten Bangka Tengah dengan ibukota Koba, Kabupaten Bangka Tengah dengan ibukota Toboali, dan satu kota yaitu Pangkalpinang.
Sungailiat merupakan kota tua, sudah berdiri sejak tambang timah dibuka pada zaman Belanda (tahun 1766). Kota Sungailiat tidak terlalau jauh dari Pangkalpinang, kira-kira menempuh perjalanan 45 menit. Biro tur dan travel di Pangkalpinang menjadikan Sungailiat sebagai tujuan utama wisata. Dalam perjalanan ke Sungailiat, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Jembatan EMAS atau Jembatan Baturusa II. Emas adalah singkatan nama mantan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang menggagas jembatan ini, yaitu Eko Maulana Ali-Syamsudin Basari (alm). Jembatan Emas menghubungkan kota Pangkalpinang dengan Kabupatane Bangka. Keistmewaan jembatan ini adalah dapat membuka dan menutup jika ada kapal dari lautan lepas masuk atau keluar ke/dari pelabuhan Pangkal Balam.
Tampak atas Jembatan Emas adalah seperti foto di bawah ini (Sumber foto dari sini). Cantik sekali jembatannya jika dilihat dari udara. Tidak salah jika Jembatan Emas menjadi ikon baru propinisi Kepulauan Bangka Belitung.
Ketika jembatan sedang membuka, kendaraaan yang akan lewat harus berhenti sampai jembatan tersebut menutup kembali. Kami sebenarnya ingin menyaksikan dan merekam detik-detik jembatan itu menutup kembali, tetapi karena terlalu lama menunggu (masih ada kapal dari kejauhan di lautan lepas akan lewat), maka kami berbalik arah kembali menuju kota Sungailiat.
Dalam perjalanan menuju Pantai Tikus Emas di Sungailiat, kami melewati sebuah tempat ibadah suci tiga agama, bernama Puri Tri Agung. Disebut Tri Agung karena ia menjadi rumah ibadah tiga agama dan aliran kepercayaan, yaitu Budha, Kong Hu Chu, dan Lao Tse. Puri Tri Agung terletak di atas sebuah bukit. Dari tempat ibadah ini kita dapat melihat Pantai Tikus dari kejauhan.
Di dalamnya terdapat patung Budha, Kong Hu Chu, dan Lao Tse. Di dalam Puri banyak terdapat ornamen-ornamen cina berwarna merah seperti lampion dan tulisan Cina. Pengelola Puri Tri Agung umumnya adalah warga Keturunan Tionghoa yang memang cukup banyak mendiami Pulau Bangka sejak zaman dulu. Pengunjung boleh memasuki Puri ini tetapi harus melepas alas kaki. Jika ingin berfoto di dalamnya, pengunjung tidak boleh membelakangi ketiga patung. Foto menyamping boleh.
Pada tulisan selanjutnya saya akan menceritakan pantai-pantai yang indah di Sungailiat. (Rinaldi Munir, Dosen Teknik Informatika ITB) (BERSAMBUNG)
Sumber: rinaldimunir.wordpress.com