Jakarta, Obsessionnews.com – Partai Golkar mendukung Joko Widodo (Jokowi) maju sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2019 mendatang. Dukungan Golkar itu tentu tidak gratis. Di internal Golkar muncul wacana calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Jokowi. Sekjen Golkar Idrus Marham melontarkan wacana Ketua Umum Golkar Setya Novanto menjadi cawapres.
Namun wacana menduetkan Jokowi dengan Setya Novanto itu dinilai justru bisa bikin Jokowi nyungsep atau tersungkur.
Pengamat politik Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap berpendapat wacana tersebut tidak rasional dan buta sosiologi politik pemilih rakyat Indonesia.
“Jika Jokowi bersedia, sangat mungkin Jokowi kalah,” kata Muchtar ketika dihubungi Obsessionnews.com, Rabu (4/10/2017).
Muchtar menilai Novanto tidak akan memperoleh pendukung dan pemilih yang dapat meningkatkan elektabilitas dan perolehan suara Jokowi pada Pilpres 2019.
“Novanto tidak bermanfaat bagi Jokowi. Dukungan Golkar terhadap Jokowi tak berpengaruh,” tandasnya.
Muchtar percaya tim penasihat politik Jokowi akan menolak Novanto. Gagasan itu hanya untuk berlindung Novanto dari jeratan hukum karena tindak pidana korupsi. Jokowi akan dijadikan “pelindung” bagi Novanto.
“Gagasan itu lebih banyak merugikan Jokowi, dan lebih menguntungkan Novanto. Jika Jokowi berpikir rasional dan berdasarkan metode iptek, maka Jokowi menolak Novanto menjadi cawapresnya,” tegas Muchtar. (arh)
Baca Juga:
Guyonan Netizen Tentang Setya Novanto
Dua Hari Setelah Putusan Setya Novanto Langsung Sembuh
Setya Novanto Menangkan Praperadilan, ‘Black Friday’ Bagi Pemberantasan Korupsi